7.18.2024

[Journey of Sulawesi] PART 1 : Eksplore Bantimurung!

 Bandara Hassanudin, 8 Mei 2014

08.00 WITA

Dengan tiket promo Rp 5000 yang ane dapat dari Air Asia setahun sebelumnya, akhirnya menginjaklah kaki ane buat yang kedua kalinya di Pulau Sulawesi, tepatnya di Bandara Hasanuddin, Kabupaten Maros. Rencananya, kami akan mengelilingi Pulau Sulawesi selama 7 hari ke depan dengan target tempat yang dikunjungi adalah Kabupaten Maros, Kota Makassar, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Gowa.

Karena kami hanya 3 mahasiswa nekad dengan duit pas-pasan dan keinginan mengunjungi tempat  yang begitu banyak, maka tiada cara lain untuk melakukannya selain dengan cara backpacker abis. Niat awal ini langsung diuji saat kami mencari transportasi ke luar bandara yang kabarnya ada free shuttle bus, tapi ternyata sudah tak ada. Alternatif cara untuk keluar bandara adalah berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 km atau naik bus Damri. Akhirnya kami memutuskan naik bus Damri, tapi setelah di dalam dan menanyakan tarifnya (yang ternyata jauh dekat sama-sama Rp 25.000). 

Rugi donk ya, padahal kalau jauh itu bisa sampai Kota Makassar yang berjarak 20 km dari bandara. Inilah ujian awal bagi perjalanan kami, akhirnya dengan muka dikebalin kami keluar dari bus dan berjalan kaki. Hahaha.

Info Update: Shuttle bus gratis dari bandara sampai cabang luar bandara sekarang sudah tidak ada lagi. Jadi alternatif jika ingin hemat adalah jalan kaki sejauh kurang lebih 2 km sampai cabang luar bandara dan naik pete-pete warna biru (angkot) sampai ke tempat tujuan.

Perjuangan harus berjalan kaki ditemani terik matahari Sulawesi ini akhirnya berakhir saat kami sampai di cabang luar bandara. Karena bandara ini sudah terletak di Kabupaten Maros, maka rencananya kami akan langsung melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Untuk menuju salah satu taman nasional Indonesia ini, bisa dilakukan dengan naik pete-pete warna biru dari cabang luar bandara sampai Pasar Maros (Rp 6000) dilanjut pete-pete dari Pasar Maros sampai ke pintu masuk Bantimurung (Rp 4000). Dari pintu masuk Bantimurung ini, bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter sampai ke gerbang masuk Bantimurung. Kalau males jalan kaki, minta tolong supir pete-pete aja untuk ngantarin sampai gerbang masuk Bantimurung. Biasanya supirnya mau n gratis.

Bantimurung merupakan salah satu taman nasional yang digunakan sebagai tempat penangkaran kupu-kupu terbesar di Indonesia. Wisatawan lokal yang ingin memasuki taman ini diwajibkan membayar Rp 20.000/orang. Segera kami menitipkan tas-tas besar di penjaga loket dan melanjutkan petualangan menjelajah Bantimurung dengan tas daypack.

Bantimurung ini merupakan suatu kompleks taman nasional yang bisa dibagi menjadi beberapa destinasi menarik seperti Air Terjun Bantimurung, Gua Batu, Gua Kasi Kebo, Gua Mimpi dan Musium Penangkaran Kupu-Kupu. Untuk masuk ke destinasi terakhir membayar kembali Rp 5000. Cukup murah karena di dalamnya kita bisa melihat berbagai jenis kupu-kupu dari berbagai family yang sudah diawetkan. Oya, mulai bulan Juni 2014 TN Bantimurung akan menyediakan fasilitas shuttle car gratis untuk keliling kompleks taman.


Destinasi pertama kami adalah Air Terjun Bantimurung. Air terjun ini merupakan daya tarik utama karena limpahan air sangat deras dengan ketinggian sekitar  5 meter yang mengalir dari bebatuan gamping. Satu hal yang menarik juga karena bebatuan yang kita injak tidak licin jadi cukup aman untuk bermain di bawahnya, hanya banyak terdapat sinkhole kecil jadi harus cukup berhati-hati dalam melangkah. Di Air Terjun ini juga disewakan ban jika ingin meluncur dari atas ke bawah, benar-benar seru. 




Destinasi kedua kami adalah Gua Batu. Untuk menuju gua ini, kami harus berjalan sejauh kurang lebih 700 meter ke arah sebelah kiri atas air terjun, dengan jalan yang menanjak kemudian menjadi datar. Perjuangan yang cukup melelahkan karena suhu udara yang begitu panas. Gua Batu ini merupakan sebuah gua alami yang terbentuk oleh proses pelarutan pada batuan gamping. Biasanya sebelum masuk wisatawan akan dikerubungi oleh jasa penyewa lampu senter maupun pemandu. Jika ingin cara backpacker abis sebaiknya membawa senter sendiri, atau simpelnya pakai senter HP. Wajib ya bawa senter, karena gelap banget gan. Di dalamnya banyak terdapat stalaktit, stalagmit maupun pilar dengan beraneka macam ukuran dan bentuk. Menarik sekali karena kita bisa melihat keindahan alam bebatuan gamping yang sungguh menawan.








Destinasi ketiga kami adalah Gua Mimpi. Wuahh, untuk kesini benar-benar dibutuhkan perjuangan ekstra keras karena jalan yang terus dan terus menanjak sejauh kurang lebih 800 meter ke arah kanan atas air terjun. Sejak dari bawah, kami sudah dibuntuti oleh beberapa pemandu yang menawarkan jasa untuk memandu kami menjelajah Gua Mimpi. Karena sedikit kesal, ane bilang aja bahwa ane udah pernah ke Gua Mimpi dan sudah hafal jalannya. Hahaha. Satu persatu dari mereka berguguran mengikuti kami. Interior Gua Mimpi tidak jauh beda dengan Gua Batu, hanya lebih sepi pengunjung serta lebih luas dan besar. Kenampakan stalaktit, stalagmit maupun pilar masih mendominasi. Interior gua ini terlihat masih disempurnakan dengan dibangunnya tangga-tangga untuk turunan curam dan pavling-pavling untuk jalan. Saat jalan sudah habis, kami ketakutan dan memutuskan untuk kembali. Hahaha.





Selesai dari Gua Mimpi, kami pun kembali turun ke bawah dan mengunjungi Museum Penangkaran Kupu-Kupu. Dengan membayar Rp 5000/orang kami sudah bisa melihat ratusan koleksi kupu-kupu dari berbagai family yang sudah diawetkan. Kupu-kupu tersebut sebagian besar berasal dari Sulawesi, namun ada juga yang berasal dari luar pulau.



Sangat indah. Selain Museum, biaya masuk yang tergolong cukup murah tersebut juga termasuk ke beberapa tempat penangkaran kupu-kupu yang berada di sampingnya. Disini kami dipandu oleh anak penjaga tiket yang sangat cerdas menerangkan tentang bagaimana kupu-kupu di Bantimurung dikembangbiakkan. Kupu-kupu tersebut dikembangbiakkan dalam kondisi yang terkontrol untuk menjaga keberagaman spesies dan mendukung upaya pelestarian. Proses pengembangbiakan ini sering dilakukan dalam rumah kaca atau kebun yang dirancang khusus untuk menciptakan lingkungan yang ideal bagi kupu-kupu, termasuk Mengatur suhu dan kelembapan yang sesuai agar kupu-kupu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, Menyediakan tanaman inang yang diperlukan oleh larva untuk berkembang dimana tanaman ini merupakan sumber makanan utama bagi ulat kupu-kupu, menyediakan nectar atau pakan yang sesuai bagi kupu-kupu dewasa, memastikan bahwa kupu-kupu terlindungi dari predator dan penyakit.

Selain itu, si anak cerdas juga bilang bahwa di sepanjang sungai di samping penangkaran biasa ditemukan iguana saat musim hujan. Kami sempat melihat 1 iguana saat itu. Karena merasa sangat senang dengan kecerdasannya, kami pun memberinya uang 5000 buat jajan. Dan saat itu ane sempat berpesan untuk menyuruhnya kuliah biologi hehehe.

Akhirnya selesailah kunjungan kami di Bantimurung dan kami menaiki pete-pete Rp 13.000 untuk menuju kota Makassar dilanjut dengan pete-pete lainnya Rp 4000 untuk menuju daerah dekat Pantai Losari.

Perjuangan kami tidak sampai disini karena kami masih harus mencari penginapan yang kami belum booking dan tahu alamatnya. Akhirnya total kami berjalan sejauh total 8 km hari ini dan berakhir di penginapan It Inn dengan rate Rp 200.000/malam untuk bertiga orang. Fasilitasnya ada AC, Kamar Mandi dalam, king bed, TV. Cukup fair. Apakah perjuangan berjalan kaki sampai disini saja? Tentu saja tidak karena kami masih punya agenda lain yakni mengunjungi Pantai Losari (yang berjarak sekitar 500 meter dari penginapan) serta mencicipi salah satu kuliner khas Makassar. Namanya juga liburan kejar tayang hehehe.

Selesai mandi dan beristirahat sejenak, malamnya kami lanjutkan berjalan kaki menuju Pantai Losari. Malam itu suasana di sekitar Pantai cukup ramai dan pencarian kuliner kami berhenti di sebuah warung Mie Titi yang cukup ramai pengunjung. Disana kami memesan Mie titi, Mie Kuah dan Nasi Goreng untuk dimakan bertiga. Mie Titi ini bahan dasarnya berupa mie coklat kering yang ditaburi oleh sayur-sayuran campur daging macam cap cay. Rasanya sangat muantap.

Selesai dari sini kami meluncur ke anjungan Pantai Losari. Disana kami sempat berfoto-foto dengan tulisan raksasa PANTAI LOSARI maupun jajan makanan setempat. Di jalan pulang kami sempat membeli pisang epe, salah satu kuliner khas Makassar juga. Awalnya ane sempat kira kalau pisang epe itu rasanya cuma satu aja yaitu rasa manis gula aren, tapi ternyata rasanya ada macem-macem kaya coklat n durian. Cara membuatnya cukup sederhana, yakni pisang dibelah dua dan dibakar, kemudian diberi rasa sesuai permintaan pembeli. Satu porsi dihargai 16ribu rupiah.

Beberapa saat kemudian akhirnya ane sampai penginapan dan istirahat untuk mengumpulkan tenaga kembali karena esok akan menuju Tanjung Bira. Makassar rock and roll!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar