Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

12.06.2024

Magelang, 19 Agustus 2024 : Mengunjungi Wihara Mendut

19 Agustus 2024
Hari ketiga di Magelang.. Syukurlah meskipun semalam tidur ane agak telat karena terganggu suara sanyo air di penginapan, ane tetap bisa deep sleep beberapa jam. Pagi itu setelah bersih-bersih dan check out, kami langsung otw untuk cari sarapan. Rencana hari ini adalah kita akan mengunjungi Wihara Mendut dan kemudian menuju ke arah Jogja. Kita rencana akan stay di Jogja 2 malam untuk fokus menyelesaikan deadline kerjaan. 

Pas perjalanan ke tempat makan, ane merasa ada yang aneh dengan mobil ane, Si Kia Rio. Pas jalan di jalan halus, ban kanan depan kembali bunyi 'gluk gluk gluk'. Tapi suara itu akan hilang saat ane tambah kecepatan. Waduhhhh... Masalah lama nih. Apa lagi kalau bukan kaki-kakinya kena lagi😅😅😅.

Ane akhirnya berhenti di warung makan dan makan dengan agak risau karena keadaan Si Kia Rio ini. Segera aja ane telfon beberapa bengkel kaki-kaki dan ane disuruh ke bengkel aja dulu untuk dicek. Dari situ sebenarnya ane udah ga mood mau ke Wihara Mendut lagi, soalnya pengennya segera perbaiki masalah di mobil dulu. Tapi eh ternyata, setelah cek google maps lokasi kita makan ini udah deket banget sama Wihara Mendut. Akhirnya selesai makan ane arahkan Si Kia Rio dulu untuk mampir. Ane sendiri penasaran banget dengan wihara ini karena merupakan tempat tinggal Bhante Pannavaro, salah satu pengajar dhamma yang paling ane senang dengarin karena kebijaksanaannya. Bhante Pannavaro juga-lah yang mendirikan Wihara Mendut ini.


Begitu masuk Wihara, kita disambut dengan patung manusia setengah burung yang adalah representasi dari Garuda, makhluk mitologis dalam tradisi Hindu-Buddha. Garuda sering digambarkan sebagai sosok setengah manusia dan setengah burung, dengan tubuh manusia tetapi memiliki sayap, paruh, dan cakar burung. Dalam tradisi Buddha, Garuda adalah salah satu dari Mahoraga, atau makhluk-makhluk surgawi, yang digambarkan sebagai pelindung ajaran Buddha (Dharma). Garuda melambangkan kekuatan, keberanian, dan pengabdian terhadap kebaikan. Ia juga sering dikaitkan dengan simbol kebebasan karena kemampuannya untuk terbang tinggi melintasi langit.

Pada bagian bawah patung, terdapat ukiran tulisan 4 batin luhur, yang meliputi Metta, Karuna, Mudita dan Upekkha. Dalam ajaran Buddha, Empat Batin Luhur (Brahmavihara) adalah kualitas batin utama yang menjadi fondasi kehidupan yang penuh belas kasih dan kebijaksanaan. Keempat kondisi batin luhur ini meliputi:

1. Metta (Cinta Kasih atau Kasih Sayang)

Metta adalah cinta kasih universal, tanpa syarat, yang tulus kepada semua makhluk hidup. Ini bukan cinta yang bersifat posesif atau emosional, tetapi keinginan yang murni agar semua makhluk berbahagia.

  • Penerapan: Melatih metta berarti berusaha menciptakan hubungan harmonis dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia sekitar, bahkan dengan mereka yang sulit kita cintai.

2. Karuna (Belas Kasih)

Karuna adalah rasa iba dan kepedulian terhadap penderitaan makhluk lain, disertai keinginan untuk membantu meringankan penderitaan tersebut.

  • Penerapan: Karuna mengajarkan empati dan tindakan nyata untuk membantu sesama. Ini melibatkan sikap tidak hanya melihat penderitaan, tetapi juga berusaha untuk menjadi solusi bagi orang lain.

3. Mudita (Simpati atau Sukacita Empatik)

Mudita adalah kegembiraan yang tulus atas kebahagiaan dan keberhasilan orang lain, tanpa rasa iri hati atau cemburu.

  • Penerapan: Melatih mudita berarti bersukacita atas pencapaian orang lain, merasa bahwa kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan kita juga.

4. Upekkha (Keseimbangan Batin atau Ketenangan)

Upekkha adalah sikap batin yang seimbang, tidak terombang-ambing oleh suka dan duka, pujian dan celaan. Ini bukan berarti tidak peduli, tetapi tetap tenang dalam menghadapi dualitas kehidupan.

  • Penerapan: Melatih upekkha berarti menerima apa adanya, tanpa melekat pada kesenangan atau menolak penderitaan, sambil tetap menjalankan tanggung jawab dengan bijaksana.
Berjalan ke belakang lagi, kita menemukan kereta berwarna emas yang terdapat kumpulan kitab suci Tipitaka di dalamnya. Kereta ini biasanya digunakan dalam prosesi perayaan Waisak untuk membawa Kitab Suci Tipitaka, yang berisi ajaran-ajaran Buddha, menuju altar utama dalam ritual. Keberadaan kereta ini melambangkan penghormatan yang mendalam terhadap ajaran Buddha serta keagungan tradisi keagamaan. 



Selesai memutari seluruh bagian wihara, kita putusin langsung melangkah ke destinasi selanjutnya, bengkel mobil. Sebelumnya diluar ane sempet beli patung Buddha Gautama dari batu untuk ane pasang di kamar.

Bengkel mobil yang ane kunjungin adalah bengkel mobil kaki-kaki. Dan setelah mengemukakan keluhan dan dilakukan 'test drive', montirnya bilang kalau kaki-kaki mobil ane kembali bermasalah yaitu shock breaker belakang kanan udah lemah. Jadi itulah yang menyebabkan bunyi-bunyi. Selain itu juga rack steer agak kocak jadi perlu diservis. Namun setelah ane tanya, katanya servisnya butuh setengah hari sendiri. Pas ane tanya apakah ini 'urgent' banget, bapaknya bilang ii ga urgent dan bisa dilakukan nanti. Alih-alih, dia menyarankan dibawa ke bengkel yang lebih besar untuk dilakukan spooring balancing dan ban mobil kanan belakang diputar saja.

Masalah mobil kelar, dan suara "kruk kruk" dari ban depan sudah hilang, ane langsung arahkan mobil ke arah Kota Jogja. Karena hari masih sore ane rencana mau ke Cafe dulu untuk kerja. Browsing sejenak, mencari cafe yang bisa duduk berlama-lama, akhirnya ane menemukan tempat ini. Namanya "Internet Learning Cafe". 

Ane selesai kerja sekitar jam 8 malam dan langsung mengarahkan Si Kia Rio menuju penginapan yang udah ane booking di Bantul. Perjalanan dari Kota Jogja ke Bantul kami tempuh selama kurang lebih 40 menit ditemani lagu-lagu NDX. Kami juga sempat mampir lalapan untuk makan malam dahulu karena perut udah keroncongan.

Homestay kami berada di dalam area pemukiman yang damai dan tenang di Bantul. Pemiliknya seorang ibu yang sangat ramah. Segera setelah mendapatkan kamar, ane bersih-bersih dan langsung ketiduran. Zzzz...zzzz... 

0 comments:

Posting Komentar