Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

2.07.2025

Sadar Setiap Hari (SSH) 15 : Kepuasan Batin (Santutthi)

Santutthi atau artinya kepuasan batin adalah bagian dari praktik hidup sederhana dan bersyukur atas apa yang ada tanpa terikat oleh keinginan berlebihan. Konsep ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari memiliki lebih banyak hal, tetapi dari menerima dan menghargai apa yang sudah dimiliki. Dengan memiliki Santutthi, seseorang dapat hidup dengan lebih damai, tanpa terus-menerus dikuasai oleh nafsu keinginan (tanha), yang merupakan akar penderitaan dalam ajaran Buddha. Berikut adalah beberapa aspek penting yang dapat memperdalam pemahaman tentang kepuasan dalam Buddhisme:

1. Santutthi dalam Konteks Buddhisme

Santutthi (सन्तोष/Santuṭṭhi) berarti kepuasan atau merasa cukup. Ini adalah kualitas yang ditekankan dalam berbagai ajaran Buddha, terutama dalam Dhammapada dan teks-teks lain dalam Tipitaka. Dalam kehidupan sehari-hari, Santutthi berarti tidak tergantung pada materi atau keadaan eksternal untuk merasakan kebahagiaan.

Dalam Dhammapada (ayat 204), dikatakan:
"Kesehatan adalah keuntungan terbesar, kepuasan adalah kekayaan terbesar, kepercayaan adalah sanak keluarga terbaik, dan Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi."

Buddha sendiri mengajarkan bahwa kepuasan sejati datang dari dalam, bukan dari benda-benda duniawi. Orang yang selalu mengejar lebih banyak harta, status, atau kenikmatan indriawi tanpa batas akan terus mengalami penderitaan (dukkha), karena keinginan tidak pernah ada habisnya. Sebaliknya, mereka yang mampu menerima apa yang dimiliki dengan penuh kesadaran akan hidup lebih damai.

2. Menghindari Ketidakpuasan (Tanha)

Dalam Empat Kebenaran Mulia (Cattāri Ariya Saccāni), Sang Buddha mengajarkan bahwa penderitaan (dukkha) muncul karena keinginan yang tidak pernah puas (tanha). Keinginan ini bisa berupa:

  • Keinginan terhadap kesenangan (kama-tanha)
  • Keinginan untuk menjadi sesuatu yang lebih baik (bhava-tanha)
  • Keinginan untuk menghindari sesuatu (vibhava-tanha)

Dengan melatih santutthi, seseorang dapat mengurangi ketergantungan pada hal-hal eksternal dan menemukan kebahagiaan dalam kondisi apa pun.

3. Santutthi dalam Kehidupan Sehari-hari

Ada beberapa cara untuk menerapkan Santutthi dalam kehidupan:

  • Bersyukur atas apa yang dimiliki saat ini. Menghargai makanan, tempat tinggal, kesehatan, dan hubungan yang dimiliki tanpa terus-menerus menginginkan lebih.
  • Tidak membandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain sering kali menyebabkan ketidakpuasan dan kecemburuan. Dalam Buddhisme, setiap orang memiliki karma dan jalannya sendiri.
  • Mengurangi keterikatan pada benda materi. Hidup sederhana bukan berarti miskin, tetapi memiliki pemahaman bahwa benda duniawi bukan sumber kebahagiaan sejati.
  • Mengembangkan kesadaran (mindfulness). Dengan hidup di saat ini dan sadar akan momen yang sedang terjadi, kita dapat menikmati kebahagiaan dalam hal-hal kecil tanpa terus merasa kurang.
  • Berlatih kedermawanan (dāna). Orang yang merasa cukup cenderung lebih mudah berbagi dengan orang lain, karena ia tidak hidup dalam rasa kurang terus-menerus.

4. Hubungan Santutthi dengan Jalan Tengah (Majjhima Patipada)

Buddha mengajarkan bahwa Jalan Tengah (Majjhima Patipada) adalah keseimbangan antara kehidupan penuh kesenangan (kāmasukhallikānuyoga) dan penyiksaan diri (attakilamathānuyoga). Santutthi membantu seseorang untuk tidak terjebak dalam kerakusan atau penderitaan ekstrem.

5. Santutthi dalam Dhammapada

Dalam Dhammapada, ada beberapa ayat yang mengajarkan tentang kepuasan:

"Santussako ca subharo ca, appakicco ca sallahukavutti"
(Dhammapada 197)
"Ia yang puas, mudah dipelihara, sedikit urusan, dan hidup sederhana, itulah yang membawa kebahagiaan sejati."

Ayat ini menekankan bahwa kepuasan batin membawa ketenangan dan kebahagiaan sejati.

6. Manfaat Santutthi

  • Mengurangi stres dan kecemasan akibat keinginan berlebihan.
  • Membantu seseorang hidup lebih damai dan harmonis.
  • Memperkuat praktik mettā (cinta kasih) karena tidak diliputi oleh iri hati.
  • Membantu dalam meditasi dan perkembangan spiritual.

Kesimpulannya, Santutthi adalah kunci ketenangan batin dan kebahagiaan dalam Buddhisme. Dengan merasa cukup, kita dapat mengurangi penderitaan dan lebih fokus pada pengembangan batin dan kebijaksanaan.

1.03.2025

Sadar Setiap Hari (SSH) 14 : Cara Meredam Pikiran Buruk dan Tidak Bermanfaat

 Bhante Santacitto mengajarkan pendekatan yang sangat mendalam dan bijak dalam menghadapi pikiran buruk. Penekanannya pada kesadaran dan penerimaan memberikan panduan praktis yang dapat membantu kita mengelola emosi dan pikiran negatif dengan cara yang lebih sehat dan penuh perhatian. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa diambil berdasarkan ajaran tersebut:

1. Menerima tanpa Menghakimi

  • Ketika pikiran buruk muncul, langkah pertama yang diajarkan Bhante Santacitto adalah menerima pikiran itu tanpa menolaknya atau memberikan penilaian. Ini berarti kita tidak langsung melabeli pikiran tersebut sebagai "buruk," "salah," atau "tidak seharusnya ada."

    Penjelasan:

    • Apa itu menerima tanpa menghakimi?
      Ini adalah sikap di mana kita mengakui keberadaan pikiran tersebut apa adanya, tanpa perlawanan atau kritik. Pikiran buruk adalah bagian alami dari proses mental. Alih-alih mencoba mengusirnya, kita memberi ruang untuk pikiran itu hadir.

    • Mengapa ini penting?
      Ketika kita melawan pikiran buruk, justru pikiran itu sering menjadi lebih kuat karena kita memberikan energi padanya melalui perlawanan. Sebaliknya, dengan menerima, kita memutus siklus reaksi yang memperkuat pikiran tersebut.

    Cara Praktis Menerima Tanpa Menghakimi:

    1. Sadari Kehadirannya

      • Ketika pikiran buruk muncul, berhenti sejenak dan akui bahwa pikiran itu ada.
        Contoh: "Oh, ada pikiran seperti ini."
    2. Berikan Nama atau Label Ringan

      • Tanpa terlibat terlalu jauh, beri nama pikiran itu untuk menciptakan jarak.
        Contoh: "Ini hanya rasa khawatir," atau "Ini hanya pikiran kemarahan."
    3. Hindari Penilaian

      • Jangan memutuskan apakah pikiran itu baik atau buruk.
        Contoh: Daripada berpikir, "Saya seharusnya tidak berpikiran seperti ini," cukup katakan, "Ini adalah bagian dari pengalaman saya saat ini."
    4. Jangan Bereaksi

      • Jangan mengambil tindakan impulsif berdasarkan pikiran tersebut. Sebagai gantinya, biarkan pikiran itu ada tanpa mencoba melanjutkan narasi di kepala Anda.
    5. Perhatikan Sensasi Tubuh

      • Kadang-kadang, pikiran buruk disertai sensasi fisik, seperti sesak di dada atau tegang di leher. Sadari sensasi ini tanpa menghindarinya, seperti seorang pengamat.

    Contoh:

    Misalnya, jika muncul pikiran, "Saya tidak cukup baik," Anda bisa:

    • Mengatakan dalam hati: "Oh, ada pikiran tentang rasa tidak cukup baik."
    • Tidak langsung percaya atau mencoba menolaknya, cukup diamati saja.
    • Membiarkannya hadir sampai akhirnya pikiran itu perlahan menghilang dengan sendirinya.

    Pendekatan ini menciptakan ruang di antara Anda dan pikiran tersebut, sehingga Anda tidak terperangkap dalam kekuatan negatifnya. Lama-kelamaan, sikap menerima tanpa menghakimi ini melatih Anda untuk lebih tenang dalam menghadapi segala jenis pikiran, baik yang menyenangkan maupun yang tidak.

2. Mengembangkan Kesadaran

  • Langkah kedua yang diajarkan Bhante Santacitto adalah menyadari bahwa pikiran, termasuk pikiran buruk, bersifat tidak kekal. Mereka muncul, ada untuk sementara waktu, dan pada akhirnya akan hilang. Kesadaran akan ketidakkekalan ini membantu kita melepaskan keterikatan pada pikiran tersebut dan mengurangi dampak negatifnya.

    Penjelasan:

    • Apa itu ketidakkekalan?
      Dalam Buddhisme, konsep ini dikenal sebagai anicca (ketidakkekalan), yang berarti segala sesuatu, termasuk pikiran dan perasaan, selalu berubah. Pikiran buruk tidak pernah permanen; ia akan datang dan pergi seperti awan yang bergerak di langit.

    • Mengapa kesadaran ini penting?
      Ketika kita memahami bahwa pikiran buruk tidak akan bertahan selamanya, kita tidak merasa perlu untuk melawan, memperkuat, atau merasa putus asa karenanya. Sebaliknya, kita dapat bersikap lebih tenang dan menerima.

    Cara Praktis Mengembangkan Kesadaran Ketidakkekalan:

    1. Amati Siklus Pikiran

      • Perhatikan bagaimana pikiran buruk muncul secara tiba-tiba, bertahan sebentar, lalu perlahan menghilang.
        Contoh: Saat merasa marah, cobalah sadari: "Rasa marah ini muncul, memuncak, lalu perlahan mereda."
    2. Gunakan Perumpamaan

      • Pikirkan pikiran buruk seperti awan gelap yang lewat di langit. Anda adalah langit yang luas; awan hanyalah sesuatu yang sementara. Visualisasi ini membantu Anda menciptakan jarak antara diri Anda dan pikiran tersebut.
    3. Bernapas dalam Kesadaran

      • Ketika pikiran buruk muncul, fokuskan perhatian pada napas Anda.
        Contoh: Tarik napas perlahan dan katakan pada diri sendiri, "Ini hanya sementara." Hembuskan napas dengan lembut sambil membiarkan pikiran itu berlalu.
    4. Gunakan Catatan Pikiran

      • Jika pikiran buruk terus muncul, tuliskan di jurnal Anda. Proses menuliskannya akan membantu Anda melihat bahwa pikiran itu berubah seiring waktu.
    5. Sadari Pola Pikiran

      • Perhatikan bagaimana pikiran buruk sering kali mengikuti pola tertentu. Kesadaran akan pola ini membantu Anda memahami bahwa itu hanyalah respons otomatis dari pikiran, bukan sesuatu yang Anda harus pegang erat.

    Contoh:

    Misalnya, jika muncul pikiran, "Saya pasti akan gagal dalam tugas ini," cobalah untuk:

    • Mengamati pikiran itu tanpa ikut terbawa.
    • Mengingatkan diri bahwa perasaan ragu ini tidak akan bertahan selamanya.
    • Fokus pada napas atau lakukan aktivitas lain untuk memberikan ruang agar pikiran tersebut berlalu dengan sendirinya.

    Kesadaran bahwa semua pikiran, termasuk yang buruk, bersifat sementara adalah kunci untuk melepaskan diri dari cengkeraman pikiran negatif. Lama-kelamaan, ini membantu Anda membangun ketenangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi pengalaman mental apa pun

3. Mengenali Sifat Pikiran yang Tidak Bermanfaat

  • Langkah ini menekankan pentingnya menyadari apakah pikiran buruk yang muncul memiliki manfaat atau tidak bagi perkembangan mental dan batin kita. Dalam ajaran Bhante Santacitto, pengenalan ini membantu kita untuk tidak terperangkap oleh pikiran buruk dan, pada akhirnya, belajar untuk melepasnya.

    Penjelasan:

    • Apa itu pikiran yang tidak bermanfaat?
      Pikiran yang tidak bermanfaat adalah pikiran yang tidak membawa kebaikan, ketenangan, atau pertumbuhan batin. Contohnya:

      • Pikiran yang penuh kebencian.
      • Pikiran yang menumbuhkan rasa iri atau keserakahan.
      • Pikiran yang membuat kita ragu dan tidak percaya diri secara berlebihan.
    • Mengapa mengenali sifat pikiran itu penting?
      Ketika kita menyadari bahwa sebuah pikiran tidak membawa manfaat, kita tidak perlu memberikan energi padanya. Sebaliknya, kita dapat memilih untuk mengalihkan fokus ke hal-hal yang lebih positif atau netral.

    Cara Praktis Mengenali Sifat Pikiran yang Tidak Bermanfaat:

    1. Bertanya pada Diri Sendiri
      Ketika pikiran buruk muncul, tanyakan:

      • Apakah pikiran ini membantu saya merasa lebih baik?
      • Apakah pikiran ini membawa saya lebih dekat pada kedamaian atau kebahagiaan?
        Jika jawabannya "tidak," maka pikiran itu tidak bermanfaat.
    2. Evaluasi Dampaknya

      • Perhatikan bagaimana pikiran itu memengaruhi emosi dan tubuh Anda.
        Contoh: Jika pikiran membuat Anda merasa cemas, marah, atau sedih berkepanjangan, itu adalah tanda bahwa pikiran tersebut tidak mendukung kesejahteraan Anda.
    3. Gunakan Perspektif Jangka Panjang

      • Bayangkan dampak pikiran ini jika terus-menerus dipelihara. Apakah itu akan membawa Anda menuju tujuan hidup yang lebih bermakna atau justru menjauhkan Anda?
    4. Bandingkan dengan Pikiran yang Lebih Positif

      • Setelah mengenali pikiran buruk, cobalah memikirkan sesuatu yang lebih bermanfaat.
        Contoh: Alihkan pikiran "Saya tidak mampu menyelesaikan ini" menjadi "Saya akan mencoba semampu saya, dan itu cukup."
    5. Sadari Pola Umum Pikiran Buruk

      • Banyak pikiran buruk hanyalah kebiasaan yang terbentuk oleh pengalaman masa lalu atau respons otomatis terhadap stres. Dengan menyadari pola ini, Anda dapat lebih mudah mengatasi pengaruhnya.

    Contoh:

    Misalnya, muncul pikiran, "Orang lain pasti lebih baik dari saya," Anda bisa:

    • Mengidentifikasi bahwa ini adalah pikiran tidak bermanfaat karena hanya menumbuhkan rasa rendah diri.
    • Mengingatkan diri bahwa pikiran itu tidak mencerminkan realitas objektif.
    • Mengganti dengan afirmasi positif, seperti "Saya memiliki keunikan dan potensi saya sendiri."

    Dengan terus melatih kemampuan mengenali pikiran tidak bermanfaat, Anda akan semakin mahir untuk tidak terjebak di dalamnya dan, pada saat yang sama, memperkuat pikiran yang mendukung perkembangan mental dan spiritual Anda.

4. Mengembangkan Sikap Bijaksana

  • Langkah ini mengajarkan kita untuk memperhatikan dampak dari pikiran buruk pada emosi, tubuh, tindakan, dan kehidupan secara keseluruhan. Dengan memahami konsekuensi yang dihasilkan, kita menjadi lebih sadar untuk memilih pikiran yang mendukung kesejahteraan dan perkembangan batin.

    Penjelasan:

    • Apa itu kesadaran akan konsekuensi?
      Kesadaran ini berarti memahami bahwa setiap pikiran, baik atau buruk, memengaruhi cara kita merasa, berbicara, dan bertindak. Pikiran buruk biasanya membawa konsekuensi negatif, seperti perasaan cemas, marah, atau keputusan yang tergesa-gesa.

    • Mengapa kesadaran ini penting?
      Dengan memahami konsekuensi dari pikiran, kita dapat mengambil langkah untuk melepaskan pikiran buruk sebelum memengaruhi tindakan atau keputusan yang merugikan.

    Cara Praktis Mengembangkan Kesadaran akan Konsekuensi:

    1. Refleksi Diri

      • Saat pikiran buruk muncul, tanyakan:
        • Apa yang akan terjadi jika saya terus memelihara pikiran ini?
        • Bagaimana perasaan saya setelah pikiran ini berlalu?
    2. Sadari Efeknya pada Tubuh

      • Pikiran buruk sering kali disertai dengan reaksi fisik, seperti:
        • Ketegangan di otot.
        • Napas menjadi pendek atau tidak teratur.
        • Jantung berdebar lebih cepat.
          Dengan mengenali tanda-tanda ini, Anda dapat segera menyadari dampaknya pada kesehatan tubuh.
    3. Perhatikan Efek Emosional

      • Amati bagaimana pikiran buruk memengaruhi suasana hati.
        Contoh: Apakah pikiran itu membuat Anda sedih, marah, atau merasa tidak berdaya?
    4. Gunakan Pengalaman Masa Lalu

      • Refleksikan pengalaman sebelumnya ketika Anda terjebak dalam pikiran buruk.
        Contoh: "Ketika saya terlalu memikirkan kesalahan di masa lalu, itu hanya membuat saya merasa bersalah dan tidak produktif."
    5. Bayangkan Alternatifnya

      • Pikirkan bagaimana hidup Anda akan berbeda jika Anda melepaskan pikiran buruk itu.
        Contoh: Jika Anda berhenti memikirkan rasa dendam, Anda mungkin merasa lebih ringan dan bebas.
    6. Sadari Efek Jangka Panjang

      • Renungkan bagaimana pikiran buruk dapat memengaruhi hubungan, pekerjaan, atau kesejahteraan secara keseluruhan.
        Contoh: Pikiran negatif yang berulang bisa membuat Anda mengisolasi diri atau kehilangan peluang.

    Contoh:

    Jika Anda berpikir, "Saya tidak akan pernah berhasil," maka:

    • Perhatikan bahwa pikiran ini membuat Anda cemas dan tidak percaya diri.
    • Sadari bahwa konsekuensinya bisa berupa rasa takut mencoba hal baru atau menyerah sebelum mencoba.
    • Pilih untuk mengganti pikiran itu dengan sesuatu yang lebih realistis, seperti "Saya akan belajar dari proses ini, apa pun hasilnya."

    Dengan mengembangkan kesadaran akan konsekuensi pikiran buruk, Anda dapat lebih bijaksana dalam memilih respons mental, sehingga membawa dampak yang lebih positif pada kehidupan Anda.

5. Menggantikan dengan Pikiran yang Positif

  • Langkah ini mengajarkan bahwa pikiran buruk tidak harus dilawan dengan keras, melainkan dilepaskan dengan lembut dan penuh kesadaran. Ketika kita tidak memberi energi pada pikiran buruk, mereka akan memudar dengan sendirinya, seperti api yang padam karena kehabisan bahan bakar.

    Penjelasan:

    • Mengapa melepaskan dengan lembut?
      Melawan pikiran buruk dengan keras sering kali justru membuat mereka semakin kuat karena kita memberi terlalu banyak perhatian. Sebaliknya, sikap lembut dan netral membantu pikiran itu menghilang tanpa meninggalkan dampak negatif.

    • Bagaimana caranya?
      Alih-alih menekan atau menghindari pikiran buruk, kita mengizinkannya muncul, mengamati tanpa penghakiman, lalu membiarkannya pergi. Proses ini menciptakan ruang dalam batin dan membawa rasa tenang.

    Cara Praktis untuk Melepaskan Pikiran Buruk dengan Lembut:

    1. Sadari Kemunculan Pikiran

      • Ketika pikiran buruk muncul, jangan panik atau langsung mencoba melawan.
        Contoh: Saat pikiran "Saya tidak cukup baik" muncul, akui saja keberadaannya tanpa reaksi berlebihan.
    2. Latih Penerimaan

      • Katakan pada diri sendiri, "Ini hanya pikiran, dan tidak apa-apa pikiran ini ada di sini untuk sementara."
        Penerimaan ini membantu Anda mengurangi resistensi yang justru memperkuat pikiran tersebut.
    3. Fokus pada Napas

      • Alihkan perhatian dari pikiran buruk dengan fokus pada napas.
        Contoh: Tarik napas perlahan sambil berkata dalam hati, "Saya tenang." Hembuskan napas dengan lembut sambil berkata, "Saya lepaskan."
    4. Gunakan Teknik Visualisasi

      • Bayangkan pikiran buruk seperti daun yang mengalir di sungai. Biarkan daun itu terus bergerak, tidak perlu Anda pegang.
    5. Alihkan Perhatian

      • Setelah mengakui keberadaan pikiran, lakukan aktivitas yang melibatkan perhatian penuh, seperti berjalan kaki, mendengarkan musik, atau membaca.
        Contoh: Jika pikiran buruk datang saat bekerja, luangkan waktu 5 menit untuk berjalan atau minum air sebagai bentuk jeda.
    6. Latihan Meditasi

      • Meditasi mindfulness sangat efektif untuk melepaskan pikiran buruk. Duduklah dengan tenang, amati pikiran yang muncul, dan biarkan mereka berlalu tanpa keterlibatan.
    7. Jangan Mengidentifikasi Diri dengan Pikiran

      • Ingatlah bahwa Anda bukan pikiran Anda. Pikiran adalah sesuatu yang lewat, bukan definisi diri Anda.
        Contoh: Alih-alih berkata, "Saya orang gagal," ubah menjadi "Ada pikiran tentang kegagalan di kepala saya, tapi itu hanya pikiran."

    Contoh:

    Jika Anda merasa cemas dengan pikiran seperti, "Bagaimana jika saya membuat kesalahan besar?":

    1. Sadari bahwa itu hanya pikiran.
    2. Tarik napas dalam-dalam dan ingatkan diri bahwa pikiran itu akan berlalu.
    3. Visualisasikan pikiran itu seperti awan yang berlalu ditiup angin.
    4. Lakukan sesuatu yang positif, seperti mendengarkan musik santai atau berbicara dengan teman.

    Dengan melatih pelepasan yang lembut, Anda membangun keterampilan untuk menghadapi pikiran buruk tanpa stres berlebihan, memungkinkan batin Anda tetap tenang dan stabil.

1.02.2025

[1] Ambon - Ora : Pesona Desa Mata Air Belanda dan Tebing Sawai !

Surabaya, 25 Desember 2017

Perjalanan ini berawal dari chat Fredo - teman travelingku - kepadaku, 

"Luuh, ada rencana traveling kemana akhir tahun ini? Aku mau ikuut dong."

Well, aku yang sedang bersantai-santai di kasur kamar kosan, tiba-tiba ter-trigger. Iya juga ya, aku belum ada rencana apa-apa. Kemana ya enaknya? Aku tidak langsung menjawab chat-nya, karena masih berpikir destinasi apa yang bisa kukunjungi. 

Ahh sial Fredo ni emang ga kasi aku kesempatan istirahat wkwkwk... Padahal September 2017 kemarin aku barusan pulang dari trip besar juga. Jadi sebenarnya kalau dipikir-pikir, belum saatnya aku traveling lagi. Tapi yaaa gara-gara dia nanya aku malah jadi pengen ke suatu tempat lagi. Alamaak.

Saat sedang berpikir tiba-tiba aku ingat destinasi ini, Pantai Ora! Salah satu pantai terindah di Indonesia, tepatnya di Maluku, yang gambarnya sering banget muncul di media sosial. Wadawwww.. la ini! Wkwkwk..Aku segera cek harga tiket dari Surabaya ke Ambon disitus skyscanner, terpampang harga 1,3 jutaan sekali jalan. Masih okelah!

"Mau ke Pantai Ora nggak? Di Maluku. Tapi aku cuma bisa 3 harian, soalnya kepentok libur kantor" kataku menjawab chat Fredo.

"Gassss! Kabari kapan beli tiketnya." Jawab Fredo.

Hehehe.. jadilah begini. Aku yang sedang bermalas-malasan di kasur kos tiba-tiba udah harus hunting tiket pesawat, bikin itinerary, dan siap-siap berangkat di.....4 hari lagi! Ya.. semendadak inilah. Karena aku masih kerja kantoran, jadi cuma punya waktu di liburan akhir tahun aja.

Tiba-tiba aku kepikiran ngajak Arin juga, teman kantorku yang hobi traveling destinasi alam juga. Dia dengan mudahnya bilang,

"Yukkk berangkat kapan?"

Setelah mempertimbangkan jadwal tiket pesawat dan hari libur kita sejenak, aku jawab,

"Jumat 29 Desember yaa, kita otw dari Juanda. Nanti transit dulu malamnya di Makassar, lanjut terbang Ambon, sampainya 30 Desember jam 6 pagi," jawabku.

"Okee kabari ya mau beli tiket yang mana. Eh aku ajak mbakku ya," jawabnya lagi.

"Siaap rin, okey!" Kataku.

Beberapa saat kemudian, tiket Surabaya - Ambon - Surabaya telah kami pegang semua. Perjalanan yang cukup mendadak, tapi kalau nggak sekarang kapan lagi kan?

Bandara Juanda, Jumat 29 Desember 2017

Akhirnya hari ini datang juga. Hari keberangkatan kami berempat ke Ambon. Sore itu selepas pulang kerja, aku segera packing semua barang dan dibutuhkan dan sekitar jam 8 malam berangkat bareng sama Arin ke Bandara Juanda, Surabaya. Dibandara kami bertemu Fredo yang berangkat dari Jogja. Dari Bandara Juanda, kita bertiga akan sama-sama terbang ke Makassar, sementara mbaknya Arin - Mbak Hayu - terbang dari Jakarta langsung ke Makassar. Jadi kita berempat akan bertemu dan terbang sama-sama dari Makassar ke Ambon.

Penerbangan kami dari Surabaya menuju Makassar berlangsung dengan lancar. Selama 1 jam 20 menit, pesawat melaju mulus tanpa turbulensi berarti, membuat perjalanan terasa nyaman. Kami bertiga—aku, Arin, dan Fredo—tiba di Makassar sekitar pukul 00.30. Beberapa saat setelah itu, kami akhirnya bertemu dengan Mbak Hayu yang terbang dari Jakarta. Rasanya lega semuanya sudah berkumpul. Segera setelah bertemu dan berkenalan singkat (aku dan Fredo baru kenal Mbak Hayu disini), kami langsung menuju gate transit. Kami masih punya space waktu 2,5 jam sebelum boarding, dan kami gunakan sambil tidur-tidur ayam. Jangan ketiduran beneran, bahaya ketinggalan pesawat! Hehehe

Proses boarding akhirnya datang. Penerbangan awalnya berjalan dengan mulus dan minim guncangan, namun semakin kami terbang ke timur, situasi mulai berubah. Turbulensi yang cukup parah beberapa kali mengguncang pesawat. Guncangannya cukup kuat sehingga penumpang di sebelahku langsung reflek memegang tanganku yang sedang memegang gagang kursi, seperti mencari pegangan untuk menenangkan dirinya.

Suasana di dalam pesawat semakin tegang ketika seorang ibu di kursi belakang mulai berbisik lirih, "Yesus, Yesus," sambil berdoa. Semua orang di pesawat terlihat ketakutan, dan aku pun ikut merasa sedikit cemas.

Bagaimanapun, aku mencoba tetap tenang dan berharap pesawat segera stabil. Seluruh tubuh terasa tegang, dan detak jantungku pun seakan ikut berdetak lebih cepat. Dalam kondisi seperti itu, kita bisa merasakan betapa rapuhnya perasaan manusia saat dihadapkan pada ketidakpastian. 

Akhirnyaaaa kami mendarat dengan selamat di Bandara Pattimura, Ambon jam 06.00 WIT. Begitu turun dari pesawat, rasa lelah dan cemas itu terlupakan dengan semangat petualangan yang sudah menanti di depan mata. Begitu berjalan keluar bandara, kami ditawari mobil Avanza yang banyak stand by di depan Bandara untuk menuju langsung ke Pelabuhan Tulehu, seharga Rp 150.000/mobil. Sebenarnya kalau waktunya longgar bisa juga naik angkot dua kali, dengan rute Bandara Pattimura -Terminal Mardika, disambung angkot lainnya dari Terminal Mardika - Pelabuhan Tulehu. Karena kami mengejar speed boat yang jam 09.00 WIT (jadwal speedboat sehari ada 2x yaitu jam 09.00 WIT dan 16.00 WIT), kami memutuskan langsung charter Avanza tersebut, toh kami bisa iuran berempat. Jarak tempuh dari Bandara Pattimura ke Pelabuhan Tulehu dengan naik mobil charter Avanza sekitar 1 jam dengan medan perbukitan hijau yang subur, dengan bukit-bukit yang meliuk-liuk di sepanjang perjalanan. 

Sesampainya di Pelabuhan Tulehu, kami segera membeli tiket speed boat untuk menuju ke Pelabuhan Amahai di Pulau Seram. Ada dua loket di Pelabuhan Tulehu, satu loket untuk penjualan tiket kapal ke Pulau Saparua (Harganya Rp 65.000), satu loket untuk penjualan tiket kapal ke Pulau Seram (Harga Rp 115.000 sekali jalan untuk kelas ekonomi, Rp 260.000 untuk kelas VIP). Lama perjalanan dari Pelabuhan Tulehu ke Pelabuhan Amahai sekitar 4 jam. 

Jarak dari Pelabuhan Tulehu ke Amahai

NB: Pantai Ora dan Ambon itu masih jauh ya teman-teman. Ambon ada di Pulau Ambon, sementara Pantai Ora ada di Pulau Seram. Yap. Dua pulau yang berbeda. Jadi untuk menuju Pantai Ora teman-teman harus melakukan perjalanan darat dan laut.



Selesai beli tiket, sembari menunggu keberangkatan kami putuskan sarapan di warung yang banyak tersebar di pintu masuk Pelabuhan Tulehu. Harga makanan cukup bersahabat, antara Rp 20.000 sd Rp 25.000 sekali makan. Aku sendiri menikmati semangkuk soto ayam. Pas untuk melegakan tenggorokanku.

Sarapan di Pelabuhan Tulehu, Ambon

Jam 09.00 tepat, perjalanan kami menggunakan speedboat Express Cantika 88 menuju Pelabuhan Amahai dimulai. Menurut info yang kubaca, jarak antara Pelabuhan Tulehu di Pulau Ambon dan Pelabuhan Amahai di Pulau Seram sekitar 75 kilometer. Perjalanan menggunakan kapal cepat ini akan memakan waktu kira-kira 4 jam. 

Cuaca hari itu cukup bersahabat, tidak terlalu berangin dan gelombang laut juga cukup tenang, membuat perjalanan terasa lebih nyaman meskipun waktu tempuhnya cukup lama. Selama perjalanan, kami sempat mampir di beberapa pulau untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Masing-masing pulau memiliki suasana yang berbeda, ada yang dihuni oleh penduduk lokal yang sedang menunggu di dermaga kecil, ada pula yang sepi dan hanya terlihat rumah-rumah sederhana di tepian pantai. Setiap berhenti, kami bisa menikmati sejenak pemandangan pulau-pulau kecil yang dikelilingi air laut yang jernih.

Pelabuhan Amahai, Pulau Seram

Walau perjalanan terasa panjang, suasana yang tenang dan pemandangan yang indah membuat waktu terasa cepat berlalu. Kami akhirnya sampai Pelabuhan Amahai di Pulau Seram sekitar jam 1 siang. Bertanya-tanya singkat kepada petugas pelabuhan, kami diarahkan naik angkot yang banyak stand by di depan pelabuhan untuk menuju ke terminal di kota.  Di Pelabuhan Amahai banyak sekali supir yang menawarkan charter mobil pribadi untuk diantar sampai ke Desa Saleman sebagai titik pemberhentian terakhir sebelum Pantai Ora. Namun harganya gila-gilaan, satu mobil ditarif Rp 800.000. Kami menolak dan pilih naik angkot ke terminal kota. Siapa tau disana bisa dapat charteran mobil lebih murah. Tarif naik angkot Rp 5.000/orang.

Angkot dari Pelabuhan Amahai ke Kota Amahai

Sampai di Terminal di Kota Amahai, kita keluar terminal dan sudah banyak jasa charter mobil/jasa transportasi yang menawarkan mengantarkan menuju ke Desa Saleman di titik pemberhentian terakhir sebelum Pantai Ora. Ada dua pilihan, kalau mau naik tanpa charter, biayanya Rp 75.000/orang. Namun konsekuensinya, harus menunggu mobil sampai penuh dahulu. Kalau mau charter, biayanya Rp 500.000 sd Rp 600.000/mobil/sekali jalan. Karena kita hanya berempat dan tidak nampak traveler lainnya yang kelihatan, kita memutuskan charter.

Charter mobil menuju Desa Saleman

"Ini lebih baik kita mampir makan siang dulu aja ya kak. Soalnya nanti di sepanjang jalan sudah tidak ada warung kak," kata om sopir.

"Siaap pak."

Akhirnya kita dimampirkan makan siang dahulu di sebuah warung jawa di Amahai. Setelahnya perjalanan pun berlanjut. Lama perjalanan dari Kota Amahai ke Desa Saleman sekitar 2 jam dengan kondisi jalan yang cukup bagus, namun berkelak-kelok ala pegunungan dan kanan kiri berupa hutan belantara.
Kondisi jalan dari Amahai ke Desa Saleman

 Hutan di samping kanan dan kiri jalan

Sebelum tiba di Desa Saleman, perjalanan kami melewati jalanan berliku yang dihiasi pemandangan alam luar biasa. Di salah satu titik, om sopir tiba-tiba memperlambat mobil dan berkata, “Kita berhenti sebentar ya, biar kalian bisa foto disini. Di kejauhan itu Pantai Ora."

Salah satu spot foto ketika mendekati Desa Saleman. Di kejauhan itu adalah Pantai Ora

Dari sini saja, aku langsung terpana dengan pemandangan yang terbentang luas. Di kejauhan, tebing-tebing hijau menjulang tinggi, seolah memeluk garis pantai dengan megah. Gradasi warna hijau dari hutan yang lebat menyelimuti lereng-lerengnya, menciptakan kesan alami yang tak terjamah.

Tepat di bawah tebing, lautan biru yang tenang membentang luas, memantulkan warna langit yang cerah meski sedikit berawan. Kontras antara hijaunya pepohonan, birunya laut, dan bayangan tebing yang gelap menjadikan pemandangan ini seperti lukisan yang hidup. Semak-semak hijau segar di tepi jalan memberikan bingkai alami untuk panorama ini. Udara di sini terasa sejuk, dengan aroma khas hutan dan laut bercampur menjadi satu.

"Waahh bagus. Nggak sabar aku turun kesana," kataku ke om sopir.

"Iya kak tinggal dekat aja ini. Turun udah sampai Desa Saleman. Dari situ nanti naik kapal kalau mau ke Desa Mata Air Belanda atau Pantai Ora. Nanti saya kenalkan teman saya."

Jadi karena di perjalanan ini kami belum ada rencana mau menginap dimana, om sopir bilang akan mangenalkan kami ke temannya pemilik boat di Desa Saleman. Karena aku request penginapan yang ga terlalu mahal, om sopir bilang akan pesan ke pemilik boat untuk mengantarkan kami di penginapan dekat Desa Mata Air Belanda.

Dari sini, kami melanjutkan melajukan mobil terus ke bawah sampai mendekati pelabuhan yang ternyata merupakan Desa Saleman yang bisa dibilang merupakan pintu gerbang ke surga kecil di Maluku Tengah. Sesaat turun dari kendaraan, pemandangan spektakuler langsung menyambut kami. Lautnya berwarna biru kehijauan, begitu jernih hingga dasar air terlihat jelas. Di kejauhan, perbukitan menghijau berdiri kokoh, seolah melindungi desa ini dari hiruk-pikuk dunia luar.



"Waaah bagus banget," kata Arin setengah kegirangan.

"Ayok foto-foto," kata Fredo tak kalah semangat.


Memang secantik itu sih. Huhuhu....

Di sepanjang dermaga kecil, deretan kapal-kapal kayu tertambat rapi, siap mengantar para pengunjung ke destinasi populer seperti Pantai Ora. Suasana desa ini terasa hidup dengan keramahan penduduk lokal yang menawarkan jasa perahu, sambil sesekali berbincang santai dengan sesama pengemudi kapal.



Om sopir ternyata sudah mengatur segalanya. Kami diajak bertemu dengan seorang pemilik perahu, kenalannya, yang akan membawa kami menyeberang ke penginapan di Desa Mata Air Belanda.

"Ini nanti biayanya sewa per-perahu 750ribu. Itu sudah termasuk pengantaran dari sini ke Desa Mata Air Belanda. Kemudian dari situ kalian bisa mengunjungi Tebing Sawai. Kemudian besok ke resort ora dan sekitarnya, diantarkan pulang ke Desa Mata Air Belanda, kemudian kembali lagi kesini. Nanti akan saya jemput lagi untuk kembali ke Pelabuhan Amahai," kata om sopir menjelaskan dengan detail.

Proposal yang sangat menarik. Kami terima tanpa berpikir panjang, karena yah itulah fungsinya traveling berberapa orang. Kisa bisa sharing biaya sehingga bisa lebih hemat.

Saat menunggu perahu disiapkan, semilir angin laut dan suara ombak kecil menjadi irama yang menenangkan, melengkapi keindahan tempat ini. Saat perahu perlahan melaju meninggalkan dermaga Desa Saleman, aku benar-benar tambah terpukau oleh pemandangan laut dan tebing di sekitar. 


Airnya begitu tenang, seolah permukaannya adalah kaca besar yang memantulkan langit biru. Kejernihannya memukau—karang-karang di dasar laut terlihat jelas meskipun kami berada di atas perahu. Sapuan ombak yang ringan membuat perjalanan terasa damai, seolah alam sedang menyambut kami dengan kehangatan.

Sekitar 20 menit di atas air, kami akhirnya tiba di Desa Mata Air Belanda, yang dari sebelum berlabuh aja sudah memberikan kesan kedamaian yang mendalam. Kami menginap di dua cottage kecil yang sederhana namun nyaman, dengan suasana tenang yang menyatu dengan alam. Kami memesan 2 cottage, dimana harga per kamarnya adalah Rp 300.000, dan karena disini tidak ada warung, kami sekalian mengambil paket makan malam dan makan siang untuk besok. Harganya permakan tidak murah, 50rb/porsi. Tapi itu sangat dimaklumi melihat medan yang untik mengirim apa-apa harus dengan kapal.

Sesuai nama desanya, Desa Mata Air Belanda, ternyata du belakang cottage kami mengalir sungai jernih yang sumber airnya ternyata adalah mata air di pegunungan. Jadi bisa ditebak, airnya begitu jernih, dingin, dan segar. Suaranya yang mengalir memberikan ketenangan, menjadi latar sempurna untuk bersantai dan mengapresiasi anugerah alam di Maluku ini. Sungai ini menjadi sambutan pemandangan istimewa—mengalir dengan tenang di antara pepohonan rindang sebelum berlabuh di laut. Suaranya yang mengalir memberikan ketenangan, menjadi latar sempurna untuk bersantai dan mengapresiasi anugerah alam di Maluku ini.

Setelah check-in di cottage, bapak pemilik perahu menanyakan apa kami mau ke salah sayu destinasi sore ini, yaitu Tebing Sawai. Kami langsung menyetujui, toh waktu masih menunjukkan jam 4 sore. Dengan semangat, kami setuju dan segera naik perahu kembali. Perjalanan ke Tebing Sawai memakan waktu sekitar 20 menit. Saat perahu mulai mendekati tebing, pemandangan yang terhampar benar-benar memukau. Tebing-tebing tinggi menjulang megah, dengan dinding batu karang yang kokoh dihiasi tumbuhan hijau yang tumbuh alami di sela-selanya. Laut di bawahnya berwarna biru bersih, begitu jernih sehingga dasar laut yang dangkal terlihat dengan jelas. 

Angin laut yang sejuk dan sapuan ombak kecil semakin menambah kesan damai tempat ini. Di beberapa titik, tebing-tebing tersebut membentuk ceruk-ceruk kecil, menciptakan bayangan yang menambah dramatisasi pemandangan.

Kami sempat berhenti sejenak untuk menikmati momen ini, hanya suara burung dan gemuruh lembut ombak yang menemani. Rasanya seperti berdiri di depan karya seni alam yang sempurna, sebuah mahakarya yang membuat siapa pun terpesona. 

Begitu perahu berhenti di dekat Tebing Sawai, tanpa menunggu lama aku dan Fredo langsung nyebur ke air. Bagaimana tidak? Pemandangan laut biru jernih yang menggoda itu seperti memanggil-manggil untuk dijelajahi.

Saat menyentuh air, sensasinya begitu menyegarkan. Dengan kejernihan air yang luar biasa, berenang di sini terasa seperti melayang di atas akuarium alami. Karang-karang di bawah air terlihat jelas, dihiasi ikan-ikan kecil berwarna-warni yang berenang bebas di antara celah-celahnya.

Tebing tinggi di sekeliling kami semakin menambah kesan magis. Bayangannya yang jatuh ke permukaan air menciptakan kontras yang indah dengan warna biru kehijauan laut. Sambil berenang, aku sesekali menengadah ke arah tebing, mengagumi bagaimana alam bisa menciptakan sesuatu yang begitu sempurna.

Fredo, dengan penuh semangat, berenang lebih jauh mendekati dinding tebing. Aku mengikuti, tak ingin kehilangan momen ini. Dari dekat, tebing itu terlihat lebih mengesankan, dengan detail permukaannya yang kasar dan tanaman-tanaman hijau yang menempel di sela-sela celahnya.

Kami berenang hingga lupa waktu, hanya menikmati keajaiban alam yang begitu memanjakan mata dan jiwa. Rasanya seperti berada di dunia lain—sebuah tempat di mana keindahan dan kedamaian berpadu menjadi satu. Tebing Sawai bukan hanya tempat untuk dilihat, tapi juga untuk dirasakan dan dihayati. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan.