Aku dan Mbak Piksan didepan patung Ratu Victoria di Victoria Memorial, Kolkata, India
Perjalanan kami berlanjut. Setelah seharian kemarin melakukan ziarah ke tempat-tempat dimana Buddha Gautama mencapai pencerahan, pagi ini kita -Aku, Mbak Piksan dan Sony- akan naik kereta ke kota terakhir sebelum pulang ke Indonesia, yaitu Kolkata. Jarak 500 km membentang antara kedua kota itu, dan seperti beberapa perjalanan sebelumnya, tempat dudukku di gerbong ekonomi, sementara Mbak Piksan dan Sony di gerbong kelas 1😁. Yaa maklum saat itu aku masih mahasiswa, mereka berdua udah kerja hehehe😁...Setelah sarapan kami diantarkan si empunya penginapan dengan mobil ke Bodhgaya Railway Station.
Perjalanan berlangsung +- 10 jam, dan sialnya aku ga kepikiran bawa bekal makanan, hanya air. Jadilah pagi sampai sore itu aku menahan lapar di gerbong kereta. Kerjaanku hanya tiduran di gerbong sleeper yang sebenarnya cukup nyaman. Akhirnya kami sampai di Kolkata Railway Station sekitar pukul 6 sore, dan disitulah aku cerita Mbak Piksan kalau aku belum makan apa-apa sejak sarapan tadi pagi karena ga berani beli makanan yang diedarkan di gerbong ekonomi. Mbak Piksan cerita kalau dia sempat beli makanan di kereta, dan segera memberiku sebatang coklat Silver Queen untuk memberiku tenaga sementara.
Di depan stasiun, kami ditawari supir autorickshaw untuk ke penginapan yang dia tau. Karena sudah cukup lelah kami iyakan aja, kami hanya minta 1 syarat, harus ber-AC. Karena suhu udara saat bulan September itu di Kolkata, oh ya ampun. Panasnyaaaa membara.. peluh tak henti-hentinya mengalir dari kepala kami. Membayangkan menghabiskan beberapa waktu terakhir di India dengan tidur di kamar luas dan ber-AC. Ahh.. nikmatnya!
Supir autorickshaw menyanggupi dan kemudian membawa kami ke hotel pertama. Hotelnya cukup bagus, bersih, ber-AC dan ber-kamar mandi dalam dengan tarif Rs 1000/malam. Kami tidak langsung OK-kan, tapi ditunjuki hotel kedua yang tidak jauh disitu untuk perbandingan. Sampai di hotel kedua kami diajak naik tangga sempit sebelum akhirnya kamar dibuka, tapi oh ya ampunnnn... Kamarnya buluk, kasur tenggelam,kotornya minta ampun dan debu dimana-mana. Kami ilfeel seketika dan segera mengajak supir autorickshaw balik ke hotel pertama aja.
Sampai hotel aku tidur sekamar dengan Mbak Piksan, sementara Sony sendiri di kamar yang lain. Kita bersih-bersih dilanjut makan malam dan istirahat untuk persiapan jelajah Kota Kolkata esok hari.
Esoknya...
Di trip India kali ini, akulah pencetus idenya, jadi akulah yang awalnya menentukan kota-kota yang dikunjungi. Namun untuk detail wisata apa saja yang dikunjungi tiap kota, Mbak Piksan-lah jagonya. Hampir setiap kota dialah yang menentukan destinasi a,b,c,d,e yang dikunjungi; dan aku sama Sony fine with that karena hampir semua tempat itu merupakan destinasi utama di kota itu dan kami sangat percaya sama Mbak Piksan.
Hari ini target kami adalah mengelilingi Kota Kolkata, dengan target area yang dikunjungi berupa eksplor Suddar Street, Indian Museum, Rumah Bunda Theresia, Victoria Memorial dan nyoba naik tram keliling kota. Wow... Cukup padat juga ya, semoga kaki ini masih kuat😁.
Eksplore Suddar Street
Selesai sarapan, kami mulai berjalan kaki menembus kepadatan Suddar Street, yaitu salah satu kawasan yang terkenal di Kolkata, India, terutama di kalangan backpacker dan wisatawan karena beberapa titik wisata berkumpul disini, seperti Indian Museum dan Victoria Memorial. Sesaat setelah keluar berjalan, ane sadar Kolkata ini ternyata kota besar yang cukup ramai dimana suasananya benar-benar khas kota besar India, seperti halnya New Delhi. Jalanannya sempit tapi selalu ramai, dengan kendaraan lalu-lalang tanpa henti, dari becak sampai taksi tua yang terus-menerus membunyikan klakson. Di sepanjang jalan, ada banyak bangunan tua bercat pudar yang terlihat sudah lama, tapi punya pesona tersendiri. Warung makan lokal dan hotel-hotel kecil berjejer di kiri-kanan, dan bau masakan jalanan khas India langsung menyergap begitu kami berjalan.
Rasanya agak kacau tapi menarik. Orang-orang di jalanan berjalan cepat, berbincang, atau sibuk dengan aktivitas mereka. Meski jalanannya sedikit berantakan dengan tumpukan sampah di beberapa sudut, suasana hiruk-pikuk ini bikin tempatnya terasa hidup. Ada momen di mana aku merasa overwhelmed karena keramaian dan suara klakson yang nyaring, tapi di sisi lain, aku juga menikmati kekacauan itu. Toh kami sisa 2 hari lagi disini, jadi nikmati saja setiap momennya😁. Aku sendiri yakin dengan ketahanan ane menyelesaikan trip India selama 2 minggu ini akan menjadi salah satu perjalanan paling memorable😁😁.
Kunjungan pertama : Indian Museum
Kunjungan pertama kami adalah ke Indian Museum. Museum ini merupakan yang tertua di India, didirikan pada tahun 1814, dan punya koleksi yang sangat beragam, mulai dari arkeologi, seni, antropologi, hingga geologi. Saat masuk, terlihat bangunan kolonial yang megah dengan halaman luas. Tiket masuknya cukup terjangkau, jadi kami langsung beli dan mulai eksplor.
Di dalam, banyak banget yang bisa dilihat. Di bagian arkeologi, kami menemukan patung-patung Buddha kuno, termasuk yang berusia ribuan tahun. Ada juga mumi Mesir, yang cukup menarik karena jarang ditemui di museum di luar Mesir. Selain itu, bagian sejarah alam punya berbagai fosil dan kerangka dinosaurus yang cukup mengesankan.
Tapi jujur, keliling museum itu cukup melelahkan. Tempatnya luas, dan ada banyak ruangan yang perlu dijelajahi. Kami berjalan dari satu galeri ke galeri lainnya, kadang harus bolak-balik karena takut ada yang terlewat. Kaki rasanya mulai pegal setelah beberapa jam, tapi karena banyak hal menarik, rasanya sayang kalau nggak dijelajahi semua. Mbak Piksan dan Sony juga terlihat cukup capek, tapi masih semangat buat lihat koleksi lainnya.
Selesai keliling, kami duduk sebentar di halaman museum buat istirahat untuk persiapan eksplor tempat kedua, Rumah Bunda Teresa yang dikenal sebagai pusat kasih sayang dan pengabdian yang luar biasa. Kami kesana naik taksi kuning khas Kolkata, dan langsung disambut dengan bangunan sederhana berwarna abu-abu terang dengan banyak jendela. Rumah ini, yang dikenal sebagai Mother House, adalah tempat di mana Bunda Teresa menghabiskan sebagian besar hidupnya dan menjadi markas bagi Misionaris Cinta Kasih.
Saat tiba di depan gedung sederhana ini, kami disambut dengan suasana tenang meski ramai dengan pengunjung dari berbagai belahan dunia. Dari luar, bangunan ini tidak terlihat megah, namun ada sesuatu yang menenangkan dari kesederhanaannya. Kami masuk ke dalam dan merasakan aura kedamaian yang mengelilingi tempat ini. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan foto-foto Bunda Teresa bersama anak-anak dan orang-orang yang ia bantu sepanjang hidupnya.
Kami mengikuti jalur yang ditentukan dan menuju ke ruangan yang berisi memorabilia Bunda Teresa. Di sana kami terpesona saat melihat barang-barang pribadi milik Bunda Teresa, seperti pakaian yang dikenakannya dan surat-surat yang ia tulis. Ada sesuatu yang sangat menggugah hati saat melihat betapa sederhana dan tulusnya hidup yang dijalani oleh sosok yang begitu terkenal ini.
Setelah itu, kami memasuki kapel kecil di dalam rumah. Suasana di dalam kapel begitu hening, dengan cahaya lembut yang masuk melalui jendela kaca patri. Kami bertiga duduk sejenak, merenungkan semua yang telah kami lihat dan rasakan.
Sebagai penutup kunjungan, kami melangkah ke taman kecil di halaman belakang Rumah Bunda Teresa. Kami duduk di bangku, merenungkan pengalaman kami hari itu. Kami merasakan betapa kunjungan ini bukan hanya sekadar melihat-lihat, tetapi juga menyentuh jiwa kami tentang kesederhanaan dan cinta kasih dari Bunda Teresa.
Kunjungan ke Rumah Bunda Teresa di Kolkata menjadi salah satu pengalaman yang tak terlupakan bagi kami bertiga. Tempat ini mengajarkan kami arti dari pengabdian, cinta tanpa syarat, dan bagaimana tindakan kecil dapat membuat perbedaan besar dalam hidup orang lain. Kami meninggalkan tempat ini dengan hati yang penuh dan semangat baru untuk berbuat baik.
Selesai mengunjungi Rumah Bunda Teresa, kami melangkah keluar disambut oleh realita kembali, riuhnya Kota Kolkata! Tapi salah satu hal yang menarik perhatian kami selama disana adalah adanya transportasi umum berupa tram yang terlihat berjalan membelah jalanan Kota Kolkata. Tram-tram tua itu masih berjalan pelan di sepanjang jalanan kota yang ramai, dan di sekelilingnya, klakson mobil dan becak terus berbunyi. Itu membuat kami ingin mencoba setidaknya sekali naik tram tersebut. Setelah mempelajari caranya dan membeli tiket, kami akhirnya berhasil masuk di salah satu tram.
Di dalam tram, suasananya jauh lebih tenang meskipun di luar kekacauan terus berlanjut. Aku bisa melihat ke luar jendela dan mengamati kota yang sibuk; kendaraan meliuk-liuk di antara satu sama lain, sementara kami bergerak perlahan melewati hiruk-pikuk itu. Tram yang kami naiki adalah bagian dari sistem transportasi tram tertua di Asia, yang pertama kali beroperasi pada tahun 1873. Meski sudah lama beroperasi, tram ini masih menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari di Kolkata, meskipun perlahan-lahan tergeser oleh kendaraan yang lebih modern.
Melalui pengalaman ini, aku bisa merasakan sisi lain dari Kolkata—di satu sisi penuh sejarah dan nostalgia, namun di sisi lain penuh energi dengan jalanan yang terus bergemuruh. Naik tram di Kolkata memberikan jeda sejenak dari kekacauan jalanan, dan membawaku menyaksikan kontras yang unik antara masa lalu dan masa kini.
Sesaat setelahnya, kami turun di stasiun dekat Victoria Memorial. Sebagai salah satu bangunan paling ikonik di India, Victoria Memorial tentu saja dimasukkan oleh Mbak Piksan dalam daftar tempat yang ingin kami kunjungi.
Victoria Memorial di Kolkata, India, sendiri dibangun antara tahun 1906 dan 1921 untuk mengenang Ratu Victoria setelah kematiannya pada tahun 1901. Monumen ini dirancang oleh arsitek William Emerson, menggabungkan gaya arsitektur Indo-Saracenic yang memadukan elemen Mughal dan Eropa. Dikelilingi oleh taman yang luas, bangunan marmer putih ini menampilkan patung-patung dan galeri yang mengabadikan sejarah kolonial Inggris di India. Victoria Memorial kini berfungsi sebagai museum yang menyimpan koleksi seni, artefak, dan dokumen penting dari era kolonial, menjadikannya salah satu ikon budaya dan wisata utama di Kolkata.
Sesampainya di sana, aku terpesona oleh kemegahan gedung putih yang berdiri anggun di tengah-tengah taman yang luas. Kubah besar di tengah bangunan dan patung-patung marmer di sekitarnya membuat tempat ini terasa penuh sejarah. Kami berjalan melewati gerbang utama dan langsung disambut oleh pemandangan indah dari jalur-jalur taman yang rapi, dihiasi dengan air mancur yang memantulkan cahaya matahari pagi. Mbak Piksan yang memang jago fotografi terlihat memotret setiap sudut gedung dengan kameranya.
Kami memutuskan untuk masuk ke dalam museum yang berada di dalam gedung utama. Saat kami melangkah masuk, interiornya sama megahnya dengan bagian luarnya. Lorong-lorong yang dipenuhi dengan lukisan, patung, dan artefak sejarah Inggris di India membuat suasana semakin terasa agung. Kami bertiga berjalan dari satu galeri ke galeri lainnya, menyimak cerita-cerita yang ditampilkan dalam koleksi Victoria Memorial. Ane berjalan sambil mengamati patung-patung marmer yang menghiasi lorong utama, terutama patung Ratu Victoria yang berdiri tegak dengan penuh wibawa.
Setelah puas mengelilingi museum, kami keluar untuk menikmati taman yang mengelilingi Victoria Memorial. Suasana di luar jauh lebih santai. Kami duduk di tepi salah satu kolam kecil, menikmati angin sepoi-sepoi dan memandang bangunan megah yang mencerminkan kejayaan kolonial di masa lalu. Di sekitar kami, keluarga dan pasangan berjalan santai, beberapa mengambil foto, sementara yang lain duduk di atas rumput, menikmati pemandangan.
Tempat ini, meskipun dibangun sebagai simbol kekuasaan Inggris, kini menjadi ruang publik yang indah, penuh kedamaian, dan terbuka bagi semua orang.
Hari telah beranjak sore setelah kami beristirahat sejenak dan bersantai di sekitar kolam. Akhirnyaaa.... Selesailah petualangan kami menjelajah India selama 14 hari 13 malam ini. Huahh ane sedikit terharu 🥲🥲. Ini benar-benar kunjungan yang sangat berarti bagiku, karena inilah pertama kalinya aku traveling jauh, merasakan budaya yang benar-benar berbeda dari yang kurasakan di Indonesia. Shock culture berkali-kali mulai dari pas landing, sepanjang perjalanan, bahkan masih sampai hari terakhir. Wkwkwk... Ane juga berterimakasih banget khususnya sama Mbak Piksan yang udah menjadi sosok kakak dan panutan senior backpacker selama 14 hari ini. Besok adalah jadwal kepulangan kami ke KL, dan selanjutnya ke kota masing-masing. Kami berjalan keluar gerbang Victoria Memorial dengan langkah kaki ringan, menyetop taksi kuning untuk kembali ke penginapan😊.
0 comments:
Posting Komentar