-
Assalamualaikum Oman
Kisah Perjalananku ke Oman -
TUKAR TAMBAH MOBIL
ALL NEW KIA RIO 2012 -
PERJALANAN KE AMERIKA SERIKA
Menghitung Hari ke Los Angeles -
BUMI ASIA TENGAH
Kisah Perjalananku ke Asia Tengah
11.14.2024
Surabaya-Sampang, 4-5 November 2022 : Diare, Kerja, Sup Tulang Sapi
Solo-Tuban, 9-10 Juni 2023 : Timlo, Kerja, Rajungan
11.13.2024
Sadar Setiap Hari (SSH ) 11 : Pandangan Benar Awal Perilaku
Sadar Setiap Hari (SSH) 11 : Menerima Perubahan sebagai Bagian dari Kehidupan
Boyolali, 18 September 2024 : Perubahan Meja Kerja supaya Lebih Fresh
11.12.2024
Trenggalek-Magetan-Boyolali, 26-28 Oktober 2024 : Kerja, Healing, Work from Nature
Solo, 29 November 2022 : Family Time di Solaria
Solo, 10-11 Juli 2022: Kejar Deadline di Kopi Kenangan
11.10.2024
Sadar Setiap Hari (SSH) 10 : Mengatasi Kerikil Kehidupan dengan Sati Sampajana
Solo, 24 Maret 2024
Vihara Dhamma Sundara (VDS)
Hari ini, sekitar jam 6 sore aku datang ke Vihara Dhamma Sundara di Solo untuk mengikuti talkshow dengan judul "Menjaga Mental Sehat" ini. Aku datang dan mendengarkan dengan seksama. Pada akhir sesi, Bhante Pannavaro membabarkan sedikit dhamma yang sedikit menyadarkanku.
Bhante Pannavaro berkata bahwa dalam kehidupan ini kita tidak bisa mengharapkan hidup selalu mulus dan tanpa hambatan, kita tidak bisa mengharapkan akan terus sehat, terus bahagia, terus sukses tanpa hambatan. Namanya hidup, ibaratnya seperti kita berjalan pasti akan selalu ada 'kerikil kehidupan'. Terkadang kerikil itu ada sedikit, terkadang ada banyak, terkadang tidak ada sama sekali. Jika kita tidak memakai 'alas kaki', tentu saja ketika menginjaknya telapak kaki kita akan sakit.
Hidup dengan bijaksana artinya, kita bukan mengharapkan kerikil itu tidak ada, tapi dengan memakai 'sandal'. Sandal itu sendiri adalah perumpamaan untuk mengembangkan sati dan sampajana.
Apa yang disampaikan oleh Bhante mencerminkan salah satu prinsip inti dalam ajaran Buddha tentang bagaimana kita harus menghadapinya dengan bijak ketika menghadapi kesulitan dalam hidup.
"Kerikil kehidupan" yang dimaksud bisa diartikan sebagai tantangan, penderitaan, atau hambatan yang selalu ada dalam perjalanan hidup kita. Hidup memang tidak pernah mulus, dan kesulitan atau penderitaan (dukkha) adalah bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi kita. Namun, alih-alih berusaha menghindari atau menghapus semua hambatan itu (yang seringkali tidak mungkin dilakukan), kita bisa menghadapinya dengan cara yang lebih bijak, yaitu dengan "memakai sandal."
Sandal dalam ajaran ini bisa dimaknai sebagai sati (kesadaran penuh) dan sampajana (pemahaman yang jelas atau kebijaksanaan), yang merupakan alat untuk berjalan dengan lebih tenang dan bijaksana di tengah segala kerikil kehidupan.
Sati atau kesadaran penuh adalah kemampuan untuk hadir sepenuhnya dalam setiap momen, tanpa terjebak dalam penilaian atau reaksi otomatis terhadap perasaan dan situasi yang kita alami.
Sampajana adalah kebijaksanaan dalam memahami dengan jelas sifat segala sesuatu, termasuk ketidakkekalan, penderitaan, dan ketidaksempurnaan hidup. Dengan pemahaman ini, kita bisa melihat bahwa kesulitan adalah bagian dari kehidupan yang dapat dihadapi dengan cara yang lebih damai dan lebih lapang.
Meditasi adalah praktik untuk mengembangkan kedua kualitas ini. Melalui meditasi, kita melatih pikiran untuk tetap tenang dan fokus meski ada gangguan atau penderitaan, sehingga kita bisa menghadapinya dengan lebih bijaksana. Salah satu meditasi yang diajarkan Buddha adalah meditasi kesadaran.
Dengan memakai "sandal" ini, kita tidak lagi menghindari atau merasa takut dengan kerikil kehidupan, tetapi kita belajar untuk menghadapi dan melangkah dengan lebih mantap, tetap fokus, dan penuh kesadaran. Sandal itu adalah alat yang memungkinkan kita bergerak maju dengan lebih mudah meskipun ada rintangan.