Matahari masih malu-malu menampakkan diri ketika aku, Arin, dan Ega sudah sibuk bergiliran mandi dan menyiapkan barang-barang kami. Hari ini adalah hari kepulangan kami kembali ke Jepara setelah 2 hari terakhir menikmati keindahan Pulau Karimunjawa. Bedanya, jika saat berangkat kami menggunakan kapal cepat Express Bahari (karena KMP Siginjai sedang off), untuk kepulangan kali ini kami berencana naik kapal Ferry, tepatnya KMP Siginjai. Tentunya perjalanan akan berlangsung lebih lama yakni 6 jam, dimana jika kapal cepat hanya membutuhkan 3 jam. Mengingat lamanya perjalanan, kami harus menyiapkan bekal yang cukup. Air minum dan beberapa cemilan menjadi hal wajib agar perjalanan tidak terasa membosankan. Kami pun mengepak barang-barang dengan hati-hati, memastikan tidak ada barang yang ketinggalan.
"Udah semua? Yuk berangkat," kataku ke Arin dan Ega.
Dengan membawa tas masing-masing, kita jalan kaki ke Pelabuhan Karimunjawa. Memang jaraknya dengan penginapan tidak terlalu jauh, tidak sampai 500 meter.
"Kita sarapan dulu aja ya, sama beli bekel air sama cemilan," kataku ke mereka sesampainya di Pelabuhan Karimunjawa.
Setelah sarapan yang cukup mengisi energi, kami segera menuju loket untuk membeli tiket KMP Siginjai. Beruntungnya, proses pembelian tiket berjalan lancar tanpa kendala berarti. Rasanya lega karena tidak ada kejutan tak terduga seperti yang sempat terjadi di awal perjalanan.
Kami langsung naik ke kapal dan mencari tempat duduk yang nyaman. Tak butuh waktu lama, sirine KMP Siginjai pun berbunyi, menandakan kapal akan segera berangkat. Awalnya, kami duduk di bangku dalam kapal, mencoba mencari tempat se-PW mungkin untuk duduk. Namun perjalanan 6 jam memang cukup lama. Tidak beberapa saat kami bosan dan memutuskan untuk naik ke dek atas kapal, ke area terbuka. Rupanya, banyak penumpang lain yang juga memilih duduk di sana, menikmati hembusan angin laut dan pemandangan lepas.
Waktu di dek kapal kami habiskan dengan berbagai cara. Sambil menikmati semilir angin dan suara ombak yang menghantam lambung kapal, kami mengobrol panjang lebar, saling bertukar cerita tentang perjalanan sejauh ini. Kadang pembicaraan mengarah ke hal-hal random, kadang juga membahas kenangan lama yang membuat kami tertawa. Setelah cukup lama mengobrol, kami mulai bermain kartu, mencoba mengusir kebosanan di tengah lautan luas. Sesekali kami tiduran, membiarkan tubuh beristirahat sambil menikmati getaran lembut kapal yang bergoyang mengikuti arus laut.
Cuaca hari itu juga syukurlah cukup bersahabat. Laut tampak tenang, tidak terlalu berangin, sehingga perjalanan terasa nyaman. Tidak ada gelombang besar yang mengganggu, hanya riak-riak kecil yang sesekali terlihat di kejauhan.
Setelah berjam-jam terapung di laut, akhirnya daratan Jepara mulai terlihat dari kejauhan. Perlahan kapal semakin mendekat ke pelabuhan, dan sekitar pukul 2 siang, kami telah tiba di Pelabuhan Kartini, Jepara. Dari sini kami sebenarnya sudah tidak mempunyai agenda wajib selain menunggu jadwal bus untuk kepulangan ke Surabaya nanti jam 6 sore. Itu berarti kami punya waktu beberapa jam untuk dihabiskan di Jepara sebelum kembali ke perjalanan panjang darat.
Di kapal tadi, aku sempat melontarkan ide ke Arin dan Ega, "Gimana kalau nanti kita mampir ke Pulau Panjang dulu? Daripada hanya menunggu di terminal atau sekadar duduk-duduk di sekitar pelabuhan," usulku.
Waktu itu, aku langsung penasaran, "Pulau Panjang? Itu di mana?" Dari situlah aku mulai kepo, dan ternyata pulau ini cukup menarik buat dikunjungi.
Pulau Panjang sendiri adalah pulau kecil yang terletak di sebelah barat laut Jepara, berjarak sekitar 2,5 km dari Pelabuhan Kartini. Pulau Panjang adalah pulau kecil yang memiliki ekosistem pesisir yang cukup lengkap, terumbu karang, lamun dan vegetasi pantai yang tumbuh di pantai berpasir yang landai, akan tetapi luput dari upaya perlindungan (Munasik, 2017). Upaya perlindungan telah dilakukan pemerintah Kabupaten Jepara melalui Perda No. 2 Tahun 2011 menetapkan Pulau panjang sebagai kawasan lindung sekaligus kawasan wisata berbasis ekologi. Selanjutnya Tahun 2013 telah ditetapkan sebagai pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil melalui Keputusan Bupati Jepara No. 522.5.2/728 (Munasik, 2017).
Setelah aku menjelaskan soal Pulau Panjang ke Arin dan Ega, mereka langsung antusias.
"Serius cuma 10 menit naik perahu?" tanya Ega.
"Iya, nggak jauh kok. Kita bisa main di pantai sebentar, jalan-jalan keliling pulau, terus langsung balik ke Jepara setelahnya," jawabku.
Arin mengangguk, terlihat tertarik. "Daripada cuma nunggu di terminal, mending kita ke sana aja, ya kan?"
Keputusan sudah sepakat. Sekarang tinggal mencari perahu yang bisa mengantar kami ke sana. Setelah bertanya kepada petugas pelabuhan, kami diarahkan ke dermaga kapal rakyat yang melayani penyeberangan ke Pulau Panjang. Kapalnya berupa perahu kayu bermotor sederhana yang digunakan masyarakat setempat untuk mengantar wisatawan. Biaya penyeberangannya cukup murah, hanya Rp25.000 per orang sekali jalan. Penyeberangan siang itu terlihat penuh dengan sekelompok ibu-ibu yang sepertinya hendak wisata bersama ke Pulau Panjang hehehe...
Tanpa menunggu terlalu lama, perahu pun berangkat. Perjalanan menuju Pulau Panjang hanya kami lalui sekitar 10 menit, melewati perairan tenang dengan warna air biru kehijauan yang agak keruh. Angin laut bertiup sepoi-sepoi, membawa aroma khas laut yang bercampur dengan suara burung-burung yang sesekali melintas. Dari kejauhan, siluet Pulau Panjang semakin jelas, tampak hijau dan rimbun dengan deretan pohon cemara yang menjulang tinggi.
Begitu kami tiba di dermaga Pulau Panjang, kami langsung disambut dengan suasana yang cukup ramai. Ada beberapa perahu lain yang juga baru merapat, menurunkan wisatawan yang juga tampak antusias untuk mengunjungi pulau ini. Dekat area dermaga, berjejer warung-warung sederhana yang menjual berbagai makanan ringan, kelapa muda, ikan bakar, serta minuman ringan. Beberapa wisatawan terlihat duduk santai menikmati es kelapa dibawah pohon-pohon yang membantu menghalangi sengatan matahari. Karena kami bertiga barusan sudah makan siang di Pelabuhan Kartini, kami memutuskan langsung jalan kaki saja berkeliling pulau.
Jalan yang mengelilingi pulau ternyata berupa jalur paving yang tertata rapi, cukup lebar untuk berjalan santai. Kanan-kirinya dipenuhi pepohonan tinggi, didominasi oleh pohon cemara laut, stigi, lamtoro, kapuk randu dan asam yang menjulang rapat, menciptakan kanopi alami yang memberikan keteduhan. Udara di sini terasa segar, berbeda dengan panasnya Jepara yang baru saja kami tinggalkan. Oiya untuk eksplor Pulau Panjang ini sangat mudah karena jalannya hanya satu, yaitu melingkari pulau.
Di sepanjang jalan setapak, sesekali kami bertemu dengan wisatawan lain yang juga berjalan kaki mengelilingi pulau. Ada yang berjalan santai sambil mengobrol, ada yang sibuk mencari spot foto, dan beberapa lainnya terlihat membawa perlengkapan snorkeling. Rupanya, di beberapa sisi pantai Pulau Panjang terdapat area snorkeling yang cukup populer.
Kami terus berjalan, menikmati suasana pulau yang masih alami. Di beberapa titik, terdapat bangku kayu sederhana untuk beristirahat. Dari sini, suara ombak yang lembut terdengar jelas, berpadu dengan suara burung yang berkicau di antara dahan-dahan pohon cemara.
Setelah sekitar 15 menit berjalan, kami sampai di sebuah pantai berpasir putih yang cukup sepi. Airnya jernih dengan gradasi biru kehijauan yang cukup menggoda. Beberapa wisatawan terlihat duduk santai di tepi pantai, ada yang bermain air, dan beberapa lainnya terlihat berayun di hammock yang diikat di antara dua pohon cemara.
"Eh foto-foto yuk. Ada tulisan Pantai Panjang juga," seru Ega.
Making memories together...
Jadilah kamu menghabiskan waktu beberapa saat di tepi pantai sambil mengambil memori sebagus mungkin. Toh kapan kembali lagi kesini kan?
Total kami menghabiskan waktu sekitar satu jam di Pulau Panjang sebelum memutuskan kembali ke Jepara. Meskipun singkat, pengalaman menjelajahi pulau kecil dengan hutan cemara yang rimbun, pantai berpasir putih, dan suasana santai cukup memberikan kesegaran di tengah perjalanan panjang kami. Kami kembali naik perahu menuju Jepara, bersiap untuk perjalanan selanjutnya ke Surabaya.
Saat perahu kembali merapat di Pelabuhan Kartini, waktu masih menunjukkan pukul 4 sore. Masih ada 2 jam sebelum bus kami berangkat ke Surabaya, jadi kami memutuskan untuk makan lebih dulu. Selesai makan, kami segera menuju Terminal Bus Jepara. Biarpun bus baru berangkat setelah magrib, kami lebih memilih standby lebih awal, karena lebih aman daripada buru-buru di menit-menit terakhir. Lagipula, lebih tenang rasanya kalau sudah sampai di terminal dan tinggal menunggu jadwal keberangkatan.
Surabaya...
Singkat cerita, setelah perjalanan darat yang panjang dari Jepara, kami sampai di Surabaya sekitar pukul 2 pagi. Terminal Bungurasih ternyata masih cukup ramai dengan orang-orang yang turun dari bus malam. Tanpa banyak basa-basi, kami langsung memesan Grab untuk menuju kos masing-masing.
Begitu tiba di kos, aku merebahkan diri di kasur, menarik napas panjang, lalu pikiranku kembali memutar memori keindahan dua hari terakhir. Besok pagi aku sudah harus kembali bekerja, kembali ke rutinitas sehari-hari. Tapi bukankah justru perjalanan seperti ini yang membuat semangat kita terpompa lagi?
Setiap perjalanan selalu meninggalkan cerita. Dan perjalanan ini, dengan segala kejutannya—dari drama KMP Siginjai, penangkaran hiu, snorkeling cantik, ide spontan ke Pulau Panjang—akan tetap terkenang selamanya.
Dan tentu saja, aku abadikan dalam bentuk tulisan di blog ini. Agar kelak, ketika aku membaca ulang, aku bisa kembali mengingat semua detailnya dan menikmati setiap momen kecil yang membuat hidup ini lebih berwarna.
Finished...