10.05.2024

Muscat, 17 April 2024 : Assalamualaikum Oman!

"Ladies and gentlemen, welcome to Muscat International Airport. The local time is 6:20 AM. For your safety and comfort, please remain seated with your seatbelt fastened until the aircraft has come to a complete stop and the seatbelt sign has been switched off. Please be cautious when opening the overhead compartments, as items may have shifted during the flight. On behalf of Oman Air and the entire crew, we’d like to thank you bla bla bla."

Suara merdu pramugari Oman Air membangunkan ane dari tidur yang tidak benar-benar nyenyak selama 6 jam penerbangan Moscow - Muscat. Ane melongok keluar jendela pesawat, semburat matahari telah menerangi Kota Muscat. Oman... Ane tersenyum bersyukur dalam hati. Satu negara baru lagi yang akan memberikan cerita baru lagi di hidup ane. Namun ada salah satu hal yang bikin ane kepikiran, penumpang di penerbangan Moscow - Muscat ini dikit banget, banyak banget kursi kosong. Ane langsung mikir mereka pasti rugi mengoperasikan penerbangan ini. Beda banget dengan penerbangan Guangzhou - Moscow kemarin oleh China Southern Airline, hampir semua kursi penuh terisi.

Kondisi penerbangan Oman Air rute Moscow - Muscat. Banyak kursi kosong.

Makan berat yang ane dapat dari penerbangan Moscow - Muscat. Nasi ayam.

Perasaan ane hari ini, lelah sekaligus semangat. Lelah karena hampir semalaman penerbangan ane nggak benar-benar bisa deep sleep (cuma tidur ayam), jadi rasanya dari mata, kepala dan badan benar-benar berat; semangat karena ane mempunyai waktu hampir 12 jam sampai jam 6 sore untuk eksplor Kota Muscat. Waduh mau pilih yang mana nih? Masuk zona transit aja terus tidur sambil menunggu penerbangan selanjutnya (Muscat - Kuala Lumpur) di jam 9 malam; atau gas aja, bersih-bersih badan, keluar imigrasi, keluar eksplor Kota Muscat?? Kek istilahnya mau capek, capek sekalian lah... Kalau mau tidur nanti aja di penerbangan Muscat - KL... 

Gimana ya.. ane berjalan masuk Bandara sambil berpikir sejenak.

Karena hari masih pagi dan travelmate ane juga kelihatan masih lemes, kita memutuskan tiduran dulu di sofa-sofa area kedatangan. Saat itu suasana cukup sepi dan hanya ada seorang wanita yang juga sedang tidur. Kita mencari posisi masing-masing dan merebahkan badan sebentar mencoba tidur. Paling nggak deep sleeep selama 2-3 jam okelah sebelum kita keluar untuk eksplor.

Eh boro-boro mau deep sleep, baru setengah jam ane mencoba fokus tidur, tiba-tiba datang segerombolan emak-emak, bapak-bapak dan orang muda, yang dari bahasanya sepertinya orang Korea. Mereka datang dan langsung duduk memenuhi dan mengelilingi kursi sofa tempat kami tiduran, dan mengobrol tanpa henti dengan intonasi cepat dan agak berteriak. 

"Hadehh berisik banget" Kata ane dalam hati.

Mereka sebenarnya tidak menunjukkan gestur menyebalkan atau gimana, karena pas nggak sengaja ane kebangun dan menoleh ke belakang, mereka ngasi kode lanjutkan saja tidurnya. Namun karena ane juga udah ga nyaman, ane putuskan geser dari area tersebut dan pindah ke sofa yang lebih sepi. Tapi ane merasa kayaknya udah gak bakalan bisa deep sleep karena tempat ane duduk sekarang itu area kedatangan yang banyak orang berdatangan. Ane putuskan langsung aja ke toilet cuci muka dan sikat gigi supaya agak segeran.

'Okelah.. aku akan masuk Oman sejenak dan menjelajah negara ini. Kapan lagi kan?' ane berusaha mengabaikan rasa letih karena kurang tidur ini dan mencari semangat melihat kota baru di negara baru.

Pindah kesini tapi sudah pesimis bisa tidur..

Selesai bersih-bersih, kita langsung menuju area imigrasi untuk masuk ke negara ini. Kalau yang ane baca-baca di grup sih, katanya imigrasi Oman ini salah satu yang paling baik dan ramah. Jujur, ane masih gugup juga kebayang sama imigrasi Rusia yang kaku dan detil banget. Ane maju perlahan dan menyerahkan paspor ane,

"Indonesia? Welcome to Oman," kata petugas imigrasi, seorang bapak berkumiss sembari tersenyum dan menyerahkan paspor kembali ke ane. WNI memang mendapatkan fasilitas bebas visa selama 14 hari di Oman (April 2024). Info detail terkait hal ini bisa dilihat di website Kementerian Luar Negeri.

'Lah... Udah? Gini doang? Ga ditanya mau ngapain, kemana aja? Ga dicurigai? Ga diliat dari atas ke bawah? wkwkwk' kata ane dalam hati. Ya ampun... Bagaikan langit dan bumi setelah dari Rusia ke Oman๐Ÿ˜๐Ÿ˜.

Ane masuk dengan hati ringan dan bahagia, sepertinya bakal suka dengan negara ini, yang terkenal dengan keramahannya. Bahkan Nabi Muhammad pernah berkata seperti ini tentang orang Oman,


Setelahnya, fokus ane di bandara langsung menuju 3 hal. Satu mempunyai mata uang setempat (Rial Oman), dua mempunyai kartu internet sebagai panduan eksplor kota menggunakan google maps, tiga menitipkan tas laptop yang berat ini di penitipan tas/bag storage di bandara. Ada beberapa money changer di area kedatangan Bandara Internasional Muscat, dan setelah membandingkan sejenak dengan browsing-browsing nilai tukarnya, ane nemu yang pas. Karena ane masih mempunyai sisa US Dollar dari trip Russia maka ane langsung saja menukarkannya di money changer dengan nominal kalau dirupiahkan sekitar 1 juta rupiah. Disinilah ane baru tau kalau oman rial itu nilai tukarnya tinggi banget, yaitu Rp 42.225/rial (April 2024). Busettttt๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ. Jadilah dari money changer ane cuma bawa sekitar 24 rial oman. Ane gatau, semoga cukup toh ane cuma beberapa jam disini. 
Kenampakan 1 Rial Oman atau setara Rp 42.225 (April 2024)

Kenampakan 1 Baisa (1/10-nya 1 rial) atau setara Rp 4.225 (April 2024)

Kelar masalah perduitan yang membuat ane cukup ternganga ini, ane segera fokus mencari konter yang menjual simcard. Salah seorang member di grup backpacker pernah share kalau ada yang jual paket internet Ooredoo  2 gb seharga 2 rial, dimana konternya ada di lantai bawah bandara sebelum pintu keluar. Ane turun ke lantai bawah dan dengan mudah menjumpai konter tersebut. Kuota dan harganya persis yaitu 2 rial, dan penjaganya dengan sigap membantu memasang dan meregistrasikan kartunya. Oke masalah simcard selesai.

Selanjutnya, ane harus nitipin tas laptop ke penitipan tas/luggage storage di bandara. Setelah browsing sejenak, ada luggage storage bernama 'SEAL & GO' dengan tarif untuk tas ransel yaitu 3 rial oman/tas/12 jam di lantai atas. Segera kami menuju kesana dengan percaya diri.


Penitipan tas/Luggage Storage di Bandara Internasional Muscat dengan tarifnya (April 2024)

Sampai sana ehh...ternyata jika tas tersebut ada laptopnya, itu tarifnya berubah menjadi 6 rial oman/12 jam. Dan itu udah yang paling murah. Alamakkkk..... Bener-bener galau parah ni ane.. Hampir 250rb rupiah untuk nitip tas ransel sebentar aja. Huhuhu.. menangis sebenarnya membayangkan tarifnya. Tapi yaudahlah... Setelah semua urusan di bandara kelar, ane segera turun lagi ke lantai dasar. Rencana kita akan naik Bus A1 untuk menuju ke tujuan pertama hari ini, Masjid Agung Sultan Qaboos. Menurut google maps sih jaraknya 13 km dan ditempuh dengan waktu +- 1 jam menggunakan bus umum.

Tidak sulit bagi kami untuk menemukan Bus A1 berwarna merah di lantai dasar area kedatangan bandara. Busnya terlihat bersih dan modern. Sistem bayarnya adalah bayar cash langsung ke supir dengan tarif 500 baisa (1/2 rial per-orang). Tarifnya beda-beda ya tergantung tujuan akhir kita. Tempat duduk untuk wanita dan pria juga dipisah, untuk wanita dapat tempat duduk bagian depan bus, sementara pria di bagian belakang bus. Supirnya seorang pria tua yang cukup ramah dan lancar bahasa inggris. Sewaktu ane mengatakan mau ke Masjid Agung Sultan Qaboos, dia menjawab oke-oke dengan ceria dan semangat. Memang ramah banget orang-orang di Oman ini.

Bus A1 rute Bandara Internasional Muscat ke Stasiun Bus Al Mabeelah 
(sumber gambar : disini)

Begitu bus mulai bergerak, pemandangan luar mulai menunjukkan lanskap kota Muscat yang khas. Jalanan di sekitarnya terlihat lebar, bersih, dan dipenuhi dengan mobil-mobil berukuran besar, kebanyakan SUV dan sedan. Jalan-jalan utama ditata dengan sangat rapi, dengan aspal mulus dan garis-garis lalu lintas yang jelas. Pepohonan palem berjajar di sepanjang trotoar, memberikan kesan sejuk meski cuaca panas. Gedung-gedung modern berdiri di kejauhan, memberikan kontras dengan perbukitan batu yang mengelilingi kota.
Pemandangan Kota Muscat dari dalam bus..

Kota Muscat dikelilingi oleh perbukitan batu berwarna coklat..

Dalam perjalanan, bus melewati beberapa flyover dan underpass. Meskipun jalanan terlihat ramai dengan kendaraan, tidak ada kemacetan yang berarti. Semua tampak tertib, dengan para pengemdi yang sepertinya sangat memperhatikan aturan lalu lintas. Dari dalam bus, ane bisa merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari di Muscat yang seimbang antara kesibukan modern dan ketenangan gurun di kejauhan.

Ketika bus mulai mendekati Masjid Agung Sultan Qaboos, arsitektur bangunan megah itu mulai terlihat. Kubah masjid yang besar dan menara-menara tinggi muncul dari kejauhan, menghadap langsung ke jalan utama. Masjid ini sungguh mendominasi pemandangan dengan gaya arsitektur Islami yang memukau, dikelilingi oleh taman-taman hijau yang luas dan indah. Halte pemberhentian terdekat dengan Masjid adalah Al Azaiba - South, dimana dari sini kami masih harus berjalan kaki +- 1,4 km sampai ke pintu masuk masjid. Ahh masih jauh ya...

Cuaca yang sangat terik dan badan yang letih karena kurang tidur mengurungkan niat kami untuk jalan kaki. 1,4 kilometer itu sangat jauhhh... Cuaca dingin aja jauh, apalagi cuaca panas๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…. Sebelum kesini, ane udah browsing pilihan-pilihan transportasi, dan selain bus kota, ada taxi online yaitu Otaxi. Sistem Otaxi ini mirip grab, namun dia menawarkan fixed rate artinya tarif udah tetap 1 rial untuk jarak tertentu dan floating rate, artinya tarifnya bakal disesuaikan dengan jarak. Karena ane takut floating rate bakal lebih mahal, ane selalu memilih fixed rate

Menunggu sebentar, akhirnya ada Otaxi yang bersedia mengantarkan kita ke Masjid Raya Sultan Qaboos. Supirnya seorang pria yang bahasa inggrisnya cukup lancar, dan menjelaskan dengan singkat tentang bagian-bagian masjid ini. Dia bilang masjid ini ada 2 bagian besar yaitu masjid kecil di depan, dan masjid utama/yang lebih besar di belakang. Kemudian untuk pengunjung perempuan wajib mengenakan baju muslimah/baju dan celana panjang, serta menggunakan penutup kepala/hijab. Dia menurunkan kami tepat di pintu masuk masjid terbesar di Oman ini dan kami membayar serta mengucapkan terimakasih.

Masjid Raya Sultan Qaboos ini merupakan masjid terbesar di Oman dan merupakan salah satu landmark yang paling ikonik di Muscat. Masjid ini dibangun sebagai perwujudan visi Sultan Qaboos bin Said al Said untuk memberikan tempat ibadah yang megah dan bisa digunakan oleh umat Muslim di Oman. Pembangunan masjid dimulai pada tahun 1995.

Begitu kami disambut oleh taman di bagian depan masjid dengan background arsitektur yang megah. Taman yang luas ini dipenuhi dengan tanaman hijau dan bunga berwarna-warni yang berkontras dengan cuaca panas yang menyengat. Meskipun matahari bersinar terik, suasana di sekitar taman terasa menenangkan.

Taman di bagian depan masjid

Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Di sepanjang jalan, banyak pengunjung lain yang juga menikmati keindahan taman. Taman ini menjadi semacam oasis di tengah cuaca panas yang menyengat.

Setelah menjelajahi taman, kami melanjutkan perjalanan menuju masjid kecil di bagian depan yang ternyata merupakan Women Chapel/tempat jemaat perempuan. Ruangan itu dihiasi dengan indah, dengan detail arsitektur yang memukau dan nuansa yang menenangkan. Suasana di dalam chapel terasa sejuk, seolah-olah memberikan perlindungan dari panasnya cuaca di luar. Kami duduk sejenak, menikmati ketenangan dan keindahan interior yang bercahaya lembut.  Kami sama-sama sepakat bahwa suasana di dalam chapel membuat kami merasa lebih rileks.

Women chapel/masjid kecil setelah taman dengan ukiran di pintu kayu, di jendela lengkung dan lampu gantung yang cantik

Setelah itu, kami berjalan menuju masjid besar/masjid utama di belakang melewati lorong bagian samping masjid. Disini kami menjumpai lampu-lampu menggantung yang memberikan nuansa yang indah dan menambah keanggunan arsitektur masjid. Desain lampu-lampu tersebut terlihat mencerminkan gaya tradisional, dengan sentuhan modern yang harmonis sehingga terlihat menarik. Berfoto tentunya menjadi menu wajib disini untuk mengabadikan momen hehe..

Lampu-lampu dengan gaya tradisional menggantung di sepanjang lorong samping masjid

Lorong bagian samping Masjid Raya Sultan Qaboos dengan ornamen lampu gantung gaya tradisional

Menara Masjid Raya Sultan Qaboos setinggi 90 meter. Total ada 5 menara yang mengelilingi masjid. Seluruh lantai dan dinding masjid terbuat dari marmer kualitas tinggi.

Begitu memasuki area masjid, ane terpesona oleh kemegahan dan keindahan arsitektur yang ada di depan ane. Masjid Sultan Qaboos adalah salah satu masjid terbesar di dunia, dan saat ane berdiri di depannya, ane merasa sangat kecil. Dengan kubah besar yang menjulang tinggi dan detail ornamen yang rumit, masjid ini benar-benar menakjubkan.

Interior Masjid Sultan Qaboos yang dipenuhi marmer, ukiran floral dan geometris, serta lampu gantung (chandelier) yang megah 

Ane melangkah masuk ke dalam masjid dan langsung merasakan suasana yang berbeda. Suhu di dalam masjid jauh lebih sejuk dibandingkan dengan cuaca di luar. Interiornya dipenuhi dengan karpet berukir yang lembut. Selain itu, dinding-dinding di dalam masjid juga dihiasi dengan ukiran yang rumit, menampilkan motif floral dan geometris yang khas dari seni Islam. Pilar-pilar yang mendukung kubah juga dihiasi dengan detail ukiran yang indah, memberikan kesan megah dan elegan.

Ane berjalan perlahan, mengagumi setiap sudut masjid dan mengambil beberapa foto, berusaha mengabadikan momen ini untuk nantinya menjadi tulisan ini.

Pilar bagian dalam Masjid Raya Sultan Qaboos yang terbuat dari marmer dan dihiasi dengan detail yang indah sehingga memberikan kesan elegan dan megah pada interior masjid.

Ukiran floral, geometris, dan kaligrafi Arab 

Selain ukiran, kaligrafi Arab yang menghiasi dinding masjid juga sangat menawan. Banyak tulisan yang mengambil kutipan dari Al-Qur'an, dikelilingi oleh ornamen yang kaya. Ane juga melihat banyak pengunjung lain yang sedang beribadah atau sekadar menikmati keindahan masjid. Ane merasa bersyukur bisa berada di tempat yang begitu indah dan spiritual.

Di dalam masjid terdapat chandelier atau lampu gantung yang megah, dengan desain yang rumit. Lampu-lampu ini menggantung dengan indah, menciptakan suasana yang hangat dan menawan saat cahaya menyinari ukiran di sekelilingnya.

Chandelier atau lampu gantung

Setelah menjelajahi masjid, kami memutuskan untuk duduk sejenak di salah satu area yang tenang, menikmati ketenangan dan keindahan sekeliling kami. Meskipun cuaca panas di luar, pengalaman kami di Masjid Sultan Qaboos membuat kami merasa seolah-olah telah menemukan oasis spiritual di tengah-tengah Muscat. Kami berdua sepakat bahwa kunjungan ini adalah salah satu pengalaman yang tak terlupakan, menyisakan kenangan indah dalam perjalanan kami di Oman.

Struktur melengkung pada bagian luar Masjid Sultan Qaboos merupakan salah satu ciri khas arsitektur Islam

Struktur ini dihasi dengan ukiran kaligrafi dan geometris

Puas berkeliling masjid, kami beranjak ke tujuan selanjutnya, Mutrah Souq. Mutrah Souq sendiri adalah pasar tradisional yang terletak di wilayah Mutrah, merupakan salah satu yang tertua dan paling terkenal di negara tersebut, sehingga menawarkan suasana yang kaya akan budaya dan sejarah. Perjalanan kami dari Masjid Sultan Qaboos menuju Mutrah Souq dengan bis kota memberi kami kesempatan untuk melihat keindahan kota Muscat dari sudut pandang yang berbeda. Begitu bis mulai bergerak, pemandangan di luar jendela segera menarik perhatian kami.

Kota Muscat dikelilingi oleh perbukitan berbatu berwarna coklat yang menjulang tinggi, memberikan latar belakang yang menakjubkan. Warna coklat tanah yang kaya membuat kontras yang indah dengan langit biru cerah di atasnya. Perbukitan ini tampak kokoh dan dramatis, menciptakan kesan seolah kota ini terjaga di tengah-tengah keindahan alam yang megah.

Di sepanjang perjalanan, kami melihat jalanan yang bersih dan teratur, dengan beberapa gedung modern yang berdiri di antara bangunan tradisional. Namun, yang paling mencolok adalah panorama pegunungan yang mengelilingi kami. Beberapa puncak tampak kering dan gersang, sementara yang lain terlihat sedikit hijau, menandakan adanya vegetasi yang tumbuh di tempat-tempat tertentu. 

Setiap kali bis berbelok, kami disuguhkan pemandangan baru yang menakjubkan. Kami berdua terpesona oleh keindahan alam Oman yang seolah bercerita tentang sejarah panjang dan kebudayaan yang kaya. Terik matahari menambah kehangatan suasana, tetapi kami merasa beruntung bisa menikmati pemandangan spektakuler ini.

Saat bis melintas di sepanjang pesisir, kami juga bisa melihat laut biru yang berkilauan. Kombinasi antara laut dan perbukitan berbatu menciptakan suasana yang sangat menawan.

Setelah beberapa waktu, kami tiba di Mutrah Souq. Begitu kami turun dari bis, suasana di sekitar kami langsung terasa hidup. Souq ini terletak di pinggir pantai, dan dari sini kami bisa melihat laut yang berkilauan di bawah sinar matahari. Meskipun panas, angin laut yang sejuk sedikit membantu meredakan rasa panas yang menyengat.

Pemandangan Teluk Oman dari Mutrah Souq dengan background perbukitan berbatu dan bangunan-bangunan lokal berwarna putih

Area pejalan kaki di Mutrah Souq

Kami mulai menjelajahi souq yang penuh warna ini. Deretan kios dan toko menjajakan berbagai barang, mulai dari rempah-rempah, perhiasan, hingga kerajinan tangan khas Oman. Aroma rempah yang menyegarkan memenuhi udara, dan suara penjual yang memanggil pengunjung menambah suasana. 

Berfoto tidak lupa...

Setelah beberapa saat berjalan di bawah terik matahari, ane merasa haus banget. Kami mencari tempat untuk beristirahat dan menemukan sebuah kafe tepi jalan yang mengundang dan memesan minuman dingin yang menyegarkan. Rasanya sangat nikmat, seolah-olah memberikan kami energi baru di tengah panasnya cuaca.

Segarnyaa....

Sambil menikmati es, kami mengamati aktivitas di sekitar. Banyak pengunjung lain yang juga menikmati suasana, dan anak-anak bermain di tepi pantai. Suasana di sekeliling kami begitu hidup dan ceria. Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan eksplorasi kami di Mutrah Souq.

Area 'kota tua' Mutrah Souq di sepanjang tepi Teluk Oman. Bangunan berwarna coklat itu adalah Mutrah Fort, namun kami tidak kesana karena udah ga ada tenaga untuk mendaki lagi.

Setelah menghabiskan beberapa jam menjelajahi souq, kami merasa puas dengan pengalaman hari itu. Mutrah Souq tidak hanya menawarkan barang-barang yang unik, tetapi juga memberi kami kesempatan untuk merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat Oman. Meskipun cuaca sangat panas, kami merasa senang dan bersemangat. Kunjungan kami ke Mutrah Souq adalah salah satu momen yang tak terlupakan dalam perjalanan kami, menambahkan warna dan cerita baru dalam petualangan kami di Muscat.

Setelah dirasa puas menikmati Mutrah Souq dengan angin lautnya yang menyejukkan, kami memutuskan kembali ke bandara. Kami menunggu bus A4, dan kemudian oper bus A1. Cukup lama bus A4 muncul, tapi kami menunggunya dengan sabar saja sambil cerita-cerita. 

1 jam kemudian, kami telah sampai kembali di Bandara Internasional Muscat. Setelah exit imigrasi dan masuk gate keberangkatan, kami mencari kursi-kursi santai dan tiduran menunggu jam penerbangan ke Kuala Lumpur. Penerbangan dari Muscat ke Kuala Lumpur berlangsung lancar selama 6 jam penerbangan. Badan yang cukup lelah membuat ane bisa tidur meskipun ga terlalu nyenyak. Nanti akan balas dendam tidur di KL! Batin ane๐Ÿ˜.

Thank you Oman! Kunjungan ke negara ini akan selalu kukenang dengan keramahan imigrasi dan warga-warganya ❤️❤️❤️.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar