10.05.2024

Muscat, 17 April 2024 : Assalamualaikum Oman!

"Ladies and gentlemen, welcome to Muscat International Airport. The local time is 6:20 AM. For your safety and comfort, please remain seated with your seatbelt fastened until the aircraft has come to a complete stop and the seatbelt sign has been switched off. Please be cautious when opening the overhead compartments, as items may have shifted during the flight. On behalf of Oman Air and the entire crew, we’d like to thank you bla bla bla."

Suara merdu pramugari Oman Air membangunkan ane dari tidur yang tidak benar-benar nyenyak selama 6 jam penerbangan Moscow - Muscat. Ane melongok keluar jendela pesawat, semburat matahari telah menerangi Kota Muscat. Oman... Ane tersenyum bersyukur dalam hati. Satu negara baru lagi yang akan memberikan cerita baru lagi di hidup ane. Namun ada salah satu hal yang bikin ane kepikiran, penumpang di penerbangan Moscow - Muscat ini dikit banget, banyak banget kursi kosong. Ane langsung mikir mereka pasti rugi mengoperasikan penerbangan ini. Beda banget dengan penerbangan Guangzhou - Moscow kemarin oleh China Southern Airline, hampir semua kursi penuh terisi.

Kondisi penerbangan Oman Air rute Moscow - Muscat. Banyak kursi kosong.

Makan berat yang ane dapat dari penerbangan Moscow - Muscat. Nasi ayam.

Perasaan ane hari ini, lelah sekaligus semangat. Lelah karena hampir semalaman penerbangan ane nggak benar-benar bisa deep sleep (cuma tidur ayam), jadi rasanya dari mata, kepala dan badan benar-benar berat; semangat karena ane mempunyai waktu hampir 12 jam sampai jam 6 sore untuk eksplor Kota Muscat. Waduh mau pilih yang mana nih? Masuk zona transit aja terus tidur sambil menunggu penerbangan selanjutnya (Muscat - Kuala Lumpur) di jam 9 malam; atau gas aja, bersih-bersih badan, keluar imigrasi, keluar eksplor Kota Muscat?? Kek istilahnya mau capek, capek sekalian lah... Kalau mau tidur nanti aja di penerbangan Muscat - KL... 

Gimana ya.. ane berjalan masuk Bandara sambil berpikir sejenak.

Karena hari masih pagi dan travelmate ane juga kelihatan masih lemes, kita memutuskan tiduran dulu di sofa-sofa area kedatangan. Saat itu suasana cukup sepi dan hanya ada seorang wanita yang juga sedang tidur. Kita mencari posisi masing-masing dan merebahkan badan sebentar mencoba tidur. Paling nggak deep sleeep selama 2-3 jam okelah sebelum kita keluar untuk eksplor.

Eh boro-boro mau deep sleep, baru setengah jam ane mencoba fokus tidur, tiba-tiba datang segerombolan emak-emak, bapak-bapak dan orang muda, yang dari bahasanya sepertinya orang Korea. Mereka datang dan langsung duduk memenuhi dan mengelilingi kursi sofa tempat kami tiduran, dan mengobrol tanpa henti dengan intonasi cepat dan agak berteriak. 

"Hadehh berisik banget" Kata ane dalam hati.

Mereka sebenarnya tidak menunjukkan gestur menyebalkan atau gimana, karena pas nggak sengaja ane kebangun dan menoleh ke belakang, mereka ngasi kode lanjutkan saja tidurnya. Namun karena ane juga udah ga nyaman, ane putuskan geser dari area tersebut dan pindah ke sofa yang lebih sepi. Tapi ane merasa kayaknya udah gak bakalan bisa deep sleep karena tempat ane duduk sekarang itu area kedatangan yang banyak orang berdatangan. Ane putuskan langsung aja ke toilet cuci muka dan sikat gigi supaya agak segeran.

'Okelah.. aku akan masuk Oman sejenak dan menjelajah negara ini. Kapan lagi kan?' ane berusaha mengabaikan rasa letih karena kurang tidur ini dan mencari semangat melihat kota baru di negara baru.

Pindah kesini tapi sudah pesimis bisa tidur..

Selesai bersih-bersih, kita langsung menuju area imigrasi untuk masuk ke negara ini. Kalau yang ane baca-baca di grup sih, katanya imigrasi Oman ini salah satu yang paling baik dan ramah. Jujur, ane masih gugup juga kebayang sama imigrasi Rusia yang kaku dan detil banget. Ane maju perlahan dan menyerahkan paspor ane,

"Indonesia? Welcome to Oman," kata petugas imigrasi, seorang bapak berkumiss sembari tersenyum dan menyerahkan paspor kembali ke ane. WNI memang mendapatkan fasilitas bebas visa selama 14 hari di Oman (April 2024). Info detail terkait hal ini bisa dilihat di website Kementerian Luar Negeri.

'Lah... Udah? Gini doang? Ga ditanya mau ngapain, kemana aja? Ga dicurigai? Ga diliat dari atas ke bawah? wkwkwk' kata ane dalam hati. Ya ampun... Bagaikan langit dan bumi setelah dari Rusia ke Oman๐Ÿ˜๐Ÿ˜.

Ane masuk dengan hati ringan dan bahagia, sepertinya bakal suka dengan negara ini, yang terkenal dengan keramahannya. Bahkan Nabi Muhammad pernah berkata seperti ini tentang orang Oman,


Setelahnya, fokus ane di bandara langsung menuju 3 hal. Satu mempunyai mata uang setempat (Rial Oman), dua mempunyai kartu internet sebagai panduan eksplor kota menggunakan google maps, tiga menitipkan tas laptop yang berat ini di penitipan tas/bag storage di bandara. Ada beberapa money changer di area kedatangan Bandara Internasional Muscat, dan setelah membandingkan sejenak dengan browsing-browsing nilai tukarnya, ane nemu yang pas. Karena ane masih mempunyai sisa US Dollar dari trip Russia maka ane langsung saja menukarkannya di money changer dengan nominal kalau dirupiahkan sekitar 1 juta rupiah. Disinilah ane baru tau kalau oman rial itu nilai tukarnya tinggi banget, yaitu Rp 42.225/rial (April 2024). Busettttt๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ. Jadilah dari money changer ane cuma bawa sekitar 24 rial oman. Ane gatau, semoga cukup toh ane cuma beberapa jam disini. 
Kenampakan 1 Rial Oman atau setara Rp 42.225 (April 2024)

Kenampakan 1 Baisa (1/10-nya 1 rial) atau setara Rp 4.225 (April 2024)

Kelar masalah perduitan yang membuat ane cukup ternganga ini, ane segera fokus mencari konter yang menjual simcard. Salah seorang member di grup backpacker pernah share kalau ada yang jual paket internet Ooredoo  2 gb seharga 2 rial, dimana konternya ada di lantai bawah bandara sebelum pintu keluar. Ane turun ke lantai bawah dan dengan mudah menjumpai konter tersebut. Kuota dan harganya persis yaitu 2 rial, dan penjaganya dengan sigap membantu memasang dan meregistrasikan kartunya. Oke masalah simcard selesai.

Selanjutnya, ane harus nitipin tas laptop ke penitipan tas/luggage storage di bandara. Setelah browsing sejenak, ada luggage storage bernama 'SEAL & GO' dengan tarif untuk tas ransel yaitu 3 rial oman/tas/12 jam di lantai atas. Segera kami menuju kesana dengan percaya diri.


Penitipan tas/Luggage Storage di Bandara Internasional Muscat dengan tarifnya (April 2024)

Sampai sana ehh...ternyata jika tas tersebut ada laptopnya, itu tarifnya berubah menjadi 6 rial oman/12 jam. Dan itu udah yang paling murah. Alamakkkk..... Bener-bener galau parah ni ane.. Hampir 250rb rupiah untuk nitip tas ransel sebentar aja. Huhuhu.. menangis sebenarnya membayangkan tarifnya. Tapi yaudahlah... Setelah semua urusan di bandara kelar, ane segera turun lagi ke lantai dasar. Rencana kita akan naik Bus A1 untuk menuju ke tujuan pertama hari ini, Masjid Agung Sultan Qaboos. Menurut google maps sih jaraknya 13 km dan ditempuh dengan waktu +- 1 jam menggunakan bus umum.

Tidak sulit bagi kami untuk menemukan Bus A1 berwarna merah di lantai dasar area kedatangan bandara. Busnya terlihat bersih dan modern. Sistem bayarnya adalah bayar cash langsung ke supir dengan tarif 500 baisa (1/2 rial per-orang). Tarifnya beda-beda ya tergantung tujuan akhir kita. Tempat duduk untuk wanita dan pria juga dipisah, untuk wanita dapat tempat duduk bagian depan bus, sementara pria di bagian belakang bus. Supirnya seorang pria tua yang cukup ramah dan lancar bahasa inggris. Sewaktu ane mengatakan mau ke Masjid Agung Sultan Qaboos, dia menjawab oke-oke dengan ceria dan semangat. Memang ramah banget orang-orang di Oman ini.

Bus A1 rute Bandara Internasional Muscat ke Stasiun Bus Al Mabeelah 
(sumber gambar : disini)

Begitu bus mulai bergerak, pemandangan luar mulai menunjukkan lanskap kota Muscat yang khas. Jalanan di sekitarnya terlihat lebar, bersih, dan dipenuhi dengan mobil-mobil berukuran besar, kebanyakan SUV dan sedan. Jalan-jalan utama ditata dengan sangat rapi, dengan aspal mulus dan garis-garis lalu lintas yang jelas. Pepohonan palem berjajar di sepanjang trotoar, memberikan kesan sejuk meski cuaca panas. Gedung-gedung modern berdiri di kejauhan, memberikan kontras dengan perbukitan batu yang mengelilingi kota.
Pemandangan Kota Muscat dari dalam bus..

Kota Muscat dikelilingi oleh perbukitan batu berwarna coklat..

Dalam perjalanan, bus melewati beberapa flyover dan underpass. Meskipun jalanan terlihat ramai dengan kendaraan, tidak ada kemacetan yang berarti. Semua tampak tertib, dengan para pengemdi yang sepertinya sangat memperhatikan aturan lalu lintas. Dari dalam bus, ane bisa merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari di Muscat yang seimbang antara kesibukan modern dan ketenangan gurun di kejauhan.

Ketika bus mulai mendekati Masjid Agung Sultan Qaboos, arsitektur bangunan megah itu mulai terlihat. Kubah masjid yang besar dan menara-menara tinggi muncul dari kejauhan, menghadap langsung ke jalan utama. Masjid ini sungguh mendominasi pemandangan dengan gaya arsitektur Islami yang memukau, dikelilingi oleh taman-taman hijau yang luas dan indah. Halte pemberhentian terdekat dengan Masjid adalah Al Azaiba - South, dimana dari sini kami masih harus berjalan kaki +- 1,4 km sampai ke pintu masuk masjid. Ahh masih jauh ya...

Cuaca yang sangat terik dan badan yang letih karena kurang tidur mengurungkan niat kami untuk jalan kaki. 1,4 kilometer itu sangat jauhhh... Cuaca dingin aja jauh, apalagi cuaca panas๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…. Sebelum kesini, ane udah browsing pilihan-pilihan transportasi, dan selain bus kota, ada taxi online yaitu Otaxi. Sistem Otaxi ini mirip grab, namun dia menawarkan fixed rate artinya tarif udah tetap 1 rial untuk jarak tertentu dan floating rate, artinya tarifnya bakal disesuaikan dengan jarak. Karena ane takut floating rate bakal lebih mahal, ane selalu memilih fixed rate

Menunggu sebentar, akhirnya ada Otaxi yang bersedia mengantarkan kita ke Masjid Raya Sultan Qaboos. Supirnya seorang pria yang bahasa inggrisnya cukup lancar, dan menjelaskan dengan singkat tentang bagian-bagian masjid ini. Dia bilang masjid ini ada 2 bagian besar yaitu masjid kecil di depan, dan masjid utama/yang lebih besar di belakang. Kemudian untuk pengunjung perempuan wajib mengenakan baju muslimah/baju dan celana panjang, serta menggunakan penutup kepala/hijab. Dia menurunkan kami tepat di pintu masuk masjid terbesar di Oman ini dan kami membayar serta mengucapkan terimakasih.

Masjid Raya Sultan Qaboos ini merupakan masjid terbesar di Oman dan merupakan salah satu landmark yang paling ikonik di Muscat. Masjid ini dibangun sebagai perwujudan visi Sultan Qaboos bin Said al Said untuk memberikan tempat ibadah yang megah dan bisa digunakan oleh umat Muslim di Oman. Pembangunan masjid dimulai pada tahun 1995.

Begitu kami disambut oleh taman di bagian depan masjid dengan background arsitektur yang megah. Taman yang luas ini dipenuhi dengan tanaman hijau dan bunga berwarna-warni yang berkontras dengan cuaca panas yang menyengat. Meskipun matahari bersinar terik, suasana di sekitar taman terasa menenangkan.

Taman di bagian depan masjid

Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Di sepanjang jalan, banyak pengunjung lain yang juga menikmati keindahan taman. Taman ini menjadi semacam oasis di tengah cuaca panas yang menyengat.

Setelah menjelajahi taman, kami melanjutkan perjalanan menuju masjid kecil di bagian depan yang ternyata merupakan Women Chapel/tempat jemaat perempuan. Ruangan itu dihiasi dengan indah, dengan detail arsitektur yang memukau dan nuansa yang menenangkan. Suasana di dalam chapel terasa sejuk, seolah-olah memberikan perlindungan dari panasnya cuaca di luar. Kami duduk sejenak, menikmati ketenangan dan keindahan interior yang bercahaya lembut.  Kami sama-sama sepakat bahwa suasana di dalam chapel membuat kami merasa lebih rileks.

Women chapel/masjid kecil setelah taman dengan ukiran di pintu kayu, di jendela lengkung dan lampu gantung yang cantik

Setelah itu, kami berjalan menuju masjid besar/masjid utama di belakang melewati lorong bagian samping masjid. Disini kami menjumpai lampu-lampu menggantung yang memberikan nuansa yang indah dan menambah keanggunan arsitektur masjid. Desain lampu-lampu tersebut terlihat mencerminkan gaya tradisional, dengan sentuhan modern yang harmonis sehingga terlihat menarik. Berfoto tentunya menjadi menu wajib disini untuk mengabadikan momen hehe..

Lampu-lampu dengan gaya tradisional menggantung di sepanjang lorong samping masjid

Lorong bagian samping Masjid Raya Sultan Qaboos dengan ornamen lampu gantung gaya tradisional

Menara Masjid Raya Sultan Qaboos setinggi 90 meter. Total ada 5 menara yang mengelilingi masjid. Seluruh lantai dan dinding masjid terbuat dari marmer kualitas tinggi.

Begitu memasuki area masjid, ane terpesona oleh kemegahan dan keindahan arsitektur yang ada di depan ane. Masjid Sultan Qaboos adalah salah satu masjid terbesar di dunia, dan saat ane berdiri di depannya, ane merasa sangat kecil. Dengan kubah besar yang menjulang tinggi dan detail ornamen yang rumit, masjid ini benar-benar menakjubkan.

Interior Masjid Sultan Qaboos yang dipenuhi marmer, ukiran floral dan geometris, serta lampu gantung (chandelier) yang megah 

Ane melangkah masuk ke dalam masjid dan langsung merasakan suasana yang berbeda. Suhu di dalam masjid jauh lebih sejuk dibandingkan dengan cuaca di luar. Interiornya dipenuhi dengan karpet berukir yang lembut. Selain itu, dinding-dinding di dalam masjid juga dihiasi dengan ukiran yang rumit, menampilkan motif floral dan geometris yang khas dari seni Islam. Pilar-pilar yang mendukung kubah juga dihiasi dengan detail ukiran yang indah, memberikan kesan megah dan elegan.

Ane berjalan perlahan, mengagumi setiap sudut masjid dan mengambil beberapa foto, berusaha mengabadikan momen ini untuk nantinya menjadi tulisan ini.

Pilar bagian dalam Masjid Raya Sultan Qaboos yang terbuat dari marmer dan dihiasi dengan detail yang indah sehingga memberikan kesan elegan dan megah pada interior masjid.

Ukiran floral, geometris, dan kaligrafi Arab 

Selain ukiran, kaligrafi Arab yang menghiasi dinding masjid juga sangat menawan. Banyak tulisan yang mengambil kutipan dari Al-Qur'an, dikelilingi oleh ornamen yang kaya. Ane juga melihat banyak pengunjung lain yang sedang beribadah atau sekadar menikmati keindahan masjid. Ane merasa bersyukur bisa berada di tempat yang begitu indah dan spiritual.

Di dalam masjid terdapat chandelier atau lampu gantung yang megah, dengan desain yang rumit. Lampu-lampu ini menggantung dengan indah, menciptakan suasana yang hangat dan menawan saat cahaya menyinari ukiran di sekelilingnya.

Chandelier atau lampu gantung

Setelah menjelajahi masjid, kami memutuskan untuk duduk sejenak di salah satu area yang tenang, menikmati ketenangan dan keindahan sekeliling kami. Meskipun cuaca panas di luar, pengalaman kami di Masjid Sultan Qaboos membuat kami merasa seolah-olah telah menemukan oasis spiritual di tengah-tengah Muscat. Kami berdua sepakat bahwa kunjungan ini adalah salah satu pengalaman yang tak terlupakan, menyisakan kenangan indah dalam perjalanan kami di Oman.

Struktur melengkung pada bagian luar Masjid Sultan Qaboos merupakan salah satu ciri khas arsitektur Islam

Struktur ini dihasi dengan ukiran kaligrafi dan geometris

Puas berkeliling masjid, kami beranjak ke tujuan selanjutnya, Mutrah Souq. Mutrah Souq sendiri adalah pasar tradisional yang terletak di wilayah Mutrah, merupakan salah satu yang tertua dan paling terkenal di negara tersebut, sehingga menawarkan suasana yang kaya akan budaya dan sejarah. Perjalanan kami dari Masjid Sultan Qaboos menuju Mutrah Souq dengan bis kota memberi kami kesempatan untuk melihat keindahan kota Muscat dari sudut pandang yang berbeda. Begitu bis mulai bergerak, pemandangan di luar jendela segera menarik perhatian kami.

Kota Muscat dikelilingi oleh perbukitan berbatu berwarna coklat yang menjulang tinggi, memberikan latar belakang yang menakjubkan. Warna coklat tanah yang kaya membuat kontras yang indah dengan langit biru cerah di atasnya. Perbukitan ini tampak kokoh dan dramatis, menciptakan kesan seolah kota ini terjaga di tengah-tengah keindahan alam yang megah.

Di sepanjang perjalanan, kami melihat jalanan yang bersih dan teratur, dengan beberapa gedung modern yang berdiri di antara bangunan tradisional. Namun, yang paling mencolok adalah panorama pegunungan yang mengelilingi kami. Beberapa puncak tampak kering dan gersang, sementara yang lain terlihat sedikit hijau, menandakan adanya vegetasi yang tumbuh di tempat-tempat tertentu. 

Setiap kali bis berbelok, kami disuguhkan pemandangan baru yang menakjubkan. Kami berdua terpesona oleh keindahan alam Oman yang seolah bercerita tentang sejarah panjang dan kebudayaan yang kaya. Terik matahari menambah kehangatan suasana, tetapi kami merasa beruntung bisa menikmati pemandangan spektakuler ini.

Saat bis melintas di sepanjang pesisir, kami juga bisa melihat laut biru yang berkilauan. Kombinasi antara laut dan perbukitan berbatu menciptakan suasana yang sangat menawan.

Setelah beberapa waktu, kami tiba di Mutrah Souq. Begitu kami turun dari bis, suasana di sekitar kami langsung terasa hidup. Souq ini terletak di pinggir pantai, dan dari sini kami bisa melihat laut yang berkilauan di bawah sinar matahari. Meskipun panas, angin laut yang sejuk sedikit membantu meredakan rasa panas yang menyengat.

Pemandangan Teluk Oman dari Mutrah Souq dengan background perbukitan berbatu dan bangunan-bangunan lokal berwarna putih

Area pejalan kaki di Mutrah Souq

Kami mulai menjelajahi souq yang penuh warna ini. Deretan kios dan toko menjajakan berbagai barang, mulai dari rempah-rempah, perhiasan, hingga kerajinan tangan khas Oman. Aroma rempah yang menyegarkan memenuhi udara, dan suara penjual yang memanggil pengunjung menambah suasana. 

Berfoto tidak lupa...

Setelah beberapa saat berjalan di bawah terik matahari, ane merasa haus banget. Kami mencari tempat untuk beristirahat dan menemukan sebuah kafe tepi jalan yang mengundang dan memesan minuman dingin yang menyegarkan. Rasanya sangat nikmat, seolah-olah memberikan kami energi baru di tengah panasnya cuaca.

Segarnyaa....

Sambil menikmati es, kami mengamati aktivitas di sekitar. Banyak pengunjung lain yang juga menikmati suasana, dan anak-anak bermain di tepi pantai. Suasana di sekeliling kami begitu hidup dan ceria. Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan eksplorasi kami di Mutrah Souq.

Area 'kota tua' Mutrah Souq di sepanjang tepi Teluk Oman. Bangunan berwarna coklat itu adalah Mutrah Fort, namun kami tidak kesana karena udah ga ada tenaga untuk mendaki lagi.

Setelah menghabiskan beberapa jam menjelajahi souq, kami merasa puas dengan pengalaman hari itu. Mutrah Souq tidak hanya menawarkan barang-barang yang unik, tetapi juga memberi kami kesempatan untuk merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat Oman. Meskipun cuaca sangat panas, kami merasa senang dan bersemangat. Kunjungan kami ke Mutrah Souq adalah salah satu momen yang tak terlupakan dalam perjalanan kami, menambahkan warna dan cerita baru dalam petualangan kami di Muscat.

Setelah dirasa puas menikmati Mutrah Souq dengan angin lautnya yang menyejukkan, kami memutuskan kembali ke bandara. Kami menunggu bus A4, dan kemudian oper bus A1. Cukup lama bus A4 muncul, tapi kami menunggunya dengan sabar saja sambil cerita-cerita. 

1 jam kemudian, kami telah sampai kembali di Bandara Internasional Muscat. Setelah exit imigrasi dan masuk gate keberangkatan, kami mencari kursi-kursi santai dan tiduran menunggu jam penerbangan ke Kuala Lumpur. Penerbangan dari Muscat ke Kuala Lumpur berlangsung lancar selama 6 jam penerbangan. Badan yang cukup lelah membuat ane bisa tidur meskipun ga terlalu nyenyak. Nanti akan balas dendam tidur di KL! Batin ane๐Ÿ˜.

Thank you Oman! Kunjungan ke negara ini akan selalu kukenang dengan keramahan imigrasi dan warga-warganya ❤️❤️❤️.

10.04.2024

Jakarta, 3 April 2015 : Jalan ke Kota Tua Sama Mbak Piksan

Hari ketiga magang di Bank CIMB di Jakarta, aku diajak travelmate ke India tahun 2012 - Mbak Piksan - untuk ketemuan di Halte Jakarta Kota Tua. Wuah. Aku excited sih, karena saat itu benar-benar gabut dan kesepian di Jakarta! Kebetulan ini pas weekend lagi, hari minggu. Aku inget banget, sebelum pergi Aku sarapan dengan membuat bihun rebus di ricecooker wkwkwk. 

Aku berangkat ke Halte Kota Tua naik busway, kebetulan karena hari minggu jalanan agak lengang dan aku bisa sampai dengan cepat. Turun dari halte busway, aku udah melihat Mbak Piksan yang sudah berdiri menunggu. Setelah sapa menyapa, kita pun jalan kaki sama-sama menuju Kawasan Kota Tua yang berjarak sekitar 1 km. Kita jalan kaki selama 20 menit sambil bercerita banyak hal, karena memang sudah cukup lama terakhir kali kita ketemu. Sesaat kemudian sampailah kita di Taman Fatahillah, yaitu alun-alun utama yang berada di Kawasan Kota Tua. Taman ini terlihat dikelilingi oleh bangunan-bangunan ikonik peninggalan kolonial Belanda, seperti Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta), Museum Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik. Saat itu suasana sangat ramai dan terlihat banyak pengunjung yang berfoto-foto serta menikmati suasana. Diramaikan juga dengan pedagang berbagai jenis makanan san barang kerajinan, penyewa sepeda, perpustakaan kota tua, dan sebagainya.

Ternyata hari itu Mbak Piksan juga membawa buku 1 koper yang akan dia sumbangkan untuk Perpustakaan Kota Tua. Ini disini kita berfoto saat penyerahan buku itu hehehe.. ane culun banget yah jalan pake kemeja, celana kain sama sendal jepit. Aduh ceunah kenapa ga pake sepatu ya? ๐Ÿ˜
Oya selain buku 1 koper itu, Mbak Piksan juga membawa baju-baju kantornya dia (yang mungkin udah ga dipakai lagi) ke ane. Hahaha.. ya ane terima-terima aja. Lumayan kan ga harus beli kemeja baru lagi untuk memulai petualangan magang ane di Jakarta.

Sesaat kemudian, sebelum eksplor Kota Tua lebih lanjut, Mbak Piksan ngajak aku makan siang dulu di Cafe Batavia. Awalnya ane nurut-nurut aja ya, ngikut-ngikut aja. Tapi setelah masuk bagian dalam cafe yang vintage dan klasik, ane jadi paham ini pasti cafe mahal! ๐Ÿ˜๐Ÿ˜. 

Setelah ane baca, bangunan cafe ini merupakan salah satu gedung kolonial yang masih terawat dengan baik, dibangun pada abad ke-19. Interior kafe ini penuh dengan suasana vintage, dihiasi dengan foto-foto sejarah, lampu-lampu gantung klasik, serta furnitur kayu yang menambah kesan nostalgia. Wuah, jadi sungkan kan.. apalagi saat itu ane masih bokek banget, dan baru mulai kerja. Tapi Mbak Piksan ini emang orangnya baik banget. Ane lupa secara spesifik pesan apa, mungkin nasi goreng, tapi kita menikmati makanan kita dengan kusyuk sambil memandang ramainya Taman Fatahillah di bawah sana.

Selesai makan, kita mulai eksplor. Aku memulai langkahku di Taman Fatahillah, alun-alun yang menjadi pusat keramaian Kota Tua Jakarta. Di hadapanku, air mancur tua berdiri megah, sementara sekelilingnya dihiasi bangunan-bangunan kolonial yang masih terjaga. Orang-orang tampak sibuk dengan kameranya, mengabadikan momen dengan latar belakang gedung-gedung tua yang menyimpan sejarah panjang Jakarta. Aku bisa merasakan aura zaman kolonial yang masih terasa hidup di sini, di antara Museum Fatahillah dan bangunan-bangunan lainnya.

Setelah menikmati suasana alun-alun, aku melangkah menuju Kali Besar. Jalan berbatu di bawah kakiku terasa kuno, seolah membawaku menelusuri jejak masa lampau. Sepanjang perjalanan, gedung-gedung tua dengan arsitektur kolonial terus mengapit di kiri dan kanan. Mereka seperti saksi bisu dari cerita-cerita lama tentang Batavia. Setiap kali kulihat bangunan ini, aku tak bisa menahan rasa kagum akan bagaimana masa lalu begitu dekat, namun tetap terasa jauh di belakang.

Akhirnya, aku sampai di tepi Kali Besar, kanal yang kini terlihat lebih tenang. Airnya mengalir perlahan, dan di sepanjang tepiannya, taman-taman kecil serta trotoar yang rapi menghiasi pemandangan. Aku memilih duduk di salah satu bangku, menikmati suasana yang jauh lebih damai daripada di Taman Fatahillah. Bangunan-bangunan tua memantulkan bayangannya di atas permukaan air, menciptakan gambaran kota tua yang seolah masih terjebak dalam waktu.

Sore mulai beranjak, dan sinar matahari yang lembut menyoroti permukaan kanal, menciptakan pemandangan yang hampir magis. Aku memejamkan mata sejenak, meresapi angin sepoi-sepoi yang membawa ketenangan. Di sini, di Kali Besar, segala sesuatu terasa berjalan lebih lambat, memberi ruang untukku merasakan keindahan Kota Tua dari sudut pandang yang lebih hening.

10.02.2024

Jogja, 25 Agustus 2010 : Sakit seminggu

Jogja, 22 Agustus 2010

Hari ini penutupan ospek fakultas.... Huahhh... Benar-benar beberapa hari yang sangat-sangat melelahkan. Bagaimana tidak? Briefing ospek fakultas pertama kali dilakukan pada 14 Agustus 2010, dimana ospek-nya sendiri baru dimulai tanggal 19 Agustus 2010. Namun dengan selisih waktu 5 hari itu setiap tim benar-benar dikasih tugas banyak banget huaa... Mungkin pemanasan sebelum kuliah di Fakultas Teknik kali ya, dimana nanti kalau udah aktif kuliah ya bakal gini kehidupan kita. Penuh tugas!

Emang apa aja tugas ospek fakultas ane? Ini dia yang berhasil ane rangkum

Esai tentang Fakultas Teknik, Life Mapping, Diari dan Hot News setiap hari selama ospek, name tag, blognot, tas, Esai UGM sebagai Fakultas Kerakyatan, dan lain-lain.

Logo grup ane, Pattimura

Ane 1 tim dengan 24 orang lainnya dari seluruh Fakultas Teknik, dimana kita tergabung dalam Grup Pattimura. Nah sejak briefing tanggal 14 Agustus 2010 itu kita kumpul bareng di rumah salah seorang anggota yang orang Jogja, dan disitulah kita mulai berdiskusi untuk mempersiapkan seluruh keperluan ospek sampai 5 hari kedepan. Dan lucunya di tanggal 16 Agustus 2010 ada tragedi yang ane sadur dari status FB ane:

Good bgt!! Name tag untuk ospek yang dibuat slma 2 hari dgn format potongan kardus bertumpuk yg dipasangi asturo dgn wrna beda,warnanya kebalik!! Ulang dr awal lagi,hua TT hua TT capek God..TT

Bisa-bisanyaaa hahahaha....Kok bisa dari 25 orang ga ada yang sadar sejak awal kalau warnanya kebalik wkwkwk...

Dan ya begitulah dengan kerja keras tim Pattimura, kita bisa menyelesaikan semua persyaratan ospek kelompo tepat waktu, dan selama 19 Agustus 2010 - 22 Agustus 2010 kita benar-benar digeber kegiatan ospek dari pagi sampai sore..Seinget ane kita pulang dari kampus setiap harinya sekitar habis magrib.

Kembali ke 22 Agustus 2010, Upacara penutupan ospek berlangsung dengan khidmat, dan sekitar jam 6 sore akhirnya semua acara selesai dan ane bisa balik ke kos. Ane masih teringat, langit Kota Jogja telah menggelap. Rintik-rintik hujan menyertai perjalanan pulang ane dari Fakultas Teknik ke kosan yang berjarak 3 km. 

Punggung tangan ane mulai merinding kedinginan. 'Ah sial... Aku lupa bawa jaket. Semoga ga sakit.. duh besok kan udah mulai perkuliahan....'

Ane sudah super hafal dengan badan ane, dimana kalau kecapekan + kehujanan + banyak minum es pasti ujung-ujungnya radang. Ahh penyakit yang paling ane benci karena meriang di seluruh badan dan pusingnya itu ga tertahankan.

Bagaimanapun ane tetap melaju dengan kemeja tipis bergaris pink putih yang sengaja dijahitin ibu ane untuk ane kuliah..

'Mampir mbakso dulu ah...'

Kebetulan memang ada warung bakso malang yang cukup enak didekat kosku.

 

Jogja, 25 Agustus 2010

3 hari sejak ane ke-gerimisan pulang ospek, dan satu hal yang benar-benar ane hindarin akhirnya benar-benar terjadi, ane mulai menunjukkan gejala sakit radang tenggorokan yang meliputi demam tinggi, sakit kepala, amandel bengkak dan memerah, batuk kering, dan badan meriang. Huaaaa.... Padahal kuliah aja baru dimulai ane udah merasa ambruk kayak gini. Saat itu ane sering nangis karena keinget kalau dirumah pasti ada ibu ane yang rawat, tapi ini ane benar-benar sendirian merasakan siksaan panas + meriang di sekujur tubuh.


Jogja, 27 Agustus 2010
Sudah 3 hari sejak gejala awal radang tenggorokan, dan hari ini aku merasa malah semakin parah. Demamku benar-benar naik turun, hanya turun ketika diminumi paracetamol, tapi habis itu demam tinggi lagi. Tenggorokan rasanya semakin sakit untuk menelan dan berasa panas. Ahhh siall... Mana hari ini ada mata kuliah kimia dasar, dan doa ane dibawah ga terkabul. Dosennya masuk dan ane mengikuti kuliah dengan badan yang benar-benar lemas tak berdaya, demam, dan pusing yang stagnan.


Jogja, 30 Agustus 2010

Aku cerita ke orangtuaku kalau sudah beberapa hari ini sakit, dan ibu serta kakakku gercep datang ke Jogja. Saat itu berbarengan juga dengan ibu ane bawain laptop baru ane untuk kuliah, sebuah laptop toshiba. Meskipun excited karena itu pertama kalinya ane punya laptop sendiri, tapi aku benar-benar ga bisa bahagia sepenuhnya karena badanku benar-benar lemas. Ibu ane datang menginap sekitar 2 harian di Jogja, kemudian tanggal 30 Agustus 2010 ane dan ibu ane memutuskan pulang ke Solo untuk ane dibawa ke rumah sakit dan beristirahat. Ane juga lupa kok ga periksa di RS Jogja aja kenapa ya, secara kan lebih deket dan simpel hehehe..

Ibu ane memboncengin ane yang tak berdaya ini naik motor di sepanjang jalan Jogja-Solo. Sampai Solo, gapake lama ane langsung dibawa ke IGD dan setelah diperiksa dokternya sejenak (disuruh buka mulut untuk liat amandel ane) dokter langsung bilang ini radang tenggorokan karena bakteri, dan ibu ane ditegur kok kenapa baru dibawa sekarang.

Saat itu Pak Dokter menjelaskan bagaimana radang ini terjadi, tapi ane bener-bener ga bisa konsen karena badan masih lemes hehe.. ane dikasih obat segepok, termasuk antibiotik dan beristirahat beberapa hari dirumah.

Beberapa hari minum antibiotik, ane merasa kekuatan di tubuh ane mulai kembali. Ane udah ga meriang, udah ga demam, dan udah ga pusing. Ahh... Benar-benar bersyukur.. Saat ane udah benar-benar fit, akhirnya kembali ke Jogja motoran sendiri dengan semangat dan melanjutkan kuliah.

Pengalaman hidup tak terlupakan yang kutulis 14 tahun kemudian ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿคฃ๐Ÿ˜….

Sadar Setiap Hari (SSH) 7 : Anicca (Ketidakkekalan), Anatta (Tanpa Diri) dan Dukha (Penderitaan)


Tiga karakteristik kehidupan (Sumber Gambar : Disini)

ANICCA

Konsep sifat impermanen (anicca) adalah salah satu ajaran fundamental dalam Buddhisme yang menekankan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara dan selalu berubah. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai anicca:

1. Definisi Anicca

   - Anicca secara harfiah berarti "ketidakkekalan" atau "ketidakstabilan." Ini mengajarkan bahwa semua fenomena, baik fisik maupun mental, tidak ada yang permanen dan selalu mengalami perubahan.

2. Tiga Karakteristik Kehidupan

   - Anicca adalah bagian dari tiga karakteristik utama yang juga mencakup dukkha (penderitaan) dan anatta (ketidak-akuan). Ketiga konsep ini membantu kita memahami sifat dasar dari kehidupan dan eksistensi.

3. Contoh Ketidakstabilan

   - Perubahan Fisik: Segala sesuatu yang kita lihat dan alami di dunia ini, seperti benda mati, tubuh kita, atau lingkungan, mengalami perubahan. Misalnya, bunga yang mekar akan layu seiring waktu.

   - Emosi dan Pikiran: Pikiran dan perasaan juga bersifat sementara. Saat kita mengalami kesedihan atau kebahagiaan, perasaan tersebut tidak akan bertahan selamanya.

4. Penerimaan Impermanen

   - Memahami bahwa segala sesuatu bersifat impermanen dapat membantu kita menerima kenyataan bahwa tidak ada yang dapat diandalkan sepenuhnya. Ini dapat mengurangi rasa sakit saat kehilangan sesuatu yang kita cintai, karena kita menyadari bahwa ketidakstabilan adalah bagian dari kehidupan.

5. Akibat Pemahaman Anicca

   - Mengurangi Keterikatan: Ketika kita menyadari bahwa semua hal bersifat sementara, kita cenderung tidak terjebak dalam keterikatan pada benda, orang, atau pengalaman. Keterikatan ini sering kali menjadi sumber penderitaan.

   - Menemukan Ketenangan: Dengan menerima bahwa segala sesuatu akan berlalu, kita dapat menemukan ketenangan dalam menghadapi perubahan, baik itu positif maupun negatif.

6. Praktik dalam Kehidupan Sehari-hari

   - Meditasi: Dalam meditasi, kita dapat berlatih untuk menyaksikan perubahan dalam pikiran dan perasaan tanpa terjebak oleh mereka. Ini membantu dalam membangun kesadaran akan sifat impermanen.

   - Mindfulness: Berlatih mindfulness dapat membantu kita lebih menyadari momen saat ini, mengamati bagaimana pengalaman kita muncul dan hilang.

7. Aplikasi dalam Kehidupan

   - Menghadapi Kesulitan: Saat mengalami masa sulit, ingat bahwa situasi tersebut tidak akan bertahan selamanya. Ini dapat memberi harapan dan dorongan untuk terus maju.

   - Menghargai Momen: Menyadari sifat impermanen dapat membantu kita lebih menghargai momen-momen indah dalam hidup, karena kita tahu bahwa mereka bersifat sementara.

###

Berikut adalah beberapa contoh aplikasi konsep sifat impermanen (anicca) dalam kehidupan sehari-hari:

1. Menghadapi Perubahan

  • Contoh: Ketika menghadapi perubahan dalam pekerjaan atau hubungan, ingatlah bahwa situasi ini bersifat sementara. Jika pekerjaanmu berubah atau hubungan berakhir, pahami bahwa ini adalah bagian dari kehidupan dan ada peluang baru di depan.

2. Mengatasi Rasa Kehilangan

  • Contoh: Saat kehilangan seseorang yang kita cintai, ingat bahwa rasa sakit dan kesedihan akan berkurang seiring waktu. Ini membantu kita menerima kenyataan dan menjalani proses berduka dengan lebih baik.

3. Menghargai Momen

  • Contoh: Ketika menikmati waktu bersama teman atau keluarga, sadari bahwa momen ini bersifat sementara. Ini bisa mendorong kita untuk lebih hadir dan menghargai kebersamaan saat itu.

4. Berurusan dengan Emosi

  • Contoh: Jika kamu merasa marah atau cemas, ingat bahwa emosi tersebut tidak akan bertahan selamanya. Dengan memahami bahwa perasaan ini bersifat sementara, kamu bisa lebih mudah mengelolanya tanpa terjebak dalamnya.

5. Keterikatan pada Benda

  • Contoh: Jika memiliki barang yang sangat berharga atau memiliki kenangan, ingatlah bahwa pada akhirnya, semua benda akan mengalami kerusakan atau hilang. Ini bisa membantu mengurangi keterikatan dan memberi ruang untuk melepaskan.

6. Menghadapi Tantangan

  • Contoh: Ketika menghadapi masa sulit, seperti masalah keuangan atau kesehatan, ingat bahwa kesulitan ini tidak akan bertahan selamanya. Fokus pada langkah-langkah positif yang dapat diambil untuk memperbaiki situasi.

7. Praktik Mindfulness

  • Contoh: Dalam rutinitas harian, luangkan waktu untuk berlatih mindfulness dengan mengamati pikiran dan perasaan yang muncul. Ketika pikiran yang tidak nyaman muncul, sadari bahwa itu juga bersifat sementara dan akan berlalu.

8. Menjalani Hidup dengan Fleksibilitas

  • Contoh: Saat merencanakan sesuatu, ingat bahwa rencana bisa berubah. Dengan sikap yang fleksibel dan terbuka, kamu akan lebih mampu menyesuaikan diri ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan.

Dengan mengintegrasikan pemahaman tentang anicca ke dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat hidup dengan lebih tenang, menerima perubahan, dan menghargai momen-momen yang ada.


ANATTA

Anatta adalah salah satu konsep inti dalam ajaran Buddha, yang berarti "tanpa diri" atau "tanpa jiwa." Konsep ini sangat penting dalam pemahaman ajaran Buddha karena ia menjelaskan bahwa tidak ada entitas atau "aku" yang tetap dan abadi dalam diri kita atau makhluk lainnya. 

Penjelasan Detail Tentang Anatta

  1. Asal-usul dan Makna Anatta:

    • Kata "anatta" berasal dari bahasa Pali, yang terdiri dari dua kata: "a" yang berarti "tidak" atau "tanpa," dan "atta" yang berarti "diri" atau "jiwa." Jadi, anatta berarti "tidak ada diri" atau "tanpa inti diri."
    • Ajaran ini pertama kali diajarkan oleh Buddha Gautama, yang menegaskan bahwa segala sesuatu, termasuk apa yang kita anggap sebagai diri kita, tidak memiliki eksistensi tetap atau kekal.
  2. Tiga Karakteristik Kehidupan (Ti-lakkhana):

    • Ajaran anatta terkait erat dengan tiga karakteristik kehidupan dalam ajaran Buddha, yaitu:
      1. Anicca (ketidakkekalan): Segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara dan selalu berubah. Tidak ada yang tetap atau abadi.
      2. Dukkha (penderitaan): Karena segala sesuatu tidak tetap, kita sering merasa tidak puas, kecewa, atau menderita ketika kita terikat pada hal-hal yang berubah.
      3. Anatta (ketidak-adaan diri): Ini adalah karakteristik ketiga, yang mengajarkan bahwa tidak ada diri yang tetap atau kekal dalam diri kita. Apa yang kita anggap sebagai "aku" atau "diri" hanyalah kumpulan dari berbagai elemen yang selalu berubah.
  3. Pemahaman Tentang "Diri" dalam Konteks Anatta:

    • Dalam ajaran Buddha, "diri" yang kita anggap sebagai "aku" adalah konstruksi mental yang terbentuk oleh lima unsur yang disebut kelima agregat (panca-khanda), yaitu:
      1. Rupa (bentuk fisik): Tubuh kita, materi yang membentuk tubuh.
      2. Vedana (perasaan): Sensasi atau perasaan yang kita alami, baik itu senang, tidak senang, atau netral.
      3. Sanna (persepsi): Cara kita mengenali dan mengklasifikasikan objek atau pengalaman.
      4. Sankhara (formasi mental): Pikiran, niat, dan keadaan mental lainnya.
      5. Vinnana (kesadaran): Kesadaran kita terhadap perasaan, persepsi, dan pikiran.
    • Kelima agregat ini saling berinteraksi dan membentuk pengalaman kita sehari-hari, namun tidak ada satu pun dari elemen-elemen ini yang permanen atau tetap. Mereka terus berubah sepanjang waktu, dan tidak ada inti diri yang abadi atau tetap yang dapat ditemukan di dalamnya.
  4. Anatta dan Ketergantungan pada Keinginan dan Ego:

    • Salah satu sumber penderitaan utama dalam ajaran Buddha adalah ketergantungan pada keinginan (tanha) dan ego. Ketika kita merasa bahwa "aku" adalah entitas yang tetap dan penting, kita cenderung terikat pada keinginan, ambisi, dan rasa kepemilikan. Hal ini mengarah pada penderitaan karena segala sesuatu yang kita anggap sebagai bagian dari diri kita adalah sementara dan akan berubah atau hilang.
    • Ajaran anatta mengajarkan untuk mengurangi keterikatan terhadap "diri" dan "aku" sehingga kita dapat melepaskan rasa kepemilikan dan keinginan yang berlebihan, yang pada gilirannya akan mengurangi penderitaan.
  5. Hubungan Anatta dengan Pembebasan (Nirvana):

    • Pemahaman yang dalam tentang anatta berperan penting dalam mencapai nirvana atau pembebasan. Ketika seseorang sepenuhnya mengerti bahwa tidak ada "diri" yang tetap, mereka dapat melepaskan keterikatan dan pencarian untuk memperkuat "aku."
    • Dalam keadaan ini, seseorang dapat mengatasi penderitaan yang disebabkan oleh keterikatan dan keinginan, dan mencapai kedamaian batin yang sempurna. Hal ini mengarah pada pembebasan dari roda kelahiran dan kematian (samsara).
  6. Penerapan Konsep Anatta dalam Kehidupan Sehari-hari

    1. Mengurangi Ego dan Kesombongan: Anatta mengajarkan kita untuk melepaskan gagasan tentang diri yang terpisah dan lebih tinggi dari orang lain. Ini membantu kita untuk menjadi lebih rendah hati, karena kita memahami bahwa "aku" yang kita anggap penting ini hanyalah kumpulan dari banyak faktor yang terus berubah. Mengakui ketidak-adaan diri ini membuat kita lebih bijaksana dalam melihat hubungan sosial dan kurang terpaku pada status atau kepemilikan.

    2. Menghadapi Perubahan dengan Lapang Dada: Mengerti bahwa tidak ada diri yang tetap membuat kita lebih mudah menerima perubahan dalam hidup. Baik itu dalam hal hubungan, pekerjaan, atau kondisi tubuh, anatta mengajarkan kita bahwa segala sesuatu bersifat sementara dan tak terhindarkan. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih mudah melepaskan keterikatan terhadap hal-hal yang kita anggap penting.

    3. Mengurangi Perasaan Terikat pada Keinginan: Anatta juga membantu kita untuk mengurangi keterikatan terhadap keinginan dan materi. Saat kita merasa bahwa "diri kita" sangat bergantung pada memiliki sesuatu (misalnya harta benda atau status), kita dapat merasa kecewa atau tertekan ketika hal itu hilang. Penerapan anatta mengajarkan untuk melepaskan perasaan terikat pada hal-hal duniawi ini, dengan memahami bahwa mereka pun akan berubah dan tidak dapat memberikan kebahagiaan yang abadi.

    4. Meningkatkan Empati dan Koneksi dengan Orang Lain: Memahami anatta membantu kita melihat orang lain bukan sebagai individu terpisah yang memiliki identitas tetap, tetapi sebagai makhluk yang juga mengalami perasaan, penderitaan, dan perubahan. Dengan demikian, kita bisa lebih empatik dan berbelas kasih terhadap orang lain, karena kita menyadari bahwa mereka, seperti kita, sedang menjalani perjalanan kehidupan yang penuh perubahan dan tantangan.


DUKKHA

Dukkha adalah salah satu dari Tiga Karakteristik Kehidupan (Ti -Lakkhana) dalam ajaran Buddha yang mengacu pada penderitaan atau ketidakpuasan yang dialami oleh makhluk hidup. Dukkha sering diterjemahkan sebagai penderitaan, tetapi makna yang lebih luas mencakup ketidakpuasan, ketegangan, atau ketidaksempurnaan dalam hidup. Dukkha bukan hanya tentang rasa sakit fisik, tetapi juga tentang ketidakpuasan yang muncul karena segala sesuatu yang bersifat sementara dan selalu berubah.

Penjelasan Detail tentang Dukkha

  1. Makna Dukkha:

    • Dukkha berasal dari kata Pali yang secara harfiah berarti "terganggu" atau "tidak rata." Dalam konteks ajaran Buddha, dukkha merujuk pada perasaan ketidakpuasan atau penderitaan yang muncul akibat ketidaksempurnaan dalam hidup.
    • Dukkha bukan hanya merujuk pada penderitaan fisik atau emosional, tetapi juga pada perasaan ketidakpuasan yang muncul meskipun kita memiliki apa yang kita inginkan, karena semuanya bersifat sementara dan tidak dapat memberikan kebahagiaan abadi.
  2. Tiga Jenis Dukkha: Buddha mengajarkan bahwa ada tiga jenis penderitaan atau dukkha yang dapat kita alami:

    1. Dukkha Dukkha (penderitaan yang jelas): Penderitaan fisik atau emosional yang jelas, seperti sakit, kecelakaan, kehilangan orang yang kita cintai, atau kegagalan dalam mencapai tujuan.
    2. Viparinama Dukkha (penderitaan akibat perubahan): Ketidakpuasan yang muncul karena segala sesuatu selalu berubah. Bahkan ketika kita mendapatkan hal yang kita inginkan, kita merasa tidak puas karena perubahan yang tak terhindarkan.
    3. Sankhara Dukkha (penderitaan karena ketergantungan): Penderitaan yang timbul dari ketergantungan pada kondisi yang berubah-ubah, seperti perasaan, pikiran, dan tubuh kita. Karena kita terikat pada hal-hal ini, kita mengalami ketidakpuasan saat mereka tidak sesuai dengan keinginan kita.
  3. Dukkha dalam Hubungannya dengan Anicca dan Anatta:

    • Anicca (ketidakkekalan): Dukkha sangat erat kaitannya dengan konsep anicca, yang mengajarkan bahwa segala sesuatu bersifat sementara dan selalu berubah. Ketika kita terikat pada sesuatu yang kita anggap sebagai sumber kebahagiaan (misalnya harta, hubungan, atau status), kita akan merasakan ketidakpuasan saat hal tersebut hilang atau berubah.
    • Anatta (tanpa diri): Dukkha juga berkaitan dengan konsep anatta, karena penderitaan muncul ketika kita terikat pada gagasan tentang "diri" yang tetap. Ketika kita menyadari bahwa "diri" ini tidak kekal dan terus berubah, kita bisa mengurangi penderitaan yang datang dari ketergantungan pada ego atau identitas.
  4. Penyebab Dukkha:

    • Dalam ajaran Buddha, tanha atau keinginan (terutama keinginan yang egoistis) dianggap sebagai penyebab utama dukkha. Keinginan ini bisa berupa keinginan untuk kenikmatan inderawi, kekuasaan, pengakuan, atau bahkan keinginan untuk menghindari penderitaan. Keinginan-keinginan ini menyebabkan kita terikat pada hal-hal yang bersifat sementara, yang akhirnya membawa ketidakpuasan.
    • Penderitaan muncul karena kita berharap bahwa dunia ini atau hidup kita harus sesuai dengan keinginan kita, padahal dunia ini penuh dengan ketidakpastian dan perubahan.
  5. Mengatasi Dukkha:

    • Dalam ajaran Buddha, solusi untuk mengatasi dukkha adalah melalui Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani), yang memberikan panduan tentang bagaimana mengatasi penderitaan:
      1. Kebenaran Mulia tentang Dukkha: Mengakui bahwa penderitaan itu ada dalam kehidupan kita.
      2. Kebenaran Mulia tentang Penyebab Dukkha: Penderitaan timbul karena keinginan dan keterikatan.
      3. Kebenaran Mulia tentang Akhir dari Dukkha: Penderitaan dapat diakhiri dengan melepaskan keinginan dan keterikatan.
      4. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha: Jalan untuk mengatasi penderitaan adalah melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya-Atthangika-Magga), yaitu panduan praktis yang mencakup moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan.

Penerapan Dukkha dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Menerima Ketidakpastian dan Perubahan:

    • Dukkha mengajarkan kita untuk menerima kenyataan bahwa segala sesuatu tidak tetap dan selalu berubah. Dalam kehidupan sehari-hari, ini membantu kita untuk lebih mudah menerima perubahan, baik itu perubahan dalam tubuh, situasi hidup, maupun hubungan. Ketika kita menghadapi kehilangan atau perubahan, kita bisa lebih tenang dan tidak terlalu terpukul.
    • Misalnya, saat mengalami kesulitan dalam pekerjaan atau hubungan, kita bisa menyadari bahwa ini adalah bagian dari perubahan yang alami, dan bukan sesuatu yang bersifat permanen.
  2. Mengurangi Ketergantungan pada Keinginan:

    • Penerapan ajaran dukkha mengajarkan kita untuk mengurangi keterikatan pada keinginan duniawi yang bersifat sementara, seperti harta, kesenangan, atau pengakuan sosial. Ketika kita terlalu terikat pada keinginan-keinginan ini, kita akan merasakan ketidakpuasan saat mereka tidak tercapai.
    • Misalnya, jika kita berfokus pada kepemilikan barang materi atau pencapaian karier yang sangat tinggi, kita mungkin merasa kecewa jika hal itu tidak tercapai. Dengan memahami dukkha, kita bisa melepaskan ketergantungan pada hal-hal ini dan lebih fokus pada kebahagiaan yang lebih stabil.
  3. Praktik Jalan Mulia Berunsur Delapan:

    • Untuk mengatasi dukkha, kita dapat berusaha untuk menerapkan Jalan Mulia Berunsur Delapan dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup:
      1. Pandangan Benar: Melihat dunia dengan cara yang benar, memahami sifat ketidakpastian dan ketidakpuasan hidup.
      2. Niat Benar: Memiliki niat yang penuh kasih dan tanpa keinginan egois.
      3. Ucapan Benar: Berbicara dengan jujur dan penuh kasih, tanpa kata-kata yang merugikan orang lain.
      4. Tindakan Benar: Bertindak dengan cara yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain.
      5. Pencaharian Benar: Menghasilkan nafkah dengan cara yang tidak merugikan diri sendiri atau orang lain.
      6. Usaha Benar: Mengusahakan pikiran dan perilaku yang baik, menghindari yang buruk.
      7. Perhatian Benar: Memperhatikan perasaan, pikiran, dan tindakan kita dengan penuh kesadaran.
      8. Konsentrasi Benar: Berlatih meditasi untuk mencapai konsentrasi yang mendalam dan kebijaksanaan.
  4. Berfokus pada Kebahagiaan Batini:

    • Dengan memahami dukkha, kita dapat lebih fokus pada kebahagiaan batin yang lebih stabil daripada kebahagiaan yang tergantung pada hal-hal eksternal yang bersifat sementara. Kebahagiaan ini bisa dicapai melalui meditasi, mindfulness, dan pengembangan kebijaksanaan untuk menerima kenyataan hidup sebagaimana adanya.

Kesimpulan

Dukkha adalah inti dari ajaran Buddha yang mengajarkan kita untuk menerima kenyataan bahwa kehidupan penuh dengan penderitaan dan ketidakpuasan karena segala sesuatu bersifat sementara dan selalu berubah. Penerapan ajaran dukkha dalam kehidupan sehari-hari membantu kita untuk lebih bijaksana, menerima perubahan, mengurangi keterikatan pada keinginan egois, dan menemukan kebahagiaan batin yang lebih stabil.