Hoammm... Pagi telah menyapa di Pulau Karimunjawa 🙂. Tidur kami semalam cukup nyenyak. Well, mungkin karena efek kurang tidur akibat perjalanan panjang dengan bus kemarin malam dari Surabaya ke Jepara. Aku melirik ke arah Ega dan Arin yang terlihat sudah bangun juga. Hari ini agenda kami - yang juga merupakan agenda utama setiap orang yang berkunjung ke Karimunjawa - yakni akan melaksanakan Island Hopping yaitu berkeliling pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Karimunjawa. Island Hopping ini sendiri aku booking dari agen tour lokal di Karimunjawa sini, dengan biaya yang sangat terjangkau yakni Rp 170.000/orang.
"Nanti gabung dengan traveler lainnya, Mbak, kumpul jam 9 di Pelabuhan Rakyat di sebelah barat Alun-Alun. Pulau yang dikunjungi ada Pulau Menjangan Besar untuk melihat penangkaran hiu, sehabis itu bergeser ke Pulau Cemara Kecil untuk makan siang menu ikan bakar dan setelahnya waktu bebas, kemudian setelahnya bergeser ke Pulau Menjangan Kecil untuk snorkeling. Nanti selesainya sekitar jam 5 sore," penjelasan Pak Arif - agen tour - via WA sewaktu aku booking untuk 3 orang.
"Siaap pak. Saya booking ya pak untuk 3 orang," jawabku bersemangat.
Well, melihat itinerary-nya memang sangat menarik. Apalagi penangkaran hiu di Pulau Menjangan Besar. Aku sudah sering melihatnya di media sosial, dan benar-benar pengen berenang langsung dengan hiu-hiu jinak tersebut.
"Siapa mau mandi duluan nih?" Tanyaku ke Arin dan Ega.
"Aku duluan ya," jawab Arin.
"Iya Rin, habis itu kamu ya Ga. Terakhir aku," jawabku.
Setelah mandi dan bersiap, sekitar jam 6.30 kami keluar penginapan untuk mencari sarapan. Jalanan masih cukup sepi, hanya beberapa warung yang mulai buka. Kami berjalan santai sambil menikmati suasana pagi di pulau ini—orang-orang lokal yang ramah menyapa, beberapa wisatawan lain tampak baru keluar dari penginapan mereka. Kami akhirnya memilih sarapan di sebuah warung kecil yang menjual nasi campur. Rasanya sederhana, tapi nikmat. Kami juga sempat mampir ke Pelabuhan Karimunjawa untuk berfoto dengan sign "Selamat Datang di Karimunjawa", yaa sebagai kenang-kenangan. Maklum kemarin sampainya sini malam sehingga belum sempat foto.
Setelah sarapan, kami kembali ke penginapan untuk mengambil barang-barang yang diperlukan untuk berkeliling pulau. Kami sudah mempersiapkan tas kecil berisi sunblock, kacamata hitam, air minum, dan beberapa camilan. Tak lupa, kamera dan HP untuk mengabadikan momen di nanti. Khusus untuk momen dibawah laut, agen tour mengatakan bahwa nanti masing-masing dari kami akan diberikan foto underwater. Setelah semuanya siap, kami bertiga jalan menuju Pelabuhan Rakyat sebagai titik pertemuan dengan Pak Arif, agen tour kami.
Sekitar jam 9 pagi, kami tiba di pelabuhan. Suasana di sana sudah cukup ramai oleh para peserta tour yang hari ini mempunyai jadwal yang sama dengan kami yakni keliling pulau. Tidak sulit bagi kami menemukan Pak Arif setelah bertanya-tanya kepada beberapa orang. Ternyata hampir semua peserta trip Pak Arif terlihat sudah berkumpul. Setelah diberi arahan sejenak, dan diberi pelampung yang wajib dipakai selama perjalanan, kami dipersilahkan naik ke perahu kayu motor berwarna biru putih.
Setelah semua peserta naik, tepat jam 9 pagi kapal pun mulai berangkat meninggalkan Pulau Karimunjawa. Raungan mesin kapal menandai dimulainya perjalanan kami menuju pulau pertama: Pulau Menjangan Besar. Angin laut berhembus sejuk, membawa serta aroma khas asin yang menenangkan. Kami duduk di sisi kapal, menikmati pemandangan laut yang luas, dengan pulau-pulau kecil di kejauhan mulai terlihat. Air laut di sekitar kami tampak bergradasi dari biru tua ke biru muda, pertanda bahwa perairan di sini cukup dangkal dan jernih.
Perjalanan ke Pulau Menjangan Besar ditempuh dalam waktu 20 menit saja. Begitu kapal merapat di dermaga kayu, kami langsung disambut pantai dangkal dengan air berwarna biru kristal yang begitu jernih hingga dasar berpasir putihnya terlihat jelas. Air laut tersebut membentuk riak-riak kecil yang pecah perlahan di area pesisir. Cahaya matahari yang jatuh ke permukaan air juga menciptakan kilauan yang indah, seperti serpihan kaca yang berkilau di atas biru laut. Di sekitarnya, pohon kelapa dan cemara laut melambai-lambai tertiup angin, menciptakan suasana tropis yang hangat.
Menunggu beberapa saat di kolam, beberapa hiu kecil langsung terlihat berenang di sekitarku. Tubuh mereka ramping, gerakannya begitu anggun di dalam air. Aku mengingat instruksi pemandu: tetap tenang, jangan bergerak tiba-tiba, dan yang paling penting—usahakan jari tangan tetap diatas air. Maka, aku mengangkat tanganku tinggi-tinggi, memastikan tidak ada gerakan yang bisa menarik perhatian mereka secara agresif.
Hiu-hiu itu hanya melintas santai di dekatku, seolah mengamatiku sebentar sebelum kembali berputar ke arah lain. Aku bisa melihat sirip mereka naik sedikit ke permukaan, menciptakan gelombang kecil yang pecah perlahan di sekitar tubuhku. Sensasinya… luar biasa. Ada ketegangan, tapi juga keindahan melihat mereka begitu dekat tanpa sekat.
"Fotoin ya, Ga," kataku ke Ega, yang sedang berdiri di atas dermaga dengan ponselku.
"Siaaap!" jawabnya antusias, langsung mengambil beberapa foto dari berbagai sudut. Aku sempat melirik ke atas, melihatnya berkonsentrasi mencari angle terbaik. Aku berusaha tersenyum sewaktu foto, namun bisa dibilang, senyum dengan ketakutan. Hahaha...
Selama sekitar 10 menit aku menikmati pengalaman ini, membiarkan adrenalinku mengalir sementara hiu-hiu itu terus berenang di sekitarku. Akhirnya, aku kembali naik ke dermaga, meminta gantian dengan Arin dan Ega. "Oke, giliran kalian!" kataku sambil mengulurkan tangan untuk memberikan semangat.
Sebenarnya di penangkaran hiu ini ada beberapa kolam, dimana masing-masing kolam terisi oleh beberapa hiu kecil. Ada yang kolam kecil dan kolam besar. Namun kami memutuskan masuk ke satu kolam besar aja, "yang penting udah ada fotonya" itu prinsip kami bertiga hehe.
Selanjutnya sembari menunggu peserta trip lain mengambil foto, kami duduk-duduk santai di sekitar Pulau Menjangan Besar. Hari ini wisatawan terlihat cukup ramai. Ya tidak heran sih, soalnya ini lagi libur panjang.
Sekitar pukul 09.45, Pak Arif mulai memanggil dan mengumpulkan kami kembali. "Kita geser ke Pulau Cemara Kecil ya. Nanti makan siang disana," katanya ke seluruh peserta trip.
Beda dengan sebelumnya, kali ini perjalanan dari Pulau Menjangan Besar ke Pulau Cemara Kecil cukup jauh. Menurut peta jaraknya sekitar 10 km, dan kami tempuh dalam 30 menit. Air laut yang semua biru kristal secara perlahan mulai berubah menjadi biru tua semakin perahu melaju, menandakan laut yang semakin dalam. Ombak di sekitar perahu mulai terasa lebih kuat dibanding sebelumnya. Tidak sampai membuat kami oleng, tapi cukup untuk membuat perahu sedikit terayun-ayun. Aku duduk di tepi kapal, menikmati semilir angin yang membawa aroma laut yang khas. Matahari mulai terasa lebih terik, tapi angin laut membuat udara tetap sejuk.
Perahu terus melaju membelah laut, meninggalkan jejak buih putih di belakangnya. Dari kejauhan, kami mulai bisa melihat garis pantai Pulau Cemara Kecil—pulau kecil yang dikelilingi pasir putih dengan jejeran pohon cemara yang menjulang. Air di sekitar pulau itu tampak lebih tenang, berkilauan di bawah sinar matahari, kembali memancarkan gradasi biru kehijauan yang menenangkan. Dasar laut terlihat jelas, dihiasi oleh hamparan rumput laut yang menjulur lembut diatas pasir putih, bergoyang perlahan mengikuti arus yang nyaris tak terasa.
Pulau Cemara Kecil menyambut kami dengan pasir putihnya yang halus, berpadu dengan pantai dangkal dengan air laut yang memantulkan warna biru kehijauan. Di sepanjang pantainya, deretan pohon kelapa menjulang, daunnya melambai-lambai ditiup angin sepoi-sepoi yang membawa aroma laut yang khas. Dari tepi pantai, kami bisa melihat perbukitan menjulang yang sepertinya merupakan Pulau Cemara Besar.
"Jam 12 nanti berkumpul disini ya untuk makan siang. Sekarang jam bebas boleh keliling pulau atau foto-foto," pesan Pak Arif kepada kami peserta tour sesaat setelah turun dari kapal.
"Jalan-jalan aja dulu yuk foto-foto," kata Ega kepada kami berdua.
Kami langsung mengangguk setuju. Pantai di Pulau Cemara Kecil ini memang luar biasa indah—pasir putih yang lembut, air laut yang jernih, serta suasana yang begitu tenang membuat kami ingin menikmati setiap sudutnya.
Selain garis pantainya, bagian dalam Pulau Cemara Kecil ini sendiri tak kalah indah. Deretan pohon kelapa, pohon cemara, warung-warung yang terbuat dari anyaman bambu beratapkan daun kelapa membuat suasana sejuk yang entah kenapa terasa nyaman di hati.
Sesaat kemudian Pak Arif memanggil kami para peserta tour untuk makan siang. Kami segera bergabung dengan peserta trip lainnya yang sudah duduk melingkar di atas tikar yang dibentangkan di pasir. Angin pantai yang sejuk berhembus perlahan, membawa aroma ikan bakar yang menggoda selera. Asap tipis masih mengepul dari panggangan, menandakan ikan baru saja matang dengan sempurna.
Di tengah lingkaran, agen tour dengan cekatan membagikan porsi makan siang kami—nasi hangat yang mengepul, ikan bakar dengan bumbu meresap, serta sambal segar yang menggiurkan. Tak lupa, ada juga potongan timun dan sayur sebagai pelengkap. Di sebelahnya, es batu berjejer dalam wadah besar, siap dicampur dengan minuman segar untuk menyejukkan dahaga setelah seharian beraktivitas di bawah matahari.
Kami bertiga langsung mengambil tempat dan menikmati hidangan dengan lahap. Suasana santai dan kebersamaan terasa begitu hangat, dengan suara deburan ombak sebagai latar belakang alami.
"Setelah selesai makan kita akan snorkeling ya. Nanti kalau sudah selesai langsung menuju ke kapal saja," pesan Pak Arif kepada kami peserta tour.
"Siaap pak," jawab kami kompak.
Sekitar jam 2 siang kami melanjutkan perjalanan menuju spot snorkeling dengan mengendarai kapal selama kurang lebih 20 menit. Saking jernihnya air, bahkan sebelum turun dari kapal kami sudah bisa melihat beberapa karang yang membentuk ekosistem laut dangkal disini, dimana yang paling utama adalah koral keras (hard coral) jenis karang bercabang (branching koral).
Begitu masuk ke dalam air, pemandangan bawah laut langsung memukau kami. Di kedalaman beberapa meter, terumbu karang yang berwarna-warni tampak hidup dengan segala keindahannya. Salah satu yang paling mencolok adalah karang bercabang (branching koral) yang tumbuh rimbun, berwarna coklat kekuningan, membentuk semacam hutan bawah laut yang dihuni berbagai jenis ikan. Di antara karang-karang tersebut, aku bisa melihat ikan-ikan kecil seperti ikan Nemo, ikan putih belang hitam, ikan oranye, ikan hitam, yang ceria berenang di antara terumbu karang. Terkadang, ikan-ikan tersebut berkelompok, menciptakan gerakan yang begitu harmonis, seolah menyatu dengan lingkungan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar