Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work

9.27.2024

Dubai, 7 Mei 2023 : Finnaly visit Burj Khalifa and Surround!

Pesawat Air Astana yang ane tumpangi sedikit demi sedikit mulai menurunkan ketinggian. Ane mulai bisa melihat landscape Kota Dubai dari ketinggian. Padang pasir berwarna coklat keemasan tanpa batas; kanal-kanal buatan yang membelah padang pasir; rumah-rumah warga berwarna coklat keemasan. Ane berusaha mencari pohon, tapi susah. Ane udah membatin, negara ini kayaknya bakal panas banget. Seperti efek rumah kaca.

Pemandangan Kota Dubai dari pesawat Air Astana yang ane tumpangi

Beberapa orang berteriak saat pesawat mengalami turbulensi cukup kencang saat pesawat udah mau landing. Haha ane nikmatin aja sensasi roller coaster ini. Penerbangan selama 4 jam 40 menit dari Almaty ke Dubai akhirnya berakhir saat roda pesawat menyentuh landasan Bandara Internasional Dubai. Jam lokal menunjukkan pukul 1 siang, dimana ane mempunyai waktu transit 14 jam disini sebelum penerbangan lanjutan Dubai - Kuala Lumpur. Hal ini tentulah tidak ane sia-siakan, ane harus masuk negara ini dan liat Burj Khalifa! Burj Khalifa sendiri merupakan gedung pencakar langit tertinggi di dunia, dimana ketinggiannya mencapai 828 meter. Kapan lagi kan? Mumpung transit panjang. Ane juga udah merencanakan ini jauh-jauh hari sehingga udah bikin visa transit Uni Emirat Arab, dan sengaja memilih penerbangan yang landing Dubai siang dan layover diatas 12 jam.

Kenampakan bagian dalam Air Astana. Bisa naik pesawat ini adalah salah satu impian ane dan ane bersyukur banget.

Turun dari pesawat ane segera mengikuti tanda baggage claim/immigration, tapi disini ane langsung ke imigrasi karena koper-koper yang berat akan langsung dioper oleh maskapai dan diambil di tujuan akhir yaitu Kuala Lumpur. Ane tidak menjumpai masalah berarti saat di imigrasi dan E-visa yang telah kami print tidak diminta oleh mereka (mungkin ketika paspor kita discan udah muncul otomatis data Evisa kita di mereka). Dan sebagai welcome gift dari Pemerintah Dubai, kita malah dikasih free simcard dan paket internet 1 gb. Mantaap! Terimakasih Dubai. Tau aja kamu mahal jadi dikasih paket internet gratis buat eksplor sejenak.

Selanjutnya seperti biasa ketika memasuki negara baru, ane harus punya mata uang negara tersebut. Kebetulan sebelum terbang dari Almaty tadi pagi, ane udah nukar sisa uang Tenge Kazakhstan ke Dirham UEA. Uangnya masih sangat cukup jadi ane nggak tarik tunai lagi. Uang lokal dan paket internet sudah beres, target selanjutnya sebelum keluar bandara adalah menitipkan tas ransel ane yang superberat karena ada laptop didalamnya. Ane sama sekali nggak memilih option membawa tas laptop ini ikut jalan, adoohh...bisa bonyok nanti punggung ane dihajar gravitasi wkwkwk... Laptop ane dan chargernya aja beratnya udah 4-5 kg. Masih ditambah barang-barang lainnya di tas.

Browsing sejenak, Emirates ternyata ada layanan penitipan bagasi di bagian kedatangan/arrival di Terminal 3. Setelah mencarinya sejenak, ane menemukannya dan menitipkan 1 ransel daypack seharga 35 dirham atau setara kira-kira Rp 154.000. Legaaa... Akhirnya ane bisa segera jalan keluar bandara!

Ane udah browsing sebelum berangkat, dan cara paling hemat untuk keliling Kota Dubai adalah menggunakan transportasi umum yang mencakup metro serta bis. Untuk naik transportasi umum di Dubai kita membutuhkan kartu namanya Nol Card, dimana Nol Card bisa dibeli yang model day pass, artinya cukup beli satu kali bisa dipakai seharian seharga 20 dirham atau Rp 88.000. Belinya bisa dilakukan di stasiun metro yang berada di dalam Terminal 3 Bandara Internasional Dubai.

Ane membelinya dan segera menaiki metro red line untuk menuju ke tujuan pertama hari ini, Grand Souk - Bur Dubai. Jadi itu semacam kompleks pasar tradisional/bazaar yang berada di pesisir utara Kota Dubai, dimana keterangannya menjual hampir semua hal kebutuhan sehari-hari sampai jika ingin beli oleh-oleh murah. Tujuan utama ane kesana sebenarnya ingin beli tas dan makan siang. 

Haa? Beli tas?? Iyaaa.. jadi tas ransel ane sejak tadi pagi di Almaty, risletingnya rusak jadi sementara ane tutup pakai klip wkwkwk... Kenapa ga dibuang aja sejak dari Almaty? Well karena posisi ane tau itu risleting rusak pas udah di Bandara Almaty, udah posisi mau terbang ke Dubai, dan ane masih butuh itu tas untuk menyimpan banyak barang. Ane berharap bisa nemu tas yang agak murce di Grand Souk. Selain itu ane juga laper dan pengen cari makan siang.

Tidak pakai menunggu lama, ane segera menaiki metro (red line) yang udah standby di Stasion Metro Bandara Internasional Dubai, dimana tujuan ane adalah Stasiun Metro Burjuman - stasiun metro terdekat dengan Grand Souk. Dan sewaktu ane masuk gerbong, bujubuneng, penuh banget dan hampir sebagian besar penumpang laki-laki wkwkwk... Ane melihat hampir sebagian besar penumpang didominasi oleh orang-orang Asia Selatan seperti orang India dan sekitarnya. Perjalanan penuh sesak dan penuh aroma ketek itu berlangsung selama 20 menit sampai akhirnya ane turun di Stasiun Metro Burjuman. Dari Stasiun Metro Burjuman, ane sambung naik bus F70 untuk mendekat ke area Grand Souk. Busnya sendiri ga terlalu besar dan cukup nyaman.


Sumber Foto : Disini

Turun dari bus, sampailah kami dikawasan Grand Souk. Grand Souk Dubai sendiri adalah salah satu pasar tradisional yang terkenal di Dubai, yang terdiri dari dua bagian utama: Grand Souk Deira dan Grand Souk Bur Dubai, dimana keduanya dipisahkan oleh Dubai Creek (teluk air alami yang membelah kota Dubai, membentang dari Teluk Persia ke daratan sejauh sekitar 14 km). Dubai Creek, atau Khor Dubai dalam bahasa Arab, memiliki peran historis yang sangat penting dalam perkembangan Dubai sebagai kota perdagangan. Dulunya, creek ini menjadi pelabuhan bagi kapal-kapal dagang tradisional (dhow) yang membawa barang-barang seperti emas, rempah-rempah, tekstil, dan mutiara dari India, Afrika, dan Timur Tengah.

Kenampakan seperti sungai berwarna biru itulah Dubai Creek (sumber : google maps)

Dubai Creek membagi kota menjadi dua wilayah utama:
1. Deira di sisi utara, yang merupakan pusat perdagangan tradisional dan rumah bagi souk-souk terkenal seperti Gold Souk dan Spice Souk.
2. Bur Dubai di sisi selatan, yang mencakup area bersejarah seperti Al Fahidi Historical District dan tempat-tempat budaya seperti Dubai Museum dan Al Bastakiya.

Pasar ini sekarang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan tempat perbelanjaan, menawarkan berbagai barang mulai dari rempah-rempah, kain, emas, parfum, hingga barang-barang kerajinan tradisional. Grand Souk mencerminkan budaya dan sejarah Dubai sebagai kota perdagangan, dan menjadi destinasi wisata yang populer bagi mereka yang ingin merasakan atmosfer pasar Arab klasik serta membeli barang-barang unik. 

Berjalan sejenak, ane melihat satu toko besar bernama 'Bollywood' dengan cukup banyak pembeli. Disitu ane juga melihat mereka menjual tas-tas souvenir, dan ane lihat harga tas-nya sangat murah sekitar 20 Dirham atau 50 ribu rupiah aja. Langsung aja ane masuk membelinya dan beberapa minuman dingin. Ane pindahkan barang-barang dari tas ransel ane yang risleting-nya rusak ke tas baru, dan langsung membuang tas rusak tersebut ke tempat sampah. Hhhh... beban berkurang juga!

Kami melanjutkan jalan kaki dan akhirnya menemukan satu tempat menarik untuk makan siang, semacam nasi briyani dengan ayam gitu sih..Lumayan untuk mengisi perut yang udah mulai keroncongan hehe..Harganya sekitar 60ribuan rupiah seporsi.

Makan nasi briyani porsi besar...

Selesai mengelilingi Grand Souk, kami kembali ke stasiun metro lagi untuk menuju halte terdekat dengan Burj Khalifa yaitu Halte Dubai Mall. Perjalanan berlangsung singkat selama 20 menit, dan karena keretanya kali ini ga terlalu ramai, ane bener-bener bisa melihat pemandangan sekilas Kota Dubai. Gedung-gedung modern pencakar langit, jalan-jalan yang lebar, mobil-mobil mahal berseliweran adalah pemandangan yang mendominasi. 

Pemandangan Kota Dubai dari dalam metro. Metro ini driverless a.k.a tanpa pengemudi.

Gedung-gedung tinggi yang mengelilingi jalur metro

Turun dari Stasiun Metro Dubai Mall, pada awalnya kita jalan dengan santai melewati bagian dalam Dubai Mall. Beberapa kali ane bertanya kepada satpam arah ke Burj Khalifa dan diarahkan terus luruss aja. Ane terus mengikuti arahan, mengikuti rombongan orang-orang yang 'sepertinya' mau ke Burj Khalifa juga, serta beberapa kali cek google map,  dan perasaan kok nggak sampe-sampe ya?! Jadilah ane jalannn... Jalan.... Dan jalan... Menyusuri mall selama kurang lebih 2 km sampai akhirnya menemukan jalan keluar mall yang mengarah ke Burj Khalifa.. ya ampunnnn... Semploh kakinya rek! 2 km!

Setelah ane googling, alamak, ternyata Dubai Mall itu adalah salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan termewah di dunia  luas total sekitar 1,1 juta meter persegi (11 juta kaki persegi). Dari luas tersebut, sekitar 502.000 meter persegi digunakan sebagai area ritel dengan lebih dari 1.200 toko. Selain area perbelanjaan, Dubai Mall juga mencakup berbagai fasilitas hiburan seperti Dubai Aquarium, Ice Rink, dan KidZania. Owalah... pantesan kaki ane semploh!!

Bagian dalam Dubai Mall yang luasnyaa minta ampun

Bagian dalam Dubai Mall yang luasnyaa minta ampun

Berjalan semakin ke arah ujung dari Dubai Mall, kita sempat melihat patung yang cukup menarik. Setelah ane browsing, ternyata patung ini disebut The Diver atau The Human Waterfall Sculpture. Patung ini menggambarkan sekelompok atlet loncat indah yang terbuat dari perak mengkilap, seolah-olah sedang terjun dari atas air terjun buatan. Patung ini terletak di area air terjun indoor yang menjulang setinggi empat lantai dan merupakan salah satu pemandangan paling ikonik di Dubai Mall.

The Human Waterfall Sculpture

The Human Waterfall Sculpture

Desain patung ini menciptakan kesan gerak yang dinamis, dengan para penyelam terlihat seperti sedang meluncur ke dalam air. Air terjun buatan yang mengalir di belakang mereka menambah efek dramatis dan artistik, menjadikan patung ini sebagai salah satu spot foto populer di mall tersebut. Patung ini tidak hanya memperindah ruang, tetapi juga mencerminkan perpaduan antara seni modern dan alam yang sering dijumpai di Dubai. Tidak boleh terlewat dong, ane harus berfoto! Hehehe.. Biar kenangan di Dubai nggak hanya dengan Burj Khalifa.

Berpose di The Human Waterfall Sculpture. So happy....

Akhirnyaaa.... kita menemukan juga jalan keluar dari Dubai Mall dan sudah menjumpai Burj Khalifa di depan mata. Matahari yang masih bersinar terik membuat ane cukup kesulitan untuk berfoto dengan Burj Khalifa. Ane akhirnya muter-muter area di sekitar Burj Lake yang dipenuhi dengan mall, restoran, hotel, cafe, sambil menunggu sengatan sinar matahari sedikit mereda.

Burj Khalifa dengan background matahari sore yang menyengat

Pukul 4 sore sementara sedang jalan santai di sekitaran Burj Lake, kita sempat secara tidak sengaja melewati area Dubai Fountain yang sedang memberikan pertunjukkan air mancur menari diiringi oleh lagu India yang meriah. Dubai Fountain sendiri adalah air mancur menari terbesar di dunia, terletak di dasar Burj Khalifa, tepat di sebelah Dubai Mall. Air mancur ini membentang sepanjang 275 meter (902 kaki) dan mampu menyemprotkan air hingga setinggi 152 meter (500 kaki), atau setara dengan gedung setinggi 50 lantai. Ohhh... pantes aja orang-orang pada semangat nonton dan rekam. Air mancurnya benar-benar bisa meliuk-liuk mengikuti irama lagu Indianya . Hahaha.. Lucu banget.

Burj Lake yang berada di sebelah selatan Burj Khalifa

Dan satu fakta yang ane tau memang, sebagian besar orang yang ane lihat itu di sekitaran Dubai itu memang look-nya seperti orang India. Dan setelah ane baca, memang Dubai itu 80% berisi expat dari India. Orang lokal UEA sendiri malah hanya 10%, sisanya 10% dari negara lain-lain. Pantes aja....

Berpose dengan Burj Khalifa. So grateful for the chance...

Selesai melihat pertunjukkan air mancur, ane masih sempet jalan-jalan di sisi lain Burj Khalifa. Sore itu suasana begitu ramai, banyak orang yang datang khusus untuk berfoto-foto. Suasana panas membuat ane cepet laper, tapi ga berani jajan karena setangkup es krim aja 25 AED atau setara 100ribuan 😁😁. Hemat duit dulu deh...

Suasana ramai di sekitar Burj Khalifa

Suasana ramai di sekitar Burj Khalifa

Another one..

Setelah puas berkeliling, ane masih punya tujuan 1 lagi yaitu Burj Al Arab, yaitu gedung pencakar langit di tepi pantai. Jam sebenarnya sudah cukup sore, dan matahari sudah hampir terbenam. Cuma ane merasa nanggung aja kalau nggak kesana sekalian. Akhirnya berbekal google maps, kita berjalan ke arah jalan raya dan menunggu bis di bus stop yang bentuknya sama sekali tidak meyakinkan karena berada di tepi jalan raya yang ramai banget.

Menunggu dan menunggu, selama kurang lebih 10 menit, kok tidak ada tanda-tanda ada bus yang lewat yaa. Matahari juga menunjukkan tanda-tanda udah mau terbenam. Jalan raya didepan ane didominasi oleh mobil-mobil berkecepatan tinggi. Ane nggak melihat satupun bus yang melintas.

Tempat ane menunggu bus di tepi jalan raya. Tidak ada bus lewat dan hari sudah semakin sore..

Beberapa saat kemudian ane akhirnya menyerah, karena walaupun dapat bus ke arah Burj Al Arab, ane masih harus jalan kaki 1 km lagi. Belum nunggu bus pulangnya yang pasti bakal berasa horror kalau tempatnya sepi dan gelap. Ane akhirnya putuskan jalan pulang saja kembali ke bandara, karena kaki rasanya juga udah semploh banget jalan kaki berkilo-kilometer hari ini. Urat paha sama betis udah sakit semua🥲🥲.

Oh tapi tidak semudah itu ya.. wkwk.. untuk menuju ke stasiun metro terdekat, ane harus jalan kaki +- 2 km kembali. Tapi karena tidak mau lewat bagian dalam Dubai Mall lagi, ane putuskan jalan kaki menyisir jalan raya. Kebetulan keadaan masih ramai dan beberapa orang terlihat berjalan kaki juga jadi ane PD aja. 

Disepanjang jalan ane sempatkan foto-foto juga dengan gedung-gedung modern di Kota Dubai. Memang negara ini sangat fancy sih. Hidup disini bakal enak banget kalau punya banyak duit hehehe...Apalagi disini tidak ada Pajak Penghasilan Pribadi.


Ane sempet harus berhenti beberapa kali karena urat kaki rasanya bener-bener kayak mau putus. Berjalan kurang lebih 45 menit, sampailah kita di Stasiun Metro. Akhirnyaaa... Kami mengambil metro red line dan segera kembali ke Bandara.




Perjalanan ke bandara ditempuh selama kurang lebih 20 menit. Malam itu ane sempat mandi dan bersih-bersih untuk persiapan penerbangan Dubai - KL. Dan karena bener-bener kecapekan, ane tidur sangat enak di 6 jam penerbangan Dubai - KL. Hanya bangun pas makan.  Hihi.. thank you Dubai City untuk pengalamannya. Semoga nanti bisa transit disini lagi untuk eksplor tempat lainnya.