Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

11.14.2024

Surabaya-Sampang, 4-5 November 2022 : Diare, Kerja, Sup Tulang Sapi

Surabaya, 4 November 2022
Hari ini ane harus ke Sampang karena ada kerjaan yang mewajibkan ane meninjau kondisi lapangan. Ada 2 lokasi yang harus ane tinjau, dan letaknya serta jarak antar keduanya cukup berjauhan. Satu berada di bagian utara Kabupaten Sampang, satunya berada di bagian selatan Kabupaten Sampang. Hari ini aku berencana mengunjungi yang lokasi di bagian utara Kabupaten Sampang dulu. Rencana nginap semalam di Kota Sampang, habis itu lanjut ke lokasi bagian selatan Kabupaten Sampang.

Setelah menyelesaikan beberapa urusan domestik dirumah, ane berangkat dari Surabaya jam 12 siang. Ane berangkat sendirian. Rute yang ane lewatin adalah Surabaya - Suramadu - Kot Bangkalan - melipir lewat pantura ke Tanjung Bumi - Ketapang. Total jarak tempuh adalah +-100 km dan akan ditempuh dalam waktu 2j30m.

Ane berkendara santai dan sebelum nyebrang ke Madura sempat beli nasi bungkus lauk ati ampela di jalan. Ane bawa itu nasi dan makan dengan begitu nikmatnya ditemani rintik-rintik hujan. Sekitar pukul 3 sore ane telah sampai di lokasi pertama dan segera melakukan pengukuran dan pencatatan data. Ane melakukan pencatatan dan pengukuran dengan hati-hati sembari berharap ini bisa ane kerjakan dengan lancar.

Sekitar jam 16.30 ane udah menyelesaikan pengukuran dan pencatatan data dan segera mengarahkan si kia ke arah selatan, tepatnya ke Kota Sampang. Total jarak tempuh kali ini adalah 40 km dan ditempuh dalam waktu 1 jam melewati Jalan Raya Ketapang.

Sekitar jam 6 akhirnya ane sampai di tempat istirahat ane malam ini, Hotel Panglima. Kamarnya cukup bersih dan nyaman, semalam sekitar 200rb. Setelah bersih-bersih dan makan-makan, ane langsung istirahat untuk persiapan besok menuju ke lokasi kedua dan setelahnya pulang kembali ke Surabaya.


Sampang, 5 November 2023
Sekitar jam 4 pagi ane udah bangun dan merasakan sakit melilit di perut yang tidak biasa. Sakitnya menyebar di sekeliling perut ditambah membuat ane lemes. Ane langsung ke kamar mandi, tapi ternyata tidak cukup sekali. Ane ke kamar mandi beberapa kali, dan melihat gejalanya kok sepertinya kena diare. Duhhh.... Mana masih pagi banget di kota orang kan.

Berbaring dengan badan lemes, ane bertanya-tanya kok bisa diare ya? Kemarin ane makan apa? Makan malam perasaan biasa aja kok dan tempatnya bersih. Setelah ane pikir-pikir,

"Oh iyaaaa... Nasi bungkus yang aku beli pinggir jalan itu, yang aku buat makan siang. Tidak salah lagi!"

Ditengah perut yang masih melilit dan sakit, ane googling apotek/indomaret terdekat untuk beli obat diare. "Ah sial bukanya masih jam 7 pagi. Ini masih jam 5.30. Yaudah ga ada pilihan lain, ane harus nunggu."

Sembari nunggu ane paksa diri untuk minum air putih banyak supaya ga dehidrasi. Menghadapi situasi seperti ini, ane memang ga mau panik dan lebih berfokus ke solusi. 

Menunggu sambil tiduran akhirnya jam 7 datang. Segera ane jalan kaki keluar dan membeli sebungkus nasi kuning, kemudian pulangnya beli entrostop di indomaret dekat hotel. Sampai kamar sesegera mungkin ane minum obat, kemudian istirahat sejenak. Ane sempat kepikiran mau membatalkan kunjungan ke lokasi kedua hari ini karena masih agak lemes.

Sekitar 2 jam ane tertidur, dan ketika bangun tiba-tiba aja badan udah segeran wkwkw... Sakit perut juga udah hilang. Wuahh syukurlah! Untung aja ane belum batalin janji hari ini. Ane langsung bangun, makan, mandi dan segera bersiap ke lapangan. Semakin cepat selesai semakin baik lah.

Perjalanan dari hotel ke lokasi ga terlalu jauh, hanya sekitar 10 km dan ditempuh dalam waktu 30 menit. Sampai di lokasi ane disambut klien dan diantarkan keliling lokasi untuk mengambil data. Ane menghabiskan waktu sekitar 2 jam di lokasi ini untuk mencatat sebanyak mungkin data. Akhirnya ane selesai sekitar jam 11 siang dengan badan yang basah keringat saking panasnya Pulau Madura.

Nah.. mumpung lagi di Kota Sampang, dan udah waktunya juga makan siang, tiba-tiba ane kepingin aja nih makan sup tulang kaki sapi/sumsum sapi. Ini merupakan makanan khas disini, dimana kita akan disuguhkan potongan tulang kaki sapi yang sangat besar, dimana sumsum didalamnya bisa disedot pakai sedotan. Dah itu gurihnyaaa hehehe....

Ane menghabiskan waktu sekitar 1 jam makan disini. Seporsi sup tulang kaki sapi dihargai >100rb (ane agak lupa pastinya). Tapi tentu aja sangat worth it ya.. porsinya besar banget. Bahkan ane cuma bisa habisin separonya dan bungkus separonya. Bungkusnya bahkan harus pakai baskom karena saking besarnya ukuran tulangnya.

Selesai urusan perut, ane putuskan langsung balik arah Surabaya melewati jalur lintas selatan. Perjalanan menempuh jarak +- 100 km dan ditempuh dalam waktu 3 jam. Sampai Surabaya sekitar jam 5 sore ane sempet mampir ke cuci mobil untuk cuci si kia rio yang kotor banget habis bermandikan debu batugamping di Madura.. hehe.. akhirnya bisa istirahat.

Solo-Tuban, 9-10 Juni 2023 : Timlo, Kerja, Rajungan

9 Juni 2023
Hari ini diawali dengan ane sarapan timlo di Solo, deket penginapan Bobobox di Jalan Slamet Riyadi. Ane kesini emang sengaja mau sarapan timlo lezat ini, yang rasanya selalu bikin kangen. Kombinasi antara gurih dan manisnya pas, ditambah berbagai macam temen makan kaya tahu bacem, bakwan, kerupuk dan es teh mondo (manis setengah). Wuahh, mantep!


Hari ini juga ane akan berangkat ke Tuban, dimana besok ane dapat kerjaan untuk membuat laporan berkala jadi ane kudu liat lokasinya secara langsung untuk memetakan beberapa hal. Perjalanan Solo-Tuban akan melalui rute Solo-Ngawi (via tol trans jawa), kemudian lanjut Ngawi-Tuban via jalan nasional.

Sesaat setelah makan kita putuskan segera pulang untuk bisa istirahat dan mempersiapkan barang dan peralatan untuk keberangkatan nanti. Gimanapun ane ga biasa melalui rute ini (Solo-Tuban), jadi pengen berangkat agak awal juga  untuk menghindari perjalanan malem.

Tapii akhirnya kita berangkat malem juga wkwkwk! Memang penyakit ane selalu menyepelekan dan menunda-nunda. Kami berangkat dari Solo sekitar jam 6 sore, dan sialnya selepas keluar tol Ngawi, google ngarahin ke jalan pintas yang melewati jalanan pedesaan yang naik turun dan agak sempit wkwkwk.. Ane sih cuma takut orang jahat, soalnya daerahnya sepi banget. Tapi syukurlah berkendara 3.5 jam dengan penuh kesabaran, kita sampai juga di Hotel. Fiuhh....

Kami sampai hotel sekitar jam 21.30. Setelah bersih-bersih dan gosok gigi, mata ane udah ga kuat. Duhh ngantuk banget. Zzzzz..zzz...

10 Juni 2023
Selesai ngukur, ane tentu aja ga sia-siakan kesempatan untuk kulineran salah satu makanan khas Tuban, Kare Rajungan! Browsing di google maps sejenak, ane nemu 1 warung yang mendapatkan rating lumayan tinggi. Langsung ane arahkan Si Kia Rio kesana. Wuaah ane emang selalu semangat kalau mau makan hewan laut satu ini, lezatnya di lidah itu ga kira-kira dan bikin ketagihan hehehe.. maafin aku ya rajungan🙏🙏🙏.

Sesaat kemudian kita sampai di warungnya dan ane segera pesen kare rajungan 1 porsi. Harganya lumayan juga Rp 140.000 wkwkwk.. ane pikir masih 100 gitu ya. Isinya 2 rajungan besar-besar. Sewaktu suapan pertama masuk mulut ane, dominasi rasa pedas, rempah-rempah dan santan yang gurih mendominasi. Hmmmm... Lezaaaat!

Semakin lama ane fokus makan, kok bibir ane terasa makan nyonyor karena kepedesan ya! Duh! 😁😁😁. Pedesnya tu bener-bener pedes yang membakar seluruh bibir.. wkwkwk.


Selesai makan yang begitu nikmat dan pedes itu, kita melanjutkan perjalanan. Malam ini tujuan kita adalah nginap di Surabaya, jadi jalurnya akan melalui pantura. Nah di sepanjang pantura itu banyak pantai-pantai wisata yang lumayan bagus jadi ane pilih salah satu buat sekedar duduk-duduk sambil menikmati deburan ombak dan minum air kelapa. Sebagai break dulu lah ya.. tadi kan habis ngukur langsung cus makan langsung cus kesini. Pengen santai-santai dulu sebelum menembus kemacetan jalur Lamongan - Gresik - Surabaya.

Setelah menimbang-nimbang sejenak, akhirnya ane memilih Pantai Kelapa Tuban untuk menepi. Tiket masuknya murah cuma 10rb dan hari itu cukup ramai karena hari sabtu. Sepanjang pantainya memang ditumbuhi pohon kelapa yang cukup banyak sehingga terlihat cantik dan fotogenik. Disekitarnya banyak penjual-penjual makanan mulai dari makanan berat dengan lauk seafood, kelapa muda, jajanan es-es serta pentol. Meskipun masih kenyang, karena pengen duduk di tikar, kita membeli seplastik pentol dan sebutir kelapa muda. Disitu benar-benar santai tiduran aja menikmati angin sepoi-sepoi dan deburan ombak. Melepaskan kepenatan kerja sejenak lah ya.....

11.13.2024

Sadar Setiap Hari (SSH ) 11 : Pandangan Benar Awal Perilaku

Pandangan Benar (Samma Ditthi) adalah pandangan atau pemahaman yang sesuai dengan kebenaran mendasar dalam ajaran Buddha dan menjadi pondasi dari perilaku yang bijaksana dan benar. Berikut ini adalah penjelasan spesifik mengenai Pandangan Benar, yang menjadi langkah awal dalam mencapai pembebasan dari penderitaan.

Elemen-Elemen Pandangan Benar

1. Memahami Empat Kebenaran Mulia secara Mendalam

a. Kebenaran tentang Dukkha (Penderitaan): Mengakui bahwa dalam hidup ini ada berbagai bentuk penderitaan seperti ketidakkekalan, sakit, usia tua, kematian, kekecewaan, dan kehilangan. Ini bukan berarti hidup hanya penuh penderitaan, tetapi bahwa penderitaan adalah bagian yang tak terhindarkan dari keberadaan.

b. Kebenaran tentang Sebab Penderitaan: Menyadari bahwa penderitaan berakar dari tanha (keinginan, nafsu, keterikatan). Keinginan yang tidak terpenuhi dan keterikatan pada hal-hal yang berubah menyebabkan kekecewaan dan ketidakpuasan.

c. Kebenaran tentang Akhir Penderitaan: Menyadari bahwa penderitaan dapat diakhiri. Ketika kita melepaskan keterikatan dan keinginan, kita bisa mencapai kondisi damai dan bebas dari penderitaan.

d. Kebenaran tentang Jalan Menuju Akhir Penderitaan: Mengetahui bahwa ada cara untuk menghentikan penderitaan, yaitu dengan mengikuti Jalan Mulia Berunsur Delapan, termasuk perilaku benar, konsentrasi benar, dan pengertian benar.

Memahami Empat Kebenaran Mulia ini membawa kita pada pandangan hidup yang tidak menolak penderitaan, tetapi berusaha untuk memahami dan mengatasinya secara bijaksana.

2. Pemahaman Hukum Karma dan Akibatnya 
Pandangan Benar mencakup pemahaman tentang hukum sebab-akibat atau karma. Ini adalah keyakinan bahwa setiap tindakan (baik pikiran, ucapan, maupun perbuatan) menghasilkan konsekuensi.

Tindakan baik, seperti memberikan bantuan atau berbicara jujur, menghasilkan karma baik yang akan membawa dampak positif bagi diri sendiri atau orang lain.

Tindakan buruk, seperti berbohong atau menyakiti orang lain, akan membawa akibat yang buruk. Pemahaman ini mendorong seseorang untuk bertindak dengan bijak, penuh tanggung jawab, dan berusaha menghindari tindakan merugikan.

3. Melepaskan Keterikatan dan Menyadari Ketidakkekalan (Anicca) 
Pandangan Benar juga melibatkan pemahaman tentang sifat ketidakkekalan (anicca). Semua hal di dunia ini, termasuk tubuh, perasaan, dan pengalaman kita, terus berubah dan tidak dapat dipertahankan. Dengan menyadari ketidakkekalan, kita bisa mengurangi keterikatan pada hal-hal yang fana, seperti harta, status, atau bahkan tubuh fisik.

Contoh spesifik: Seseorang yang memiliki Pandangan Benar akan berusaha menerima perubahan seperti penuaan, kehilangan, atau bahkan kematian dengan lebih tenang, karena ia memahami bahwa perubahan adalah bagian dari kenyataan yang tak bisa dihindari.

4. Mengetahui Ketiadaan Inti Diri yang Kekal (Anatta)
Pandangan Benar juga menyadari bahwa konsep "diri" atau ego adalah ilusi. Menurut Buddha, tidak ada inti atau jiwa yang kekal dalam setiap makhluk; "diri" adalah kumpulan dari unsur-unsur yang selalu berubah, seperti pikiran, emosi, dan tubuh. Dengan menyadari bahwa tidak ada "diri" yang kekal, kita bisa melepaskan keterikatan terhadap ego, nama, status, dan mengurangi kecenderungan untuk membandingkan atau berkompetisi dengan orang lain.


5. Melihat Dunia dengan Kebijaksanaan dan Tanpa Prasangka 
Pandangan Benar mencakup sikap objektif dan bijaksana dalam melihat dunia. Dengan memiliki pandangan ini, seseorang:

Tidak mudah terpengaruh oleh kebencian, keserakahan, atau kebodohan batin.

Berusaha melihat kenyataan sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diinginkan atau ditakuti.

Menghindari prasangka atau persepsi yang salah tentang diri sendiri atau orang lain, sehingga memiliki pandangan yang lebih adil dan tidak egois.


Aplikasi Pandangan Benar dalam Kehidupan Sehari-Hari

Memahami Sifat Sementara Hal-Hal Duniawi: Ketika mendapatkan keuntungan atau kehilangan sesuatu, seseorang yang memiliki Pandangan Benar tidak terlalu terikat. Misalnya, jika kehilangan pekerjaan atau mengalami kegagalan, mereka lebih mudah menerima karena memahami bahwa hal-hal duniawi tidak kekal.

Menghadapi Penderitaan dengan Kesadaran Penuh: Saat mengalami situasi sulit, seperti sakit atau kehilangan orang yang dicintai, mereka menggunakan Pandangan Benar untuk menyadari bahwa penderitaan ini adalah bagian dari hidup. Ini memungkinkan mereka untuk menghadapi situasi dengan lebih sabar dan tabah.

Berbuat Baik dengan Kesadaran Akan Karma: Seseorang dengan Pandangan Benar akan selalu berusaha berbuat baik karena mereka sadar bahwa tindakan ini akan membawa dampak positif, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Mengurangi Ego dan Keterikatan: Dengan memahami bahwa "diri" adalah ilusi, seseorang mengurangi sikap egois, menghindari kebencian, serta tidak terlalu mendasarkan nilai diri pada status, harta, atau penampilan fisik.

Secara keseluruhan, Pandangan Benar adalah fondasi yang membantu seseorang melihat hidup dengan bijaksana, mengurangi penderitaan batin, dan menjalani hidup dengan kesadaran, keseimbangan, dan kebaikan.

Sadar Setiap Hari (SSH) 11 : Menerima Perubahan sebagai Bagian dari Kehidupan

Dalam ajaran Buddha, menerima perubahan sebagai bagian dari kehidupan adalah inti dari pemahaman tentang anicca atau ketidakkekalan. Menurut prinsip ini, semua fenomena dalam hidup – termasuk perasaan, keadaan, hubungan, keberadaan materi,  bahkan kehidupan itu sendiri – bersifat sementara dan terus berubah.

Penderitaan seringkali muncul ketika kita melekat pada sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan, seperti orang, situasi, atau bahkan diri kita sendiri. Ketika perubahan terjadi, rasa keterikatan dan keinginan agar segala sesuatu tetap sama bisa menyebabkan kekecewaan, ketakutan, atau duka. Maka, dengan memahami bahwa perubahan adalah bagian alami dari hidup, kita bisa mengurangi keterikatan dan menerima keadaan dengan lebih tenang.

Untuk melatih penerimaan ini, Buddha mengajarkan praktik meditasi dan mindfulness (kesadaran penuh), yang dapat membantu kita menyadari pikiran dan emosi tanpa terperangkap di dalamnya. Dengan begitu, kita bisa menerima perubahan sebagai sesuatu yang wajar dan tidak terus-menerus bereaksi negatif terhadapnya.

Pada akhirnya, memahami dan menerima ketidakkekalan bukan berarti kita harus menyerah pada keadaan, tapi mengembangkan kebijaksanaan untuk menghadapi hidup dengan tenang dan ikhlas. Ketika kita mampu menerima perubahan, hidup terasa lebih ringan dan bebas dari banyak beban emosional.

Menariknya, konsep ini juga bisa kita terapkan dalam keseharian, membantu kita untuk lebih fleksibel, tenang, dan tidak mudah goyah saat menghadapi hal-hal yang tidak sesuai harapan. Kadang, yang perlu kita lakukan adalah membiarkan diri untuk mengalir dengan kehidupan, menerima apa adanya, sambil terus belajar dan bertumbuh di setiap fase perubahan itu.

.............

Dalam ajaran Buddha, kondisi seperti jatuh miskin, sakit-sakitan, dan depresi adalah bagian dari hukum kehidupan yang disebut dukkha, yaitu penderitaan atau ketidakpuasan. Penderitaan ini muncul dari tanha atau keinginan dan keterikatan yang berlebihan terhadap hal-hal yang bersifat sementara—seperti kekayaan, kesehatan, atau status. Ajaran Buddha menyarankan kita untuk memahami sifat ketidakkekalan (anicca) dan tanpa inti yang kekal (anatta) dari segala hal untuk mengurangi penderitaan.

Berikut penjelasannya:

1. Penyebab Penderitaan: Keterikatan pada Ketidakkekalan
Ketika kita terikat pada kekayaan, kesehatan, atau kebahagiaan duniawi, kita sering kali lupa bahwa semua hal itu bersifat sementara. Ketika kondisi yang kita harapkan atau nyaman hilang, timbullah penderitaan. Buddha mengajarkan bahwa dengan memahami dan menerima ketidakkekalan, kita bisa melihat bahwa tidak ada hal apa pun yang benar-benar dapat kita genggam secara permanen. Dengan demikian, kita bisa belajar untuk tidak terlalu terikat atau bergantung pada kondisi luar untuk kebahagiaan.


2. Kehilangan Identitas dan Konsep Anatta (Ketiadaan Diri yang Kekal)
Dalam ajaran Buddha, konsep "diri" adalah ilusi yang terbentuk dari keterikatan terhadap ego, nama, dan status. Ketika seseorang kehilangan harta atau kesehatan, mereka mungkin merasa kehilangan jati diri, padahal menurut Buddha, tidak ada "diri" yang benar-benar permanen. Memahami konsep anatta membantu kita melepaskan ego dan identitas yang terbentuk dari status sosial atau kekayaan, sehingga kita dapat lebih mudah menerima perubahan dengan ketenangan.


3. Cara Mengatasi Penderitaan: Melatih Mindfulness dan Penerimaan
Buddha mengajarkan praktik mindfulness (kesadaran penuh) untuk mengamati pikiran dan emosi kita tanpa terperangkap di dalamnya. Saat kita menghadapi kehilangan atau penderitaan, mindfulness membantu kita melihat bahwa emosi itu datang dan pergi, dan tidak perlu dikejar atau ditolak. Dengan demikian, kita dapat belajar menerima kenyataan dengan lebih ikhlas, tanpa menambah penderitaan melalui perlawanan atau penolakan.


4. Mengembangkan Metta (Cinta Kasih) dan Karuna (Belas Kasih)
Buddha juga mengajarkan pentingnya mengembangkan metta dan karuna, yaitu cinta kasih dan belas kasih terhadap diri sendiri dan orang lain. Ini membantu kita menerima kelemahan atau ketidaksempurnaan tanpa menyalahkan diri sendiri. Saat kita jatuh dalam keadaan sulit, memiliki belas kasih terhadap diri sendiri bisa membantu mengurangi penderitaan dan melihat diri dengan lebih lembut.


5. Mencari Kebijaksanaan Melalui Pengalaman Hidup
Menurut ajaran Buddha, penderitaan dapat menjadi kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Pengalaman kehilangan atau sakit dapat mengajari kita tentang sifat dunia yang sesungguhnya, sehingga kita menjadi lebih bijaksana, tabah, dan ikhlas. Ini adalah bagian dari jalan menuju nirvana—keadaan bebas dari keterikatan dan penderitaan.

Secara keseluruhan, Buddha mengajarkan bahwa melalui pemahaman terhadap ketidakkekalan, ketiadaan inti diri, dan penerimaan tanpa keterikatan, kita bisa menemukan kedamaian di tengah segala perubahan hidup. Dengan jalan ini, kita dapat mengurangi penderitaan meskipun menghadapi keadaan yang sulit.

Usia Tua....
Usia tua adalah bagian penting dari ajaran Buddha tentang ketidakkekalan (anicca) dan penderitaan (dukkha). Buddha sangat menekankan bahwa penuaan adalah bagian alami dari hidup yang tak bisa kita hindari. Penuaan membawa perubahan fisik, mental, dan sering kali juga menyebabkan seseorang kehilangan banyak hal yang dulunya mereka miliki, seperti kesehatan, kekuatan, pekerjaan, atau bahkan orang-orang terdekat. Ajaran Buddha menawarkan cara pandang yang bijaksana untuk menghadapi penuaan agar tidak menjadi sumber penderitaan:

1. Penerimaan pada Kenyataan Usia Tua
Buddha mengajarkan bahwa penuaan, sakit, dan kematian adalah bagian dari siklus kehidupan yang alami. Semakin kita menerima kenyataan ini, semakin mudah kita melepaskan keterikatan terhadap tubuh fisik atau kemudaan yang bersifat sementara. Mengakui dan menerima bahwa tubuh akan melemah seiring waktu membantu kita menghindari keinginan untuk "melawan" proses alami ini, yang sering kali hanya menambah penderitaan.

2. Ketidakkekalan pada Tubuh Fisik
Ketika kita memahami bahwa tubuh kita bersifat sementara, kita dapat lebih bijaksana dalam merawat tubuh tanpa terlalu terikat atau berharap pada kondisi fisik tertentu. Saat usia bertambah dan tubuh menjadi lemah, kita bisa menerima bahwa tubuh hanyalah sarana yang akan berubah dan pada akhirnya tidak lagi bisa bertahan. Ini membuat kita lebih tenang dalam menghadapi gejala penuaan.

3. Melepaskan Keterikatan pada Status atau Peran Sosial
Banyak orang yang merasa kehilangan identitas saat tua, terutama jika peran sosial mereka berubah atau mereka tidak lagi bekerja. Dalam pandangan Buddha, identitas atau "diri" yang kita lekatkan pada pekerjaan, status, atau penampilan adalah ilusi. Dengan memahami anatta, kita dapat menerima perubahan ini tanpa merasa kehilangan nilai diri. Sebaliknya, kita bisa menemukan makna lebih mendalam dari dalam diri sendiri, bukan dari peran sosial.

4. Melatih Penerimaan Melalui Mindfulness dan Equanimity (Keseimbangan Batin)
Dalam usia lanjut, keterampilan mindfulness (kesadaran penuh) dan upekkha (keseimbangan batin) menjadi lebih penting. Mindfulness mengajarkan kita untuk mengamati perubahan yang terjadi pada tubuh dan pikiran dengan ketenangan, sementara upekkha membantu kita menerima suka dan duka dengan sikap seimbang. Dengan ini, kita tidak terlalu larut dalam penderitaan atau keinginan untuk mempertahankan masa lalu.

5. Mengembangkan Metta (Cinta Kasih) pada Diri Sendiri di Masa Tua
Buddha juga menganjurkan untuk mengembangkan metta (cinta kasih) pada diri sendiri. Di usia tua, memiliki sikap penuh cinta kasih terhadap diri sendiri bisa membantu menerima kelemahan fisik dan mental dengan lebih sabar dan penuh pengertian, tanpa menyalahkan atau menghakimi diri sendiri.

6. Mengembangkan Kebijaksanaan dengan Refleksi pada Ketidakkekalan dan Kematian
Ajaran Buddha menekankan pentingnya refleksi pada ketidakkekalan dan kematian sebagai cara untuk meningkatkan kebijaksanaan. Dengan memahami dan menerima bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan, kita tidak lagi takut atau merasa cemas menghadapi usia tua. Buddha mengajarkan bahwa semakin kita menyadari kematian, semakin kita bisa hidup dengan bijaksana dan menghargai setiap momen yang ada.

7. Melihat Penuaan Sebagai Kesempatan untuk Mendekatkan Diri pada Pencapaian Kedamaian Batin
Di masa tua, ketika kehidupan duniawi mulai meredup, Buddha mendorong untuk berfokus pada pengembangan batin dan kebijaksanaan. Usia tua bisa menjadi kesempatan untuk berlatih pelepasan keterikatan dan merenungkan tujuan hidup yang lebih dalam, seperti menuju kebebasan dari penderitaan.

Dalam menghadapi usia tua, Buddha mengajarkan agar kita menerima perubahan ini sebagai bagian dari kehidupan. Dengan berlatih mindfulness, kebijaksanaan, dan cinta kasih, kita dapat menjalani penuaan dengan damai, tanpa menambah penderitaan akibat keinginan untuk mempertahankan sesuatu yang tak mungkin tetap.

Boyolali, 18 September 2024 : Perubahan Meja Kerja supaya Lebih Fresh

Udah lama ane pengen melakukan perubahan dekorasi kamar mungil ane. Kamar ini adalah tempat ane kerja sekaligus tidur, jadi kurang lebih isinya ada meja kerja, kursi kerja, kasur single dan lemari kecil. Semuanya itu harus bisa ane tata di ruangan 3m x 3m supaya ga terkesan penuh.

Selain itu ane juga melakukan perubahan meja kerja supaya tidak membosankan dan lebih fresh. Tujuannya supaya ane bisa lebih semangat lagi kerjanya. Hal pertama yang kulakukan adalah mengeluarkan semua barang-barang, kemudian membersihkan seluruh sudut tembok, sudut meja, dan sudut jendela dari debu dan kotoran kemudian ngepel.

Setelahnya ane lap detail setiap sudut meja dan kursi, memberikan pot tanaman di ujung. Dan hasilnya kurang lebih seperti ini. Lumayan estetik ya. Kucing ane memang biasa duduk atau tidur disitu nemenin ane kerja.

Tatanan baru meja kerja ane dengan dekorasi tanaman supaya menyegarkan mata ane

Prinsip ane mau mempunyai sesedikit mungkin barang, terutama yang berguna-berguna aja. Dengan memiliki sesedikit mungkin barang kita juga terus diajari untuk melepas hal-hal yang tidak perlu dalam hidup. Lemari juga ane sengaja pakai yang kecil aja supaya ga berlebihan mempunyai dan menyimpan pakaian. Baju-baju yang ane udah ga pakai tapi masih bagus biasanya ane kasihkan/sumbangkan. Khusus buku ane cuma nyimpan buku yang mau kubaca berulang kalipun akan tetap ada pelajaran/makna yang bisa kupetik, seperti buku dengan judul 'Seni Hidup Minimalis' dan 'Seni membuat hidup menjadi lebih ringan'.


Makan pertama ane hari ini, sayur daun pepaya dan tumis brokoli daging kacang merah. Sejak melakukan perubahan pola makan, porsi makan ane memang selalu seperti ini. Banyak tapi yang dominan adalah sayur/seratnya, dilanjutkan protein, kemudian karbohidrat.

11.12.2024

Trenggalek-Magetan-Boyolali, 26-28 Oktober 2024 : Kerja, Healing, Work from Nature

Boyolali, 26 Oktober 2024
Beberapa hari yang lalu ane dapat panggilan dari klien ane untuk melakukan pengukuran peta baru di Trenggalek. Ane nyanggupin di besok, hari minggu, tanggal 27 Oktober 2024. Hari ini hari sabtu. Seharusnya jadwal masih besok. Tapi karena jarak Boyolali - Trenggalek cukup jauh (> 200 km) dan ane takut malamnya ga bisa tidur maksimal, ane putuskan berangkat di hari Sabtu sore ini. 

Persiapan ane cukup simpel. Mencakup baju ganti lengkap untuk +- 3 harian, alat mandi dan skincare, alat pengukuran, buku catatan dan alat tulis, laptop dan HP dengan kelengkapan kabel-kabelnya. Ane berangkat sekitar jam 3 sore dengan satu tim. Perjalanan akan melalui jalur Boyolali - Solo - Madiun - Ponorogo - Trenggalek dengan jarak tempuh 215 km dengan waktu tempuh +-4 jam. Lumayan jauh juga yaaa...

Sekitar 1.5 jam mengemudi melintasi tol tras jawa jalur Colomadu - Madiun, ane akhirnya keluar juga. Dari sini ane harus melalui jalan nasional dari Madiun ke Ponorogo. Sekitar 45 menit mengemudi di jalan nasional, ane merasakan kantuk tak tertahan dan akhirnya menepi dulu di pom bensin daerah Madiun selatan. Disitu mencoba merem dan tidur ayam 1.5 jam. Kalau sering nyetir mobil pasti paham kalau mata sudah mulai sering ngalamun, sering terfokus ke 1 objek, itu akhirnya kita harus menepi dulu untuk istirahat. Paling tidak meremin mata sejenak atau kalau bisa tidur sejenak di pom bensin. Setelah bangun bisa cuci muka atau minum kopi. Jangan sampai dipaksa.

Sekitar jam 19.30 ane udah agak segeran dan segera melanjutkan perjalanan ke Ponorogo. Perjalanan melintasi jalan nasional dengan truk, mobil, motor yang berseliweran. Sekitar 1 jam mengemudi akhirnya kita tiba di Kota Ponorogo dan langsung ke arah barat menuju Trenggalek. 

Jalur Ponorogo - Trenggalek awalnya rata, namun semakin ke arah timur terutama 45 menit sebelum Kota Trenggalek cukup berkelak-kelok dikelilingi perbukitan. Namun jalanan masih cukup ramai sehingga ane nyetir santai aja. Toh ga dikejar waktu. Malam ini cuma mau check in ke hotel aja trus istirahat.

Kelar melintasi puluhan kelokan, akhirnya gapura 'Selamat Datang Kota Trenggalek' terpampang di depan mata. Dari situ akhirnya sudah tinggal 30 menit untuk mencapai Kota Trenggalek. Cukup lega juga karena akhirnya kita sudah melalui jalur kelak kelok. Sekitar 30 menit berkendara, kita akhirnya sampai di Kota Trenggalek. Karena belum makan malam, ane sempatkan mampir ke Alun-Alun Trenggalek. Berputar-putar sejenak, akhirnya kita putuskan makan di angkringan dekat alun-alun. Sepiring nasi bakar ayam, sate usus dan teh jahe meluncur mulus ke perut ane.

Salah satu yang membuat ane salut sama Pemerintah Kabupaten Trenggalek ini adalah mereka banyak menyediakan wifi-wifi gratis di ruang publik seperti alun-alun, taman, dan sebagainya. Good job!
Selesai makan, nggak berlama-lama lagi ane langsung memutuskan ke arah Hotel Hayam Wuruk untuk beristirahat. Semoga malam ini bisa istirahat maksimal jadi besok tenaga untuk melakukan pengukuran memutari bukit juga bisa maksimal 😊. Good night...

Trenggalek, 27 Oktober 2024
"Triiiinngg... Triingggg"
Jam 6 pagi alarm HP-ku sudah berbunyi dengan cukup nyaring. 'Hoaaahmmm' aku menguap dan segera mematikan alarm yang cukup memekakkan telinga ini😁. Syukurlaaah. Semalam tidur ane nyenyak banget jadi pagi ini badan ane bener-bener seger dan siap-siap beraktivitas. 

Ane masih sempet buka tiktok sebentar, kemudian setelahnya segera mandi dan packing barang. Rencana kita pas turun sarapan sekalian mau check out dan berangkat ke lapangan, ke arah Kecamatan Gandusari. Dekat sih jaraknya dengan hotel, sekitar 20 menit aja.

Sarapan di Hotel Hayam Wuruk ini cukup sederhana, yaitu nasi putih, sayur capcai, telur dadar, air putih, teh dan kopi. Tapi jangan ditanya rasanya.. enaaaak! Manis dan gurihnya dari sayur capcainya benar-benar pas. Ane bersyukur diberikan sarapan dengan rate yang hanya 230rb/malam itu sudah sangat baik. Jadi kita ga harus repot-repot cari sarapan sebelum ke lapangan kan.

Selesai sarapan dan ngopi, ane langsung ajak tim berangkat otw ke lokasi. Sekitar 30 menit kemudian kita sampai dan langsung bersama-sama dengan klien ke lokasi untuk melakukan pengukuran. Seperti biasa medan di Trenggalek itu jangan ditanya. Curam banget meen! Tapi aku semangat sih. Selain tubuh dalam kondisi prima, kegiatan ini juga memaksa tubuh ane untuk bergerak dan beraktivitas. Selain itu kena sinar matahari pagi kan. Double deh sehatnya!

Kita menghabiskan waktu sekitar 1.5 jam untuk melakukan pengukuran. Ane juga sempat mengambil 3 sampel batuan untuk dilakukan analisis petrografi untuk melihat komposisi batuan secara mikroskopis. Itu karena ane masih ga yakin juga dengan nama batuannya apa.

Sesaat kemudian bapak klien mengajak kami makan siang dengan menu ayam lodho khas Trenggalek. Ayam lodho ini merupakan makanan khas trenggalek, dimana cara masaknya ayam kampung akan dibakar dulu setengah matang, kemudian setelahnya ditumis dengan bumbu dan santan yang sudah diracik sebelumnya. Dan rasanya ga usah ditanya... Enyaaaak!

Selesai makan akhirnya semua acara pengukuran sudah selesai dan kita pun mohon pamit. Setelah berunding sejenak, kita putusin akan nginap di Sarangan, Magetan malam ini. Kalau dipikir-pikir udah lama juga nggak menikmati hawa pegunungan. Biasanya sih camping, cuma karena waktu dan kesempatan belum memungkinkan jadi belum bisa. Jalur yang akan dilewatin adalah Trenggalek - Ponorogo - Madiun - Magetan - Sarangan. Cukup jauh dan berkelak-kelok curam, tapi karena masih siang ane PD aja. Cuma berharap mobil ane, Si Kia Rio gak ada masalah deh. Belum sempat servis hehehe..

Menempuh sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Trenggalek, melewati kelokan jalanan Magetan - Sarangan yang seakan tiada habis, akhirnya sampai juga kita di Hotel Arjuna. Ratenya semalam 250k udah termasuk sarapan. Yang paling ane suka sih balkonnya ya.. langsung menghadap lereng Gunung Lawu yang begitu indah dan suburnya... Ini adalah tempat favorit ane, terutama ketika sudah mendekati jam 5 sore dan malam hari, ketika udara dingin mulai datang dan menyegarkan pikiran ane. Ane emang suka banget dengan udara dingin di kisaran suhu 16-20 derajat. Maknyusss pikiran langsung plong.

Malamnya kita putusin makan di warung makan samping hotel, jadi tinggal jalan kaki aja. Malam itu ane makan sup iga dan cha kangkung. Mantap masakannya! Selesai makan kita balik ke penginapan dan bersiap istirahat. Semoga malam ini tidur nyenyak!

Lereng Gunung Lawu, 28 Oktober 2024
Alarm HP ane lagi-lagi berdering dengan kencangnya di jam 06.30. Ane sempet bermalas-malas sejenak, sebelum akhirnya kamar hotel diketuk. Oh ternyata pegawai hotel yang mengantarkan sarapan. Kita dapat nasi goreng telur. Lumayan enak. Harus selalu bersyukur hehehe.. ane menikmati nasi goreng di balkon sembari menikmati matahari pagi yang membanjiri lereng Gunung Lawu.

Kelar makan pikiran ane udah agak gelisah karena 2 hari terakhir ga kerja laptopan maksimal. Setelah mikir sejenak mau kerja dimana, apa di cafe atau gimana, tiba-tiba ane kepikiran satu hal yang agak hemat. Kerja di camping area! Istilahnya work from nature. 

Gimana konsepnya?

Jadi ane pikira kalau kerja di cafe pastilah kita harus keluar modal lumayan yaa. Harus beli minuman, snack, makan berat yang habisnya ga akan jauh-jauh dari 100-200 ribu. Selain itu ane juga lagi males minum manis-manis. Tiba-tiba aja kepikiran, kan ada bumi perkemahan sekipan ya? Di situ mobil bisa masuk sampai ke area camping, ada colokan listrik, ada toilet, ada warung untuk cari wedang dan makan siang. Pas lah! Eh la kerjanya gimana? Yaaa tinggal duduk di mobil aja, laptop dipangku diatas tas supaya agak tinggi hehe.. udah nyaman kok. Ane biasa gitu.

Akhirnya dari hotel kita segera check out dan menuju kesana. Kita sempat beli beberapa jajanan kayak pisang goreng,  pentol kuah, dan air mineral untuk dibawa ke camping area. 

Sampai camping area langsung parkir mobil di tempat yang nyaman, ga jauh dari colokan dan warung. Disitu ane langsung gas kerja mengerjakan dokumen eksplorasi. Ane bener-bener bisa deep fokus ditemani angin Gunung Lawu yang sejuk, cuitan burung, serta bunyi daun-daun pepohonan yang bergesekan. Sambil kerja ane juga mutar beberapa lagu-lagi favorit lewat speaker portable ane. 

Beberapa saat kemudian ane juga pesen teh jahe tawar dan indomie goreng untuk makan siang. Ini benar-benar nikmat sih (Work from Nature + teh jahe + indomie + suara ciutan burung + udara dingin + bunyi daun bergesekan). 
Kami kerja disini sampai sekitar jam 16.30. Sore itu langit mulai menggelap karena mendung mulai datang. Guntur mulai datang lirih dari kejauhan. Sebisa mungkin kita harus menghindar dari bawah pepohonan saat guntur mulai datang jadi kami beres-beres dan memutuskan pulang ke arah Solo dan Boyolali.

Perjalanan Sarangan - Solo kami tempuh selama +- 2 jam, dan di Kota Solo sempat mampir ke kedai makan sehat. Ane pesen tumis brokoli bawang sama ayam saos. Uenaaak banget...

Habis makan kita balik ke Boyolali dan beristirahat! What a good day! 😊😊

Solo, 29 November 2022 : Family Time di Solaria

Hari ini karena ane lagi baik, dan seharian bosen cuma dirumah aja, ane ajak keluarga ane keluar makan 😁. Setelah menimbang sejenak, memilih antara mau seafood dua bersaudara langganan, steak atau solaria, akhirnya kita putusin ke Solaria aja di Mall Solo Square. Lagipula udah lama juga sejak kita sama-sama ke Solaria. Ini salah satu restoran favorit ane juga katena hampir semua makanannya enak hehe.. ini adalah salah satu kegiatan favorit ane, ngajak makan keluarga ane. 

Kita berangkat dari rumah sekitar jam 7 malam dan sampai Solo Square langsung pesan menu kesukaan masing-masing. Ibu ane seperti biasa pesen nasi capcai seafood, bapak ane nasi goreng kambing, keponakan ane nasi goreng seafood, dan ane sendiri nasi + cumi rica-rica. Hampir semuanya enak, apalagi nasi gorengnya duh..... Melekat di lidah rasanya!

Capcai seafood juga menjadi favorit ibu ane. Sejak 2019 kalau ke Solaria pesannya itu mulu. Tapi ane salut sih, seafoodnya bener-bener seger dan renyah! Ditambah mereka ga pelit porsi.



Selain makan berat ane juga beli fish balls untuk ngemil sebelum makan berat. Dicolek saos pedes. Duh.... Enyaaak!


Selesai makan kita sempet keliling 3 tingkat Mall Solo Square. Keliling aja sih cuci mata, ga beli apa-apa hehehe.. sekitar jam 20.30 kita akhirnya balik ke rumah. Yah momen sederhana tapi berkesan 😊

Solo, 10-11 Juli 2022: Kejar Deadline di Kopi Kenangan

10 Juli 2022
Kopi Kenangan - dimanapun tempatnya - adalah salah satu gerai favorit ane untuk ngopi maupun kerja freelance. Kenapa? Well, nomor satu, rasa kopinya enak! Dari semua tempat kopi yang pernah ane jabanin, Kopi Kenangan Mantan adalah salah satu yang paling enak. Pahit kopinya, creamy susunya, gurihnya, semuanya pas. Pokoknya sebelum es-nya mencair aja, rasanya pasti uenak banget. 

Kedua tempatnya luas. Sejauh yang ane tau, di sebagian besar gerai itu pasti ada 3 tingkat. Lantai pertama biasanya untuk konter penjualan, nah lantai kedua ketiga itu untuk dine in. Artinya bagi kami pekerja-pekerja freelance, seperti nemu surga dong ya kalau kerja di lantai kedua dan ketiga hehe. Colokannya juga tersebar di seluruh kursi. 

Ketiga, bisa berlama-lama duduk tanpa harus sungkan karena nggak didepan konter penjualan langsung, terutama yang duduk di lantai kedua dan ketiga. Well ini salah satu faktor penting untuk pekerja freelance karena kita biasanya duduk dan berfokus lama ke laptop, jadi kalau udah duduk 2-3 jam di suatu cafe yang menghadap konter penjualnya langsung, tentunya lama-lama sungkan dong ya. Tapi tentu aja kita harus tau diri juga sih, sadar sendiri. Misal udah duduk terlalu lama ya harus order makanan/minuman lagi. Gimanapun kan kita pakai fasilitas mereka seperti listrik, AC, kamar mandi, wifi dsb.

10 Juli 2022 ini ane lagi ngerjain dokumen teknis yang tingkat kesulitannya agak tinggi yang lokasinya di Kabupaten T, Jawa Timur. Ane harus benar-benar berpikir keras untuk menyelesaikannya. Maka dari itu sejak 7 Juli lalu ane sengaja menepi dirumah ane di B untuk berfokus. Saat itu ane emang masih bolak-balik antara rumah kk ane dan rumah ane sendiri yang belum ane tempatin tetap. Nah karena tanggal 7-10 pagi sudah berfokus dirumah, tanggal 10 ini ane putuskan pengen lanjut kerja di Kopi Kenangan. Ane sampai jam 14.30 dan kerja laptopan sampai jam 19.30 ditemani segelas kopi kenangan mantan dan snack roti. Sekitar jam 8 ane diajak ketemuan sama klien untuk membahas update dan kelanjutan pencairan jaminan di Ngawi. Disitu kita ngobrol banyak hal sampai jam 10 malam.

11 Juli 2022
Hari ini ane masih melanjutkan kerjaan kemarin dan lagi-lagi di gerai kopi ini. Ane datang sekitar jam 2 siang dan kerja sampai 18.30. Benar-benar pekerjaan ini bisa dibilang menguras sebagian besar waktu di hidup ane wkwkwk... Tapi disyukuri aja. 

Beda dari kemarin, hari ini ane duduk di lantai 1 aja karena emang berencana ga terlalu lama.
Sekitar jam 18.30, jenuh ngadep laptop, ane tiba-tiba pengen motoran ke arah bandara. Pengen cari jajanan untuk ganjel perut yang udah mulai kelaparan. Keluar dari gerai kopi ane langsung disambut keramaian jalanan yang sedikit memecah kejenuhan di otak ane. Setelah muteruter sejenak di area bandara, ane mutusin beli seplastik bakso ojek yang kenampakannya tampak menggoda. Hmm jajanan cilok ini memang jajanan legendaris ya. Dari ane kecil bener-bener ga ada matinya, dan pembelinya juga selalu ada. Hhe..
Ane mutusin cari tempat duduk di samping Bandara Adi Soemarmo, well bagi orang Solo tentunya udah hafal banget kalau spot ini biasa dijadikan tempat wisata 'ngeliat pesawat terbang landing dan take off'. Ada banyak kursi-kursi yang disediakan Pemerintah Kabupaten Boyolali jadi berasa nyaman. Disini ane duduk people watching sampai jam 10 malam.
Well, 2 hari yang biasa aja sih. Kerja, ngopi, jajan, riding, itu yang ane lakuin. Ane tulis biar inget aja hari itu ngapain😁😁.

11.10.2024

Sadar Setiap Hari (SSH) 10 : Mengatasi Kerikil Kehidupan dengan Sati Sampajana

 Solo, 24 Maret 2024

Vihara Dhamma Sundara (VDS)

Sumber Foto : Instagram VDS

Hari ini, sekitar jam 6 sore aku datang ke Vihara Dhamma Sundara di Solo untuk mengikuti talkshow dengan judul "Menjaga Mental Sehat" ini. Aku datang dan mendengarkan dengan seksama. Pada akhir sesi, Bhante Pannavaro membabarkan sedikit dhamma yang sedikit menyadarkanku.

Bhante Pannavaro berkata bahwa dalam kehidupan ini kita tidak bisa mengharapkan hidup selalu mulus dan tanpa hambatan, kita tidak bisa mengharapkan akan terus sehat, terus bahagia, terus sukses tanpa hambatan. Namanya hidup, ibaratnya seperti kita berjalan pasti akan selalu ada 'kerikil kehidupan'. Terkadang kerikil itu ada sedikit, terkadang ada banyak, terkadang tidak ada sama sekali. Jika kita tidak memakai 'alas kaki', tentu saja ketika menginjaknya telapak kaki kita akan sakit. 

Hidup dengan bijaksana artinya, kita bukan mengharapkan kerikil itu tidak ada, tapi dengan memakai 'sandal'. Sandal itu  sendiri adalah perumpamaan untuk  mengembangkan sati dan sampajana.

Apa yang disampaikan oleh Bhante mencerminkan salah satu prinsip inti dalam ajaran Buddha tentang bagaimana kita harus menghadapinya dengan bijak ketika menghadapi kesulitan dalam hidup.

"Kerikil kehidupan" yang dimaksud bisa diartikan sebagai tantangan, penderitaan, atau hambatan yang selalu ada dalam perjalanan hidup kita. Hidup memang tidak pernah mulus, dan kesulitan atau penderitaan (dukkha) adalah bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi kita. Namun, alih-alih berusaha menghindari atau menghapus semua hambatan itu (yang seringkali tidak mungkin dilakukan), kita bisa menghadapinya dengan cara yang lebih bijak, yaitu dengan "memakai sandal."

Sandal dalam ajaran ini bisa dimaknai sebagai sati (kesadaran penuh) dan sampajana (pemahaman yang jelas atau kebijaksanaan), yang merupakan alat untuk berjalan dengan lebih tenang dan bijaksana di tengah segala kerikil kehidupan.

  • Sati atau kesadaran penuh adalah kemampuan untuk hadir sepenuhnya dalam setiap momen, tanpa terjebak dalam penilaian atau reaksi otomatis terhadap perasaan dan situasi yang kita alami.

  • Sampajana adalah kebijaksanaan dalam memahami dengan jelas sifat segala sesuatu, termasuk ketidakkekalan, penderitaan, dan ketidaksempurnaan hidup. Dengan pemahaman ini, kita bisa melihat bahwa kesulitan adalah bagian dari kehidupan yang dapat dihadapi dengan cara yang lebih damai dan lebih lapang.

Meditasi adalah praktik untuk mengembangkan kedua kualitas ini. Melalui meditasi, kita melatih pikiran untuk tetap tenang dan fokus meski ada gangguan atau penderitaan, sehingga kita bisa menghadapinya dengan lebih bijaksana. Salah satu meditasi yang diajarkan Buddha adalah meditasi kesadaran.

Dengan memakai "sandal" ini, kita tidak lagi menghindari atau merasa takut dengan kerikil kehidupan, tetapi kita belajar untuk menghadapi dan melangkah dengan lebih mantap, tetap fokus, dan penuh kesadaran. Sandal itu adalah alat yang memungkinkan kita bergerak maju dengan lebih mudah meskipun ada rintangan.