Menabung Pengalaman Lewat Traveling
Sampai di usia 32 tahun ini, aku menyadari bahwa banyak sumber dayaku yang sudah kuhabiskan untuk traveling. Kalau dihitung-hitung, mungkin jumlahnya tidak sedikit. Lalu, kenapa aku melakukannya? Mengapa aku memilih untuk menabung pengalaman, dan bukan hal-hal yang lebih kasat mata? Jawabannya sederhana: aku ingin punya cerita. Cerita-cerita yang suatu hari bisa kukenang dan bisa kubagikan, terutama ketika mungkin nanti aku sudah tidak selincah sekarang. Pengalaman-pengalaman inilah yang akan menjadi harta sejatiku.
Setiap perjalanan yang kulakukan selalu memberikan perspektif baru. Ketika berhadapan dengan budaya yang berbeda, bahasa yang tak kumengerti, atau sekadar bertemu orang asing yang akhirnya jadi teman, aku merasa kaya. Kaya akan pengalaman dan pelajaran yang tidak bisa dibeli atau diukur dengan uang. Dari merasakan salju pertama kali di China hingga melihat lanskap Islandia yang seperti surga, semua ini meninggalkan jejak mendalam yang tak terlupakan.
Ada banyak momen dalam perjalananku yang hingga sekarang masih begitu jelas di ingatan. Salah satunya adalah ketika akhirnya aku bisa menginjakkan kaki di Hawaii – tempat yang menjadi impianku sejak belasan tahun lalu. Rasanya seperti pulang ke angan-angan lama yang selama ini hanya berputar di kepalaku. Atau ketika pertama kali melihat Grand Canyon yang luar biasa megahnya, menyadari betapa kecilnya kita dibandingkan alam yang begitu perkasa. Dan tak kalah berkesan, mendengar bahasa Spanyol di Meksiko, dengan nada dan iramanya yang khas, ada sesuatu yang seksi dan memikat di sana.
Ketika melihat kembali pengalaman-pengalaman ini, terutama perjalanan solo ke China, Eropa, Amerika, dan Meksiko, aku merasa bangga. Bangga atas keberanian yang dulu kumiliki, dan yang ternyata lebih kuat dari yang pernah kuperkirakan. Berjalan sendirian di negara asing, meraba-raba jalan di kota yang tak kukenal, dan menghadapi tantangan sendirian di setiap langkah – semua ini adalah hal-hal yang memberiku kepercayaan diri yang besar.
Dan memang itulah yang kupikirkan setiap kali aku bepergian: aku sedang menabung. Menabung sesuatu yang tidak akan pernah hilang. Ketika mungkin nanti tenaga dan kelincahanku sudah mulai menurun, saat tubuh ini tidak lagi mampu menjelajah seperti sekarang, aku ingin punya bekal cerita-cerita ini untuk dikenang. Aku ingin bisa duduk dengan tenang dan membayangkan ulang semua petualangan yang pernah kulalui, seperti membuka album kenangan yang hanya bisa dipahami olehku sendiri.
Untuk itulah aku menuliskan semua pengalaman ini di blog. Aku ingin menyimpannya dalam bentuk tulisan, agar semua cerita ini tetap hidup, tetap abadi. Blog menjadi tempat di mana setiap perjalanan, setiap pengalaman, bisa dikenang kembali kapan saja. Ini adalah warisan untuk diriku sendiri dan, siapa tahu, juga untuk orang lain yang mungkin tertarik membacanya.
Aku tidak tahu kapan aku akan berhenti traveling. Mungkin akan ada saatnya aku lebih menetap dan menikmati hal-hal sederhana di sekitar rumah. Tapi aku juga tahu, saat itu tiba, aku tidak akan pernah merasa rugi telah menghabiskan waktu, uang, dan tenaga untuk petualangan-petualangan yang sudah kulalui. Sebab setiap langkah, setiap tempat, setiap momen adalah harta yang membentuk diriku, memberiku pemahaman lebih luas tentang dunia, dan tentang diriku sendiri.
Jadi, itulah alasanku menabung pengalaman dan menulisnya di blog. Aku ingin punya sesuatu yang bisa kubawa sampai kapan pun, bahkan ketika dunia berubah dan waktu berlalu. Pada akhirnya, pengalaman-pengalaman ini adalah kekayaan yang tidak akan pernah berkurang nilainya. Mereka adalah bagian dari diriku yang tidak akan pernah hilang, tetap abadi dalam setiap kata yang kutuliskan, dan membanggakan keberanian yang dulu telah membawaku ke tempat-tempat jauh di dunia.
0 comments:
Posting Komentar