Di tengah hujan deras, driver ojek memutuskan menepi. Hujan semakin lebat, dan meskipun kami sudah mengenakan jas hujan, rasanya tak cukup menahan derasnya air. Kami menunggu cukup lama di bawah sebuah kanopi toko, menunggu hujan sedikit reda. Aku hanya bisa menatap jalan yang padat di hadapanku sambil ngira-ngira kapan ya terangnya.
Menikmati Durian Ucok sendirian. Hehehehe...
Setelah beberapa saat, hujan mulai mereda dan perjalanan kami pun berlanjut. Akhirnya, sampailah aku di Durian Ucok. Di sana, pegawainya menyambut dan bertanya, “Sendirian aja Kak?” Ada rasa sedikit canggung juga, melihat orang-orang lain datang beramai-ramai bersama keluarga atau teman-teman. Tapi semua itu terlupakan ketika aku mulai menikmati durian yang legit dan creamy. Bodo amatlah hehehehe...
Selesai menikmati durian, aku tergoda untuk mampir membeli sate padang di pedagang kaki lima depan kedai durian. Aroma bumbu satenya langsung menarik perhatianku. Setelah bungkus sate, ane kembali memesan ojek untuk pulang ke Hotel Santika.
Perjalanan pulang tetap saja macet. Malam itu, jalanan Medan masih dipenuhi kendaraan yang berderet panjang, dengan lampu-lampu menyala terang di tengah rintik hujan yang tersisa. Karena udah beli sate padang, ane kirim pesen ke Pak H nggak ikut makan malam untuk malam ini. Selesai makan ane pun tertidur dengan nyenyaknya. Besok pulang!
Medan, 23 Agustus 2024
Hari ini adalah hari terakhir kami di Kota Medan. Pak H sudah mengkonfirmasi bahwa untuk sementara urusan sudah selesai jadi kami akan pulang ke Jawa hari ini. Tiket juga sudah dibelikan oleh Pak H kemarin sore, dimana setelah berdiskusi singkat, karena tujuan akhir ane adalah Solo, ane akan naik pesawat Medan-Jakarta dilanjutkan naik kereta dari Jakarta ke Solo.
Well, sebenarnya Pak H mempersilahkan saja ane mau beli tiket pesawat ke Jogja atau manapun yang deket Solo. Tapi karena harga tiketnya kalau landing Jogja mahal (mencapai > 3 jt), ane mutusin turun di Jakarta aja dan sambung naik kereta.
Penerbangan ke Jakarta masih siang, jadi pagi itu Pak H ngusulin supaya ane ikut istrinya yang mau beli oleh-oleh. Tapi karena ane ga mau ngrepotin dan ga mau dibayarin (hehe GR ya), ane memutuskan naik grab motor sendiri ke toko oleh-oleh yang ane cari di google maps. Toko oleh-olehnya ternyata berupa sebuah rumah yang disulap menjadi ruko. Disitu aku membeli beberapa sirup markisa dan makanan khas Medan untuk keluargaku.
Siangnya sebelum ke bandara, Pak H sempat ngajak kita makan siang di warung khas Batak lagi. Disitu ane lagi-lagi pesen ikan arsik. Setelahnya kita meluncur ke Bandara Kualanamu. Penerbangan Jakarta - Medan berjalan dengan lancar dan disinilah petualanganku dimulai, yaitu mencari transportasi secepat mungkin dari Bandara Soekarno Hatta ke Stasiun Gambir yang jaraknya 30 km. Kenapa harus secepat mungkin?
Karena sepertinya ane salah memperkirakan jam keberangkatan kereta. Ane baru landing sekitar jam 5 sore, sementara keretanya jam 7 malam. Ane punya spare waktu 2 jam. Tapi ini Tangerang - Jakarta men! Ditambah ini kan jam pulang kantor, jadi bisa dibayangin padetnya kayak apa! Ditambah ane masih nunggu bagasi keluar yang udah makan waktu 30 menit sendiri. Duh.... Cukup nggak nih waktunya..Mana tiket keretanya eksekutif lagi, Jakarta - Solo seharga 725rb. Sayang banget kalau sampai hangus, dan ane juga ga enak kalau sampai Pak H harus belikan tiket baru lagi gara-gara ane ga bisa memperkirakan waktunya diawal.
Sekitar jam 17.15, akhirnya ane udah mendapatkan bagasi ane dan langsung lari mencari stasiun untuk naik kereta bandara ke Stasiun Kereta Bandara, dimana dari situ ane bisa naik kereta ke Jakarta. Sampai sana eh... ternyata jam keberangkatan kereta bandaranya ga pas, terlalu mepet, dan ane ga yakin bisa ngejar. Akhirnya ane coba pesan grab, tapi susaaah banget dapat motor. Tapi untunglah tiba-tiba ada grab motor yang terlihat habis ngedrop penumpang, disitu ane langsung tawar bisa nggak antar saya ke Stasiun Gambir ASAP. Dia setuju.
Perjalanan naik Grab motor dari stasiun kereta bandara menuju Stasiun Gambir adalah pengalaman yang penuh adrenalin.Waktu sudah sangat mepet, dan aku sudah membayangkan kemungkinan ketinggalan kereta. Begitu naik, driver langsung gaspol dan mulai zig-zag di antara mobil dan motor lain. Setiap detik serasa dihitung.
Di tengah kemacetan, aku melihat bagaimana driver berusaha menerobos ruang-ruang sempit, menyelinap di antara kendaraan, kadang bahkan dengan jarak nyaris bersentuhan dengan spion mobil di kanan-kiri. Motor ini melesat melewati celah-celah di jalanan Tangerang-Jakarta yang padat, dan entah bagaimana driver tetap fokus mencari celah. Sekali waktu, kami masuk jalur busway untuk sedikit memotong jalur, meski rasanya pasrah juga dengan kemungkinan kena razia.
Setiap kali ada jalan terbuka, kami melaju cepat, tapi begitu terjebak lagi di macet, perasaan optimis dan putus asa terus bergantian. Akhirnya, sampai juga di Gambir. Ane memberikan tip yang cukup besar atas keberhasilan driver ini mengantarkan ane tepat waktu wkwkwk....Langsung lari ke peron, lega waktu lihat ternyata masih ada 10 menit sebelum kereta berangkat. Masih sempat buat beli makanan buat makan malam sebelum akhirnya naik kereta.
Fiuhhh... sewaktu akhirnya ane bisa menghempaskan diri di kursi kereta. Gak lagi-lagi deh spare waktu mepet-mepet untuk di Jakarta dan sekitarnya. Capek banget ane..
Selanjutnya perjalanan Jakarta-Solo ditempuh dalam waktu +- 6 jam. Ane sampai Solo sekitar jam 3 pagi dan sudah dijemput bapak ane di Stasiun Solo Balapan. Saat melihat lengang dan sepinya Kota Solo, ane langsung bersyukur banget bisa tinggal disini... (FINISHED)
Angkringan depan Stasiun Solo Balapan