7.22.2024

[1] Sawadee Kamboja : Perjalanan Bangkok - Siem Reap dan Pasar Malam Angkor

Trip ini merupakan rangkaian trip Thailand - Kamboja - Malaysia yang kulakukan dari 23 Januari 2012 - 2 Februari 2012

PART sebelumnya : DISINI

25 Januari 2012

Kelelahan akut karena terlalu semangat seharian menjelajah Kota Bangkok kemarin membuat tidur ane sangat nyenyak. Oiya kemarin sebelum pulang penginapan kita sudah membeli tiket travel dari Bangkok ke Siem Reap (Kamboja) juga. Well, kok secepat itu meninggalkan Kota Bangkok? Karena kita merasa kayaknya udah semua wisata utama di Bangkok dikunjungi seperti Wat Phra Kaeo, Wat Pho, Wat Arun, Wat Indrawihan, Khaosan Road, MBK. Udah ga ada tempat spesifik yang ingin kita kunjungi lagi, jadi kita memutuskan langsung geser ke tujuan selanjutnya untuk menghemat waktu dan uang, Kota Siem Reap, Kamboja. Tujuan utama kesana tak lain tak bukan adalah ke Angkor Wat.

Pagi itu setelah sarapan kami dijemput oleh mobil travel sekitar jam 07.30. Dari tempat penjemputan kita di-drop di kantor utama travel dan digabung dengan beberapa traveler lainnya dari berbagai macam negara. Ada traveler dari Jepang maupun Eropa. Setelah menunggu sejenak, perjalanan akhirnya dimulai. Rutenya adalah Bangkok - Aranyaphratet (kota perbatasan Thailand - Kamboja), disambung imigrasi keluar Thailand, imigrasi masuk Kamboja, kemudian Poipet (kota perbatasan Kamboja - Thailand) ke Siem Reap. Perjalanan yang bakalan cukup panjang dengan total jarak tempuh 400 kilometer dan waktu tempuh 7 jam. Sepertinya hari ini bakalan panjang, apalagi sambil melewati imigrasi kedua negara yang ane gatau bakalan berapa lama.

Perjalanan Bangkok - Aranyaphratet sejauh 250 km berlangsung selama 3 jam.  Begitu meluncur dari Bangkok, suasana jalanan lumayan lancar. Tapi, tidak lama kemudian, mulai banyak kendaraan yang keluar, terutama truk-truk besar. Selama perjalanan, ane bisa lihat pemandangan sawah hijau dan beberapa desa kecil. Sesekali, ane juga lewat pasar-pasar lokal yang ramai dengan aktivitas.

Mendekati Aranyaprathet, jalanan mulai sedikit lebih macet. Banyak kendaraan yang menuju perbatasan, jadi agak terasa padat. Di sinilah ane mulai merasakan nuansa menjelang perjalanan ke Kamboja. Akhirnya sampailah kami di titik akhir sebelum imigrasi keluar Thailand dan kita semua diminta turun. Ane dan Alfi nggak menjumpai masalah berarti di imigrasi keluar Thailand. Selanjutnya menggunakan mobil van yang sama kita dibawa ke suatu tempat dan diarahkan untuk mengisi kartu kedatangan negara Kamboja. Ane disini sekalian jajan karena udah lumayan laper.

Berhenti disini untuk mengisi kartu kedatangan Kamboja

Kartu kedatangan Kamboja. Kartu ini harus diisi lengkap dan bersama paspor diserahkan kepada petugas imigrasi.

Dari sini, kami dibawa ke imigrasi masuk Kamboja yang berjarak sekitar 500 meter dengan mobil bak terbuka. Saat itu mobil bak benar-benar penuh teman-teman dari berbagai kewarganegaraan (Jerman, Perancis, Jepang, Korea). Sampai imigrasi masuk Kamboja, perjuangan selanjutnya dimulai.

Gerbang 'Selamat Datang Kerajaan Kamboja'

Berjalan kaki menuju Imigrasi Kamboja

Saat itu kami melihat antrian imigrasi yang sangat panjang, bahkan sampai melebihi lorong antrian ke jalan raya. 

'Wah la ini.. wes... Bakal lama..' keluh ane dalam hati.

Ane mulai berdiri di belakang bule-bule yang berbadan besar. Dari mulai panggul tas backpack, sampai nggak kuat dan ane seret-seret dibawah saking lamanya. Beberapa traveler lain terlihat sangat kelelahan sampai duduk di lantai. Dengan kecepatan siput akhirnya 2 jam kemudian kami mendapatkan stempel masuk negara Kamboja hhh.....kami disambut dengan kota kecil yang berdebu. Meskipun memiliki aksara yang hampir mirip - Thai dan Khmer - ane sadar ane udah memasuki negara lain. Artinya bahasa lain, mata uang lain dan budaya lain. Mata uang resmi di Kamboja sendiri adalah USD dan Riel Kamboja. Jadilah di perbatasan itu ane menukar beberapa USD ke riel karena pengen punya uang pecah juga.

Suasana Kota Poipet

Setelah semua rombongan di mobil travel selesai urusan imigrasi, perjalanan kami berlanjut dari Poipet ke Siem Reap dengan bus yang lebih besar. Jarak yang masih harus kami tempuh adalah 150 km dengan jarak tempuh 2,5 jam. Begitu keluar dari perbatasan, suasana jalanan langsung terasa berbeda. Jalanan yang berdebu menyambut kami, dengan kondisi aspalnya tak sepenuhnya mulus. Selama perjalanan, ane melihat banyak rumah sederhana dari bambu berdiri di kiri dan kanan jalan. Anak-anak kecil berlarian di sekitaran rumah, mengenakan pakaian lusuh. Mereka tampak ceria meski hidup dalam kondisi yang jauh dari cukup. Beberapa dari mereka melambai ke arah mobil kami, menambah kehangatan suasana.

Supir kami menjelaskan bahwa Kamboja masih tergolong miskin. Banyak fasilitas yang ada di sini masih di bawah standar, mulai dari jalanan hingga pendidikan. Ane bisa merasakan betapa sulitnya kehidupan bagi sebagian besar masyarakat di daerah pedesaan. Semangat mereka, meskipun dalam keterbatasan, sangat menginspirasi. Perjalanan ini bukan sekadar berpindah tempat, tetapi juga membuka mata ane tentang kondisi kehidupan yang sangat berbeda. Ane merasa beruntung bisa menyaksikan langsung realitas ini, meski penuh dengan tantangan. Meskipun ada banyak hal yang perlu diperbaiki, keceriaan anak-anak dan ketahanan masyarakat membuat perjalanan ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Kamboja, dengan segala keindahan dan tantangannya, meninggalkan kesan mendalam di hati ane. Titik air mata tanpa sadar menetes dari sudut mata ane. Ane emang nggak kaya, bahkan masih mahasiswa. Tapi paling nggak bisa kalau melihat sesuatu yang seperti ini. Padahal mungkin saja hidup mereka baik-baik aja dan bahagia kan....

Suasana Kota Poipet

Suasana Kota Poipet

2,5 jam kemudian kami telah sampai di pool travel di Kota Siem Reap. Disitu kami langsung dikerubungi oleh orang-orang yang menawarkan jasa taksi maupun tuk-tuk. Karena ane dan Alfi belum booking tempat untuk kita nginap malam itu, kami ditawari oleh supir taksi penginapan yang katanya seharga 1000 baht. Karena merasa tarifnya masih masuk kami OK-kan saja. Bapaknya menyuruh kami menunggu sebentar untuk dicarikan barengan. Dan akhirnya ane dan Alfi bareng sama 2 orang bule yang sepertinya mau ke penginapan yang sama. 

Beberapa saat setelahnya kita berangkat naik mobil dan sampai di penginapan tersebut. Sampai disana kami disuruh menunggu dibawah, sedangkan si bapak sibuk bolak balik nganterin si bule lihat kamar. Kami benar-benar dicuekin sampe akhirnya Alfi angkat bicara,

"And how about us?"

"Oke-oke you two follow him," katanya menunjuk pemuda lokal yang sepertinya pekerja di hotel ini.

Hhh.. akhirnya! Setelah daritadi yang diurusin si bule terus!

Kita dibawa ke kamar atas, dan menurut ane udah lumayan bagus lah. Kamarnya lumayan besar dengan twin bed dan TV tabung. Sudah sangat cukup bagi kami berdua. Toh hanya berencana 2 malam saja disini sebelum kembali ke Bangkok lagi. Kami melakukan pembayaran dan setelahnya langsung melemparkan diri ke kasur. Hhhh....benar-benar melelahkan hari ini.

Penginapan kami di Kota Siem Reap

Sesaat kemudian kita berdua menyadari kita laper banget. Setelah diskusi sesaat, akhirnya ane usul ke Alfi, gimana kalau kita coba cari ke bawah. Siapa tau ada warung gitu kan. Ternyata ada warung lokal yang jual, dan kita memesan nasi telur. Pemuda yang mengantarkan kita ke kamar bernama Chon, dia ikut kita ke warung sambil bawa kamus. Katanya mau belajar bahasa Inggris, hehehe.. Alfi dengan sigap mengajarinya beberapa kata.

Alfi dan Chon

Nasi telur, makanan pertama kami di Siem Reap

Selesai makan, akhirnya kita putuskan jalan-jalan melihat Pasar Malam Angkor yang berjarak 500 meter dari penginapan. Kami berjalan kaki dengan suasana malam yang hangat dengan lampu-lampu jalanan yang mulai menyala, menciptakan suasana yang semarak.

Begitu tiba di pasar, kami langsung disambut oleh hiruk-pikuk suara pedagang dan pengunjung. Aroma makanan khas Kamboja yang menggugah selera menyambut kami. Di sepanjang jalan, ada deretan stan yang menjual berbagai pernak-pernik, mulai dari gelang dan kalung yang terbuat dari bahan lokal, hingga selendang yang indah, baju-baju bertuliskan Kamboja, dan sebagainya. 
 Saat berkeliling, tawaran massage dari beberapa stan semakin menggoda. 
Ane sebenarnya sangat ingin mencoba, apalagi kaki ane masih berasa banget capeknya habis menjelajah Kota Bangkok kemarin. Namun, saat itu, ane teringat bahwa baru kurang dari tiga minggu yang lalu, ane menjalani operasi mengeluarkan patahan jarum yang terinjak. Jadi, meskipun pengen banget, hati ini ngeri-ngeri sedap. Takut kaki ane kepijet atau malah jadi makin sakit.

Berfoto di Pasar Malam Angkor

Suasana Pasar Malam Angkor

Suasana Pasar Malam Angkor

Suasana Pasar Malam Angkor

Kami terus berjalan sambil mengamati berbagai macam oleh-oleh yang ditawarkan. Ane lihat banyak kerajinan tangan yang indah dan makanan ringan yang unik. Meski kaki ane terasa berat, suasana pasar membuat ane melupakan rasa capek itu sejenak. Setelah berkeliling, akhirnya kami memutuskan untuk membeli beberapa barang sebagai kenang-kenangan. Ane sendiri membeli baju bertuliskan Kamboja dan beberapa barang kerajinan lokal.

Sekitar jam 10 malam, akhirnya kita pun kembali ke penginapan dan tertidur dengan nyenyak. Besok kita akan ke Angkor Wat, siapkan fisik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar