7.09.2020

Yogyakarta, 26 Oktober 2010 : 10x Lipat !!

Yogyakarta, 26 Oktober 2010

"Tuhan memang pernah mengambil rejekiku sampai aku menangis karena sedih, tetapi hanya dalam waktu singkat, Engkau memberiku ganti 10 X lipat sampai aku menangis bahagia.. :-) thanks Lord.. :') "

Solo, 6 Juli 2020
Di Rumah Bolon

Status yang kutulis sewaktu aku masih kuliah Semester 1 di Jogja, udah 10 tahun yang lalu. Ada apa di balik status itu? Mumpung masih ingat, akan kucoba kuceritakan......

Seperti yang sudah pernah kuceritakan sebelumnya, pada waktu SMA kelas X (tahun 2008) dan XI (tahun 2009), aku pernah mengikuti kejuaraan bernama Olimpiade Sains Nasional (OSN). Pengalaman mengikuti OSN tahun 2008 udah kutulis lengkap disini, sedangkan untuk OSN tahun 2009 disini (semoga udah kutulis ya). 

Nah, karena di tahun 2009 itu aku dapat medali perak, maka aku mendapatkan 'uang penghargaan' dari Pemerintah Pusat. Uang penghargaan pertama diberikan di Jakarta setelah penyerahan medali, kalau aku tidak salah ingat dapat Rp 5.000.000 dan itu diberikan di Rekening Bank BNI. Jadi dapat rekening baru. Nama di rekeningnya-pun Medali Perak 7 (aku mendapat urutan nomor 7 di perolehan medali perak).

Nah beberapa bulan kemudian, selain hadiah uang Rp 5.000.000 di awal itu, ternyata kami juga mendapatkan hadiah uang penghargaan lagi dari Pemerintah Pusat. Aku lupa 'uang penghargaan' ini sebutan pasnya apa ya, anggap aja 'uang beasiswa' gitu ya. Untuk partisipan OSN 2009 yang dapat medali, mendapatkan Rp 3.600.000, sedangkan untuk yang tidak dapat medali, mendapatkan Rp 1.800.000. Salah satu syarat untuk mendapatkan uang penghargaan itu adalah....membuat Rekening BRI ! 

Aku agak lupa persisnya kami dikabari kapan, tapi sepertinya pas Pelatnas 1 di Jogja. Otomatis agak susah juga ya bagiku untuk bikin Rekening Bank BRI, karena setauku kan harus di kota asal. Aku juga sudah mengabari bapak ibuku di Solo masalah ini, dan mereka beberapa saat kemudian mereka pun sudah siap membuat Rekening BRI itu. 

Tapi saat itu ada beberapa temanku juga di Pelatnas 1 yang mempunyai problem sama kayak aku, tidak mempunyai Rekening Bank BRI. Sehingga aku pun inisiatif nanya ke perwakilan Pemerintah Pusat (aku lupa siapa), apa bisa pakai Rekening BNI yang kemarin saja, yang dapat dari Pemerintah Pusat juga pas menang medali. Dan seingatku perwakilan mereka bilang BISA. Akhirnya yasudah, aku bilang bapak ibuku, batal aja bikin Rekening BRI, karena pakai Rekening BNI bisa. Padahal saat itu bapak ibu ane udah hampir menyerahkan formulir permohonan pembuatan rekening BRI tersebut ke bank. Alamak.... 

Minggu demi minggu, teman ane yang pada setor rekening BRI satu persatu udah pada bilang 'uang beasiswa' tersebut sudah masuk. Namun kami - yang menyetor rekening BNI - satupun belum ada yang ditransfer. Aku mulai curiga. Jangan-jangan kita gak kedaftar atau bagaimana?? Atau jangan-jangan kami nggak dapet, karena dianggap tidak nyetor rekening BRI?? La.. padahal kan kemarin perwakilan pemerintah pusat bilang bisa (pakai rekening BNI)??

Saat itu ane dan temen-temen penyetor BNI hanya bisa menunggu saja. Mungkin kami ditransfer paling akhir.. karena jenis rekening setor tidak sesuai dengan kemauan mereka (pemerintah pusat). Sewaktu kukonfirmasi ke perwakilan pemerintah pusat pun, kami diminta menunggu.

Tak terasa, pelatnas pun berakhir, tapi tak satupun dari kami penyetor BNI yang diberi 'uang beasiswa' itu. 

Setelahnya hanya menunggu.... Menunggu.... Dan menunggu.... Itulah yang kami lakukan sampai berbulan-bulan setelahnya. Tidak ada kejelasan sama sekali. Ane pun mulai putus asa. 

"Jangan-jangan memang sejak awal harus rekening BRI.. jadi yang tidak setor rekening BRI dianggapnya dis/tidak memenuhi syarat.." kataku dalam hati sambil menahan pilu. 

Orangtuaku kan sudah selangkah lagi menyerahkan berkas permohonan itu ke teller BRI !! Ya ampun.... Uang 3,6 juta itu kan uang besar, apalagi bagi anak SMA kayak ane. Huhuhu....

Penantian berbulan-bulan tak berpengharapan itu benar-benar membuat ane sedih ketika memikirkannya. Saat itu - tahun 2010 - ane masih anak SMA yang tidak terlalu mengerti tentang M-Banking ya. Jadi ane sering cek saldo di ATM untuk ngecek, siapa tau, siapa tau kan, 'uang beasiswa' itu tiba-tiba nongol. Bahkan ane inget, sama mbak ane sempet ke bank BNI di Slamet Riyadi, bawa buku tabungan, khusus menanyakan apakah ada 'uang beasiswa' yang masuk.

"Belum ada dek," kata mbak teller BNI sambil  menyerahkan kembali buku tabungan ane. 

Kok mbak BNI nya tahu kalau belum ada uang masuk? Jawaban simpel. Ya karena rekening BNIku sudah entong a.k.a gak ada duitnya 😁😁🀣🀣.

Bagaimanapun semua kesedihan ini terus ane hadapi, sampai akhirnya ane masuk ke bangku kuliah pada Agustus 2010 lewat jalur Penelusuran Bibit Unggul Berprestasi (PBUB). Ini adalah awal dari sesuatu yang baru.

BANGKU KULIAH
Agustus 2010

Apakah setelah ane masuk bangku kuliah, lantas ane melupakan kesedihan karena 'uang beasiswa' yang nggak pernah ane terima ini gan? 

Tentu saja tidak gan... Hikz..

Gimanapun ane itu memang pas-pasan banget gan. Jadi kehilangan uang segitu itu kayak sediiiih banget. Ilangnya lamaaa gitu lukanya. Minggu-minggu awal kuliah aja ane hanya dikasih uang Rp 150.000/minggu sama ortu ane. Jadi harus hidup serba ngirit.

Ane masih ingat, kejadian ini terjadi 1-2 bulan sejak ane kuliah di Jogja. Perkiraan sekitar bulan Agustus sd September 2010. Sore itu seperti biasa ane refreshing dengan motoran ke arah Gunung Merapi. Pas kuliah-kuliah tahun awal, ane emang sering jalan-jalan sendirian naik motor gan. Sambil foto-foto di sepanjang jalan.

Sore itu, arah motoran ane adalah ke arah Kaliadem. Dan sewaktu sedang istirahat (berhenti di sebuah desa yang sepi gitu), ane inget 'iseng' meng-SMS bapak perwakilan dari pemerintah pusat tersebut. Kenapa istilahnya 'iseng'? Karena itu adalah last trial ane. Kalau emang udah gak bisa, yaudah ane menyerah. Memang mungkin itu belum rejeki ane. SMS-nya kurang lebih seperti ini:

A - ane
B - bapaknya

A- "Pak.. apakah tidak bisa diusahakan lagi ya? Apakah tidak bisa diurus lagi ya bagian keuangannya?"

B- "Mohon maaf mbak, udah nggak bisa mbak. Soalnya itu udah ditutup dan laporannya sudah dibuat."

Kurang lebih jawabannya seperti itu. Ane inget banget ane sempet menitikkan air mata. Ane nangis. Bener-bener sedih. 

Namun ane berusaha nguatin hati ane. Sudahlah. Berarti emang ini belum rejeki ane. Ane kuatkan hati ane dan paksa diri untuk tersenyum sambil melanjutkan perjalanan naik motor kembali ke kosan di daerah Sagan.

Oktober 2010
Beasiswa?
Ane sudah pernah cerita disini, bahwa sebelum ane mulai kuliah, ane pernah pas lagi tes toefl "tiba-tiba disamperin" temanku saat itu - Fraga - yang bilang bahwa ane itu dicari-cari bagian kemahasiswaan UGM karena ane katanya mau didaftarin ikut seleksi beasiswa unggulan kemendiknas - CIMB Niaga. Cerita itu sudah ane tulis di part sendiri disini.

Di cerita itu juga ane tulis, sejak Fraga ngasi tau ane, bahwa ane dicari-cari bagian kemahasiswaan UGM untuk didaftarkan beasiswa, ane langsung meminta ibu ane ke bagian kemahasiswaan UGM, dan 1-2 hari kemudian, ane langsung melengkapi dan mengirimkan seluruh berkas aplikasi beasiswa ke UGM. Dan kabar mengejutkan datang di bulan Oktober ini. 

AKU LOLOS SELEKSI BERKAS BEASISWA !!

Woww! Padahal ane udah lupa loh gan masalah beasiswa ini. Hehehe. Soalnya nggak terlalu ngarep juga, takut kecewa lagi. Ane emang orangnya pesimisan banget. Hehehe.

Kabar baik itu seingatku datang lewat telfon. Aku ditelfon bagian kemahasiswaan UGM. Namun bukan berarti aku langsung dapat beasiswa ya gan, aku masih harus ikut seleksi tes tertulis dan tes wawancara. Perjuanganku mengikuti seleksi tes tertulis dan wawancara beasiswa ini akan aku update disini. (Semoga udah update).

Intinya setelah serentetan seleksi tertulis dan beasiswa ini, ANE MENDAPATKAN BEASISWA ITU!! 

Oh My Lordddd....

Benar-benar ajaib kan.. padahal ane nggak ngarep. Karena saingannya juga semua anak pinter dari UGM. Apalah ane ini.. eh ternyata kuasa Tuhan benar-benar ajaib. Pertama ane anak IPS bisa masuk Teknik Geologi UGM. Kedua ane anak biasa, yang banyak kalah pinter sama anak-anak UGM selektor beasiswa lainnya, eh malah ane bisa kepilih !

Dan... Beasiwa tersebut gede banget gan !! Bagi ane saat itu (ane kurang mampu), ane merasa ini benar-benar besar dan sebuah mukjizad. Ane masih ingat.. Oktober 2010, dari Kemendiknas memberikan ane uang beasiswa sampai Rp 18.500.000 ! Itu baru transferan pertama. Transferan kedua Rp 8.000.000, dan yang ketiga Rp 2.000.000. Thanksss God.

Penerima Beasiswa Unggulan CIMB Niaga angkatan 2010

Berkah Tuhan tidak sampai disitu. Pada Desember 2010, kami para penerima beasiswa diundang CIMB Niaga ke kantor pusat mereka di Jakarta untuk penerimaan beasiswa yang dari mereka. Jadi pemberi beasiswa kan ada 2 pihak gan, Kemendiknas dan CIMB niaga. Kemendiknas menanggung uang sekolah, sementara CIMB Niaga menanggung uang bulanan. Saat di jakarta, kami diberikan laptop baru HP, serta uang tabungan Rp 850.000 dikalikan 5 bulan (Agustus 2010 sd Desember 2010). Jadi total kami mendapatkan 4 jutaan lebih. Sejak Januari 2011, uang bulanan tersebut ditransfer setiap bulan.

Surabaya, 9 Juli 2020
Di rumah Galaxy

Jadi itulah cerita di balik statusku yang kutulis di Jogja, 26 Oktober 2010 itu gan. Sejak saat itu memang ane tekankan di diri ane sendiri, ane tidak mau menyerah !! Terimakasih ya yang mau membaca. Ini juga sekaligus sebagai pengingat ke aku. Bahwa aku pernah melalui momen sedih dan bahagia ini.

Solo, 29 Juni 2020: Gesek Rangka di Samsat Solo + Es Teler Kota Barat !

Pagi ini ane yang 'super mager' ini sudah dibangunkan bapak ane, diajak untuk segera ke Samsat Solo untuk gesek nomor rangka mesin Kia Rio ane. Gesek nomor rangka mesin ini merupakan salah satu tahap untuk mutasi berkas-berkas kendaraan, yang awalnya mobil atas namanya orang Jakarta plat B, menjadi atas nama ane, plat AD.

Lalu ane pun beralasan,

"Kalau cuma gesek nomor rangka doank seharusnya aku nggak ikut gpp kan? Wes kowe wae bro," kata ane setengah malas. 

"Yowis neg ngono," kata bapak ane. 

Legaaa deh. Bisa leyeh-leyeh lagi sambil blogging deh ane. Haha.

"KTP ku dibawa aja bro," kataku lagi.

"Wes, gausah. Iki wae cukup," kata bapak ane sambil membawa BPKP asli dan STNK asli. 

Beberapa saat kemudian Bapak Ane, Emak ane dan Gavriel pun berangkat ke Samsat Solo. Well, sebenarnya ane gak mager-mager amat sih, namun ane masih ada yang harus dikerjain, yaitu melengkapi berkas lahan salah satu klienku di Madura dan setelahnya mengeposkannya.

Nah sewaktu berkas tersebut sudah komplit dan ane sudah motoran mau ngeposin di daerah UMS, tiba,-tiba ditelfon ibu ane kalau pengurusan gesek nomor rangka ini butuh KTPku. Ya ampyuuun tadi dibawain aja gak mau wkwk.

"Yowis aku ngeposin dulu bentar di UMS baru jalan ke Samsat ya mah," kata ane. "Tunggu di warung aja," tambah ane lagi.

"Yowis gpp. Ati2 wae," jawab ibu ane.

Selesai ngeposin, ane pun langsung meluncur ke Samsat Solo. Dan sampai sana kok ya pas jam istirahat wkwk. Pagi itu samsat solo cukup ramai oleh orang yang hilir mudik mengurus surat kendaraan. Setelah menunggu beberapa saat dengan bercerita panjang lebar dengan ibu bapak ane, sempet blogging, akhirnya buka juga dan giliran Si Kia Rio digesek nomor rangkanya.
Menunggu loket samsat buka lagi jam 1 siang
Gesek nomor rangka mesin Si Kia Rio
Proses nggesek nomor rangka mesin itu berjalan cepat banget, kurang dari 5 menit, dan gratis. Setelahnya kami serahkan berkas gesek kembali ke loket dan diminta mengambil hasil gesekan tanggal 2 Juli. Wooh.. kirain bisa diambil hari itu juga. Padahal ngejar pemutihan sampai tanggal 16 Juli.

Selesai urusan di Samsat, karena masih males pulang, serta hawa Kota Solo yang begitu panas, ane usul ke ibu ane untuk sama-sama mampir ke Es Teler Kota Barat dulu. Jadi ane bawa motor, mereka bawa mobil. Tidak butuh waktu lama bagi ane untuk sampai di Es Teler Kobar. Sempet menunggu mereka beberapa saat karena mereka lebih lambat (karena naik mobil). Segeralah  ane dan ibu ane pesen es teler durian madu. Muantaaap disaat Kota Solo lagi panas-panasnya kayak gini. Bapak ane sendiri pesen nasi ayam goreng dan teh panas.

Minum es teler disini juga membawa suatu nostalgia sendiri buat ane gan. Dulu semasa SMP-SMA tu ane inget sering banget tu kesini, apalagi kalau pas lagi punya duit ya ! Hehehe. Jajanan utama disini itu ya es teler sama bakso. Ane inget sering kesini sama mbak ane, kadang sama ibu ane 😁😁😁☺️☺️☺️.
Malamnya kami kembali makan di luar, namun kali ini di Angkringan Warga samping SMA Negeri 1  Solo. Manssstaap! Udah lama banget rasanya nggak ngangkring, apalagi sebelum pulang ini ane udah ninggalin Kota Solo sejak Februari. Ane makan 2 bungkus nasi kucing dan beberapa sate. Memori simpel bersama keluarga, tapi ane menyukainya ! ☺️☺️

7.07.2020

Jogja-Klaten, September 2012 : Kecelakaan Motor Keduaku pas Kuliah, Dagu Sobek dan Jaket Penuh Darah 😩😩😩

Hhhhh... Cerita tentang kecelakaan lagi. Sebenarnya menurut ane ini hal yang menyeramkan ya. Tapi ane akan tetap menulisnya. Karena ini tetaplah bagian dari memori kehidupan ane di fase kuliah 😁🀐🀐. Yah menurut ane segala sesuatu baik yang positif maupun negatif itu harus diceritakan supaya bisa menjadi pembelajaran bagi ane ke depannya.

Jadi gan, selama fase kuliah dari 2010-2015, ane mengalami 2x kecelakaan serius. Serius disini maksud ane, ane mengalami luka yang cukup banyak dan menyedihkan, kepala kebentur dan membuat ane harus izin kuliah paling tidak seminggu lamanya. Untuk cerita kecelakaan pertama sudah ane ceritakan disini. Kali ini, aku akan menceritakan cerita kecelakaan kedua. Aku menulis ini di Solo, di rumah Bolon, pada 6 Juli 2020 pukul 21.25. Kejadian 8 tahun lalu, aku berharap masih bisa menceritakannya dengan detail menggunakan sisa-sisa ingatanku. πŸ™πŸ™. Aku tidak mengingat secara pasti tanggalnya, namun kejadian ini kupastikan terjadi di September 2012. Tepatnya 1-2 mingguan setelah aku pulang dari tripku di India.

Jogja, September 2012
Jumat, sore hari

Hari ini adalah hari Jumat, dan seperti kebiasaan ane selama hampir 2 tahun terakhir kuliah di Jogja, ane pulang ke Solo menggunakan motor Honda Revo. Ini bukan perkara yang sulit karena jalanan Jogja-Solo itu ane udah hampir hafal seluk beluknya gan, dan ane juga sudah terbiasa banget. Jadi ane sama sekali tidak ada feeling jelek sore itu.

Seperti biasa perjalanan ane mulai dari kos-kosan,ane arahkan motor ke Jalan Ring Road Utara dan setelahnya menuju Kota Klaten. Langit telah menggelap karena memang ane berangkat dari Jogja sudah setelah magrib. Saat itu ane di jalan sering melamun. Ane melamunin tentang trip ane ke India yang baru saja kuselesaikan semingguan yang lalu. Ane masih merasa belum bisa 'move on' sepenuhnya dari 'perjalanan gila' ane itu. Hehehe. Ane juga mengingat tulisan-tulisan yang sudah ane buat dari trip itu, dan berpikir ingin segera membuat cerita lagi versi lengkapnya.


RS Soeradji Tirtonegoro Klaten dan jalanan di depannya.
SUMBER : Disini

Tidak terasa, mode nyetir 'otomatis' sambil ngelamun itu mengantarkan ane sampai ke Kota Klaten, tepatnya RS Soeradji Tirtonegoro. Bagi yang sering 'lajo' Jogja-Solo pasti tidak asing dengan RS ini yang letaknya di pinggir jalan raya, tepatnya sebelum masuk Kota Klaten. Nah jalanan sebelum lewat RS Soeradji Tirtonegoro itu ada 2 cabang. Cabang kiri untuk motor/belok kiri (lebar jalanan hanya 2-3 meteran), sementara cabang kanan untuk mobil/truk/motor jika ingin lurus. Karena asik melamun, ane tidak memperhatikan adanya cabang pemisah itu. Padahal cabang pemisah itu berupa tinggian gitu.

Tiba-tiba kejadian ini terjadi dengan begitu cepat,

"Braaaaakkkk ! Sreeettt ! "

Motor Honda Revo 2009 yang ane tumpangi terpelanting dengan begitu kerasnya ke arah kanan setelah ane ngerem mendadak dengan rem kanan (rem cakram depan) ! Kejadian ini berlangsung begitu cepat. Ane sama sekali tidak menyadarinya, dan apa yang terjadi selanjutnya ane sudah terkapar kesakitan di aspal jalanan Jogja-Solo 😭😭😭.

Hal selanjutnya yang ane rasakan adalah SAKIIITT !! SAKIIIT yang begitu luar biasa di tangan kanan ane, terutama di tulang pengumpil dan tulang hasta, dan jari-jari tangan kanan ane MasyaAllah...  Kelima-limanya bengkak besar dan biru-biru di ujungnya 😭😭. Rasanya jari-jari ane, udah nggak usah ditanya. Mati rasa saking sakitnya OMG πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­. Helm ane terlepas entah kemana, membuat ane pasrah bahwa kepala ane pasti terbentur lagi. Motor Revo ane sudah tersungkur di jalanan. Jujur rasa sakit yang ane rasakan di sekujur tangan kanan malam itu adalah rasa sakit terdahsyat yang pernah kurasakan.😭


Gambaran tulang-tulang ane yang terkena efek kecelakaan.
SUMBER : Disini (dengan modifikasi)

Tidak butuh waktu lama ane langsung dikerubungin orang-orang. Ane inget ane dinaikin becak untuk dibawa ke RS terdekat dari situ, yakni RS Soeradji Tirtonegoro. Dan sewaktu ane mau dinaikin becak ini baru ane sadar, bahwa di tempurung lutut kanan ane ada luka/lecet yang sampai kelihatan d**ingnya saking lukanya begitu dalam, dan itu SAKIIIIITTTT nya minta ampun. Ane sampai nggak bisa jalan posisi tegak πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜­. Dan di sepanjang jalan naik becak ke RS tak hentinya ane menangis dan meringis karena rasa sakit yang benar-benar dahsyat ini. 

Perjalanan yang hanya 200 meter itu seperti berlangsung selamanya. Ane segera diturunkan di depan UGD dan langsung disambut meja pasien yang ada rodanya itu. Saat itulah ane sadar ternyata DAGU ane sobek besar banget dan jaket depan ane sudah merah basah oleh darah yang menetes dari dagu 😭😭😭. Ane benar-benar nggak menyadari ini sebelumnya karena pikiran ane teralihkan oleh rasa sakit di tangan dan dengkul yang luar biasa ini 😭😭😭.

Ane segera diderek ke UGD dan disitu 2 suster langsung menangani ane. Hal pertama yang mereka lakukan adalah membersihkan luka-luka ane yang di tangan, jari serta dengkul. Saat itu ane sudah berpikir yakin 100 % ini tulang pengumpil/tulang hasta/tulang jari tangan ane pasti salah satu sudah ada yang patah karena tertimpa motor. Kepala ane juga ada yang terbentur. Ane benar-benar pasrah kalau memang malam itu ane sekarat terus mati. Benar-benar pasrah....

Sembari menunggu kedua suster itu menyiapkan peralatan jahit untuk menjahit dagu ane, ane mulai memikirkan beberapa hal untuk memastikan ane tidak amnesia atau kehilangan ingatan. Karena helm yang terlepas sudah pasti kepala ane ikut terbentur.

'Namaku Galuh Pratiwi. Aku kuliah di Teknik Geologi UGM. Rumahku di Solo. Ya ampun, semoga aku nggak amnesia....'

Kedua suster tersebut selanjutnya menyiapkan jarum dan benang untuk menjahit luka ane di dagu. Ane tidak ingat pasti apakah ane dibius atau tidak, tapi sepertinya tidak. Karena mereka mulai menjahit sobekan di dagu ane secara perlahan. Tidak udah ditanya rasanya.. ngilu... ngeri.. apalagi setiap jarumnya ditusukkan ke dagu dan benangnya ditarik. 

Selesai dijahit, rasa sakit di tulang pengumpil/tulang hasta di kanan ane semakin menjadi-jadi saja. Ane meringis-ringis dan rasanya mau pingsan saking sakitnya πŸ˜­. 

"Suster... mohon kasih saya obat pereda rasa sakit suster.. Huhuhu.. Sakit sekali saya tidak tahan suster," kataku memohon ke kedua suster tersebut.

Rasanya emang benar-benar mau pingsan.

"Iya..sabar ya mbak.. ini di rontgen dulu," kata Si Suster menenangkan ane.

Ane udah mau nangis rasanya. Saat itu ane tidak kepikiran mengabari orangtua ane di Solo karena ane tidak mau mereka panik, dan terburu-buru ke Klaten padahal  hari sudah cukup gelap. Ane berpikir ane harus bisa mengatasi ini sendiri sampai ane pulang Solo.

Sesaat kemudian ane pun dibawa ke ruang rontgen untuk dilakukan rontgen di tangan kanan ane. Ane sudah berpikir 100 % dengan tingkat kesakitan seperti ini, pastilah ini ada yang patah. Entah tulang pengumpil/hasta/jari-jari tangan. Ane sudah pasrah kalau memang harus operasi. Rontgen hanya berlangsung selama kurang lebih 10 menit dan setelahnya ane sudah ditidurkan lagi di UGD. Ane hanya tergeletak diatasnya dengan perasaan pasrah.

'Sial banget nasibku malam ini... aku hanya mau pulang Solo.. Kenapa harus seperti ini..,' rintihku.

Satu hal yang ane nggak sadari, ternyata sedari tadi ane dimasukkan UGD, masih ada 1 orang bapak-bapak yang peduli dan menunggui ane dari tadi. Ya ampun...spechless pak.. Aku pikir dari tadi aku sudah sendiri. Tiba-tiba dia datang.

"Mbak.. ini pemeriksaannya sudah selesai," kata Bapak tersebut.

"Iya bapak.. terimakasih sekali bapak. Apa tangan saya ada yang patah ya pak?" jawab ane sembari masih menahan sakit.

"Tangannya baik-baik saja kok mbak. Oiya mbak, ini kalau hanya periksa saja saya bisa bayar. Tapi ini ada biaya rontgen juga mbak 500ribu. Apa nggak sebaiknya mbak ngabarin orangtua saja biar datang kesini?" tanya bapak itu dengan sabar.

"Tidak perlu pak. Tidak apa-apa. Oiya pak ini saya ada ATM, didalamnya ada uang 900ribu. Minta tolong bapak ambilkan bisa nggih," kata ane. Ane udah pasrah aja gan.

Bapak itu terlihat agak ragu, tapi kemudian mengiyakan.

"Iya mbak. Tapi mbak percaya saya ya ini," jawabnya.

"Iya pak saya percaya. Ini Pinnya pak ******," kata ane.

Selanjutnya bapak baik tersebut pergi untuk mencari ATM dan ane kembali merenungi nasib sial ane malam itu. Sakit di tangan ane sudah berkurang 10 %, namun masih membuat ane meringis-ringis.

Sesaat kemudian bapak baik itu telah kembali, dan telah menyelesaikan seluruh pembayaran ane di rumah sakit menggunakan uang ane yang diambil dari ATM. Pembayaran tersebut meliputi biaya pemeriksaan, biaya njahit dagu yang sobek, biaya rontgen dan biaya obat yang habisnya seingatku hampir 700 ribuan.

Sesaat kemudian ane telah diperbolehkan keluar dari Rumah Sakit karena sudah cukup stabil, meski ane masih nggak bisa jalan dengan 2 tumpuan kaki karena dengkul yang luka cukup dalam.

"Ini kemudian bagaimana mbak? Mbak tidak mau menghubungi ortunya?" kata bapak baik itu lagi dengan sabarnya.

"Tidak usah pak.. Tidak apa-apa.. Saya naik bis saja pak. Bisa minta tolong sekali lagi antarkan saya ke tempat pemberhentian bis pak?" Jawab ane.

"Jangan naik bis mbak. Mari saya antarkan saja ke tempat pemberhentian travel," kata bapak baik itu sembari mempersilahkan ane naik ke boncengan motornya. Ane benar-benar kesulitan saat naik motor gara-gara sakit di dengkul ini. Motor Revo ane sendiri, ane tinggalin di area parkir RS Soeradji.

Sewaktu jalan untuk ke tempat pemberhentian travel ini tiba-tiba Bapak Baik lihat ada travel yang sedang melaju. Dan dengan semangatnya dia segera ngejar travel itu πŸ˜©πŸ˜©. Dia sampai teriak ke supir itu sewaktu jarak agak dekat, supaya ane bisa segera naik. Eh tapi ternyata gak terkejar. Benar-benar orang yang baik. 

Setelahnya kami menunggu travel berikutnya dan akhirnya ane sukses dinaikkan. Ane mengucapkan beribu-ribu terimakasih ke bapak baik itu sebelum kami berpisah. Benar-benar orang yang baik. Ane hanya tertidur sambil terpejam. Tidak mau mengingat kejadian hari ini. 

1 jam kemudian, ane telah mendekati Solo dan rumah ane. Ane segera minta untuk diturunkan di Fajarindah dan darisana ane naik becak untuk sampai ke rumah ane saat itu yakni di Griyanusa. Sampai di rumah baruuuuulah ortu ane tau kalau ane habis kecelakaan. Wkwk. Langsung deh heboh, ane ditanya ini itu kronologinya. Ane jelaskan dengan gamblang sebelum akhirnya ane disuruh izin kuliah lagi 1 minggu untuk pemulihan.

Hhhh.... benar-benar pengalaman yang mengerikan !

Solo, 7 Juli 2020
Cacat Permanen di Jari

Well, sudah 8 tahun yang lalu ya ! Tapi ane memang masih mengingat kejadian itu dengan cukup detail. Kejadian 8 tahun silam itu juga meninggalkan cacat permanen di jari tengah tangan kanan ane, karena sejak saat itu menjadi miring, tidak bisa ditekuk ke bawah secara maksimal. Well, meskipun itu tidak mempengaruhi keseharian ane sih, tidak terlihat juga kalau cacat. Tapi ketika dipaksa tekuk maksimal jadi kerasa banget sakitnya, bahkan sampai sekarang.
Kenampakan jari tangan tengah yang normal (tangan kiriku)

Kenampakan jari tangan tengah yang sudah ada pergeseran (tangan kananku)

Karena ada pergeseran tersebut, tangan ane sudah tidak bisa ditekuk maksimal. Hanya segitu aja dan membentuk sudut miring.

Balik ke 2012, sebenarnya ane sudah 'merontgenkan ulang' jari-jari tangan kanan ane di RS di Solo. Tapi karena kebetulan saat itu yang rontgen dokter umum, jadinya dia tidak terlalu mengerti, karena aku disuruh kontrol balik lagi sewaktu dokter tulangnya masuk. Katanya ada sedikit pergeseran, tapi bukan patah. Alamaak !

7.06.2020

Jogja, 2 Juli 2020 : Hari Kedua di Jogja, Mampir ke Kaliurang.

Entah kenapa malam kemarin ane benar-benar nggak bisa tidur. Jam 23 memang ane udah kerasa banget ngantuk, tapi waktu ane tidurin kok tiba-tiba ngantuk itu hilang. Padahal Hotel Sagan Yogyakarta ini bisa dibilang nyaman banget. Tapi kok malam kemarin ane merasa bantalnya ketinggian 😁😁. Mungkin karena leher ane yang pegel aja. 

Akhir-akhir ini ane emang lagi mendamba banget yang namanya dipijet urut. Tapi harus diurungkan dulu karena masih masa pandemi kan, gak bisa sembarangan dekat dengan orang. Akhirnya ane hanya memberi leher ane minyak aromaterapi yang panas, dan mencoba tidur setelahnya. Aku baru bisa tertidur setelah subuh, jam 04.30, untuk kemudian terbangun lagi jam 07.30. Kepala ane masih agak puyeng-puyeng aja, tapi aktivitas harus segera dimulai.

Pagi ini kami awali dengan sarapan Nasi Soto Kwali yang berjarak 5 kiloan dari Hotel Sagan. Awalnya sih bapak ane ngasi ide makan aja di Warung yang ada di depan Hotel Sagan. Namun akhirnya niat itu diurungkan karena di warung itu banyak banget orang, serta ternyata menunya Nasi Soto Surabaya ! Yah, ane sih gak terlalu cocok ya gan. Karena soto Jawa Timuran itu mostly kuahnya butek, nggak kuah bening kayak soto Solo/Jogja. Akhirnya ane ngusulin cari tempat makan yang lain naik mobil aja. Dan dapatlah kita di Soto Kwali yang berjarak +/- 5 km dari Hotel Sagan. Asiikkkk... Nostalgia lagi di pagi hari.

Setelah mengemudikan mobil sejenak ke arah Kota Jogja, akhirnya ketemu juga itu warung soto. Namun lokasinya itu kurang enak banget gan, di pinggir perempatan. Ane dan bapak ane sempat (lagi-lagi berdebat) karena masalah parkir. Ane sih merasa santai-santai aja. Parkir ya tinggal parkir dipepetin aja. Tapi bapak ane ni kuatirannya setengah mati.🀣🀣🀣

Akhirnya kami pesan soto kwali dan es teh (aku). Entah kenapa pagi ini perasaan ane merasa bahagia dan ringan. Mungkin memang beberapa memori nostalgia itu tidak bisa ane penuhin sekarang, tapi dengan berada dekat di Kota Jogja ini saja sudah membuat ane bahagia. 
"Wah nggak cocok aku Luh, rasanya kayak ada campuran jamunya," kata ibu ane lirih waktu merasakan kuah sotonya untuk pertama kali.

"Aku cocok ii, enak kok," kata ane ke ibu ane.

Kita berbincang sambil terus makan. Ane sendiri tidak terlalu merasakan "rasa jamu" yang ibu ane maksud. 

"Tapi lama-lama enak juga kok," kata ibu ane lagi setelah beberapa suapan.

"Hahaha, yaudah dihabisin aja ma..," ane hanya ketawa aja.

Saat sedang makan dengan khidmat inilah tiba-tiba ane mendapatkan kabar buruk. Hari ini salah satu pekerjaanku (dokumen tambang) kan seharusnya presentasi di Surabaya sana. Nah karena lagi di Solo/Jogja, ane udah minta tolong konsultan lainnya (dengan fee) untuk menggantikan ane presentasi dulu. Dan katanya pas presentasi itu udah selesai dilakukan, ke depannya bakal dilakukan presentasi ulang, karena katanya peta topografi ane tidak sesuai kondisi lapangan 🀨🀨🀨. Mereka menganggap peta topografi mereka yang paling benar. Apa dasar mereka ngomong begitu? Padahal kedua peta topografi ini (peta dia dan petaku) sama-sama dibuat dari data online. Kok bisa merasa mereka paling benar?? Mereka bilang karena peta topografiku salah, maka di dalamnya juga akan salah semua. Dan itu dikatakan setelah presentasi sudah selesai dilaksanakan 🀐🀐🀐🀐🀨🀨 pffffffftttttt.

Kabar itu membuat ane badmood seketika. Ane langsung telfon klien ane untuk meminta maaf dan berjanji untuk segera memperbaikinya. Wtf. Benar-benar merusak mood ane yang sebelumnya masih bahagia banget. Untungnya klien ane bisa mengerti situasinya. 

Akhirnya setelah selesai makan, kami pun beranjak kembali ke Hotel Sagan untuk bersiap check out. Pikiran ane masih agak badmood, tapi ane berusaha menguasainya. 

'Udahlah... Ane nggak punya pilihan lain selain memperbaiki peta-peta tersebut dan melakukan presentasi ulang. Ini liburan keluarga yang jarang banget bisa terjadi, apalagi semasa pandemi. Lebih baik ane tetap ceria saja. Revisi pikir nanti lah,' pikir ane.

Sampai Hotel Sagan kembali, karena masih jam 11 siang, kami sempat nyantai-nyantai kembali di kamar. Paling nggak check out jam 12 lah biar gak rugi 😁😁. Disitu ane sempet usul gimana kalau kita jalan lagi ke Kebun Buah Mangunan di Bantul, kan belum pernah tu. Tapi belum-belum bapak ane udah menanyakan kondisi jalannya,

"Tapi ojo sing dalane koyo wingi lo. Goleko sing dalane biasa wae. Aku ki nduwe tanggungan Gavriel iki," katanya.

Ane memang belum tau sama sekali medan jalanan ke Kebun Buah Mangunan itu kayak apa.

"Yowis negnu ning Kaliurang wae. Aku yo durung ngerti kondisi jalane og," jawab ane.

"Yowis iyo ngono wae," tambah bapak ane.

Padahal sebenarnya ane pengen ke Kebun Buah Mangunan lo. Tapi ane males berdebat aja. Yasudah, Kaliurang juga tidak kalah enaknya kok. Lagipula kalau dipikir udah lama juga sejak terakhir ane kesana.

"Meh nyetir opo?" Tawar ane ke bapak ane. Kebetulan karena kurang tidur stamina ane rada kurang gitu. Lagipula juga supaya metode nyetir ane nggak diprotes-protes bapak ane terus.

"Wis kowe wae. Aku gak mudeng jalane og," jawab bapak ane.

"Gampang kok. Ki tinggal ke arah UGM terus luruuus wae wis Jalan Kaliurang," jawab ane lagi.

"Wis kowe wae, gak wani aku," jawab bapak ane lagi.

Yaudah akhirnya ane nyetir lagi. Si Kia Rio kubawa perlahan meninggalkan area Sagan yang penuh kenangan menuju UGM dan setelahnya lurus menuju Jalan Kaliurang. Di Jalan Kaliurang km 5,5 , ibu ane sempat berhenti mampir Indomaret untuk beli minuman dan snack. Ane hanya menunggu di mobil sambil memutar playlist lagu jadulku, Kehadiranmu, yang dicover sama Tereza. Entah kenapa kok suaranya empuuuk banget dan lagunya pas dengan suasana hati.

"Hadirnya dirimu...
Berikan suasana baru..
Kau mampu tenangkan aku..
Disaat risau dalam hatiku...

Lembutnya sikapmu..
Meluluhkan hati ini..
Terbuai aku terlena..
Oleh dirimu.. oleh dirimu..

Jantungku berdebar..
Saat engkau ada di dekatku..
Mungkinkan diriku..
Telah jatuh cinta pada dirimu..

Sebisa diriku...
Mencoba untuk melupakanmu..
Namun kutak bisa..
Kau pun selalu ada..
Dalam hidupku.."

Ane menyanyikan lagu Kehadiranmu itu dengan syahdu di dalam mobil sampai akhirnya ibu ane selesai belanja minuman dan snack. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi ke Kaliurang. Perjalanan sejauh +- 20 km berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Dalam waktu kurang dari 1 jam kami telah mendekati area Telaga Putri Kaliurang.

"Rumah hantu, aku mau ke rumah hantu," kata Gavriel dari kursi belakang.

"Rumah hantu sing endi sih?" Tanya ane penasaran. Ane emang pernah lihat youtuber Joe Kal eksplore rumah hantu di Kaliurang ini. Namun apakah bener itu?

"Sik tak coba google map sik," kataku. 

Namun setelah google map, ane tidak menemukan keyword "rumah hantu" di sekitar Kaliurang sini. Mungkin itu memang hanya sebutan warga sekitar aja. Bukannya resmi disebut "wisata rumah hantu" gitu.

"Gak eneng ki. Gak usah ya. Langsung telaga putri wae," jawab ane.

Gavriel terlihat tidak protes. Ya udah ane lanjut jalan aja. Eh beberapa saat jalan, ane lihat rumah kuno di kanan jalan.

"Eh, eh, apa itu rumah hantunya??" Tanya ane penasaran. Siapa tau Gavriel atau ibu ane udah tau bentuknya kan.

"Gak ngerti juga aku luh," kata ibu ane sambil melihat ke arah yang ane tuju.

"Haha yowis. Itu palingan cuma sebutan masyarakat sini aja, bukan tempat wisata," jawab ane sambil terus mengarahkan mobil ke Telaga Putri.

"Nanti aku tak beli jadah sik di Telaga Putri. Semoga buka," kata ibu ane ketika Si Kia Rio semakin mendekati Telaga Putri.

"Iyo mah, tapi kayane gak buka ee. Ini aja masih sepi banget, " kata ane sambil mengarahkan si Kia Rio ke parkiran.

"Eh bukak ternyata !" Kata ane dengan antusias. 

Memang saat itu ada 2 penjual oleh-oleh makanan (jadah, tempe bacem) yang buka gan. Ibu ane langsung eksekusi dengan membeli 20 jadah. Setelahnya, kami pun memutuskan ngopi di warung-warung atas yang terlihat juga sudah mulai buka. Ane pesen kopi susu dan emping. Sementara Gavriel dan bapak ane terlihat jalan-jalan dan foto-foto dibawah. Ane ngobrol-ngobrol santai sama ibu ane.

Kami menghabiskan waktu di Kaliurang sampai sekitar jam 2 siang, karena langit udah mulai mendung juga. Akhirnya kami pulang Solo lewat jalan alternatif, setelah ibu ane sempet beli pisang di daerah Pakem. Sekitar sampai Prambanan, ane minta bapak ane untuk gantian nyetir karena mata ane udah berat banget. Udah nggak mampu fokus ke jalanan karena kurang tidur. 

Perjalanan dari Jogja ke Solo berlangsung dengan lancar. Kami sampai di Solo sekitar jam 4 sore. Sampai di Solo, kami pun langsung tepar istirahat semua. Malamnya ane ngegrab lauk Tongseng ayam + kambing karena udah mager banget mau keluar lagi. Pengalaman yang menyenangkan. 

7.05.2020

Jogja, 1 Juli 2020 : Sekeluarga ke Kebun Teh Nglinggo, Kulonprogo

Rabu,1 Juli 2020
Lima hari sejak ane pulang ke Solo sejak Covid 19, udah gatel aja ngajak keluarga ane jalan. Boseeen aja gitu gan rasanya kalau hanya di rumah aja.

Setelah browsing sejenak, lihat postingan temen lama ane di Instagram, ane terinspirasi untuk mengunjungi Kebun Teh Nglinggo di Kulonprogo. Soalnya kok emak ane lagi lagi, dan lagi lagi ngajaknya ke Tawangmangu. Liburan sejak bertahun-tahun yang lalu kok tujuannya pasti ke Tawangmangu :D :D . Untungnya emak dan bapak ane setuju. Terutama bapak ane yang suka kuatiran. Ane sih bilang ke bapak jalan ke Kebuh Teh Nglinggo itu belak-belok biasa kok, nggak ekstrim hehehe. (Padahal ane sendiri sama sekali belum tau rutenya kayak apa).

Jam 08.00, akhirnya kami berempat - ane, ibu ane, bapak ane dan gavriel keponakan ane - berangkat dari Solo menggunakan Kia Rio Matic 2012 kesayangan ane, ane yang nyetir. Rute yang kita lewati adalah Solo - Depok - Sleman - Nglinggo. Sebenarnya bisa lewat Boyolali sih gan google map juga nyaranin lewat situ. Tapi kenapa lewat Jogja? 

Jawabannya adalah..... ntah kenapa kok ane lagi pengen banget yang namanya NOSTALGIA dengan sepanjang jalan kenangan Solo - Jogja - Solo gan. Nostalgia semasa kuliah, dan semua kenangan yang ada di dalamnya. Rasanya lagi pengeeeen banget melewati jalanan yang dulu sering kulewati semasa kuliah. Melewati jalanan yang dulu aku bercengkerama dengan teman-teman dan sahabatku. Jalanan yang dulu aku mampir ke warnet dan ngerjain tugas. Kosan lamaku, burjo lamaku tempat aku biasa makan nasi telur dan nasi sarden hehehe.

Kami sempat mampir ke Sop Ayam Pak Min Klaten untuk sarapan. Aku pesan sop ayam paha atas dan ibu, bapak, serta Gavriel pesan sop biasa. Oya sepanjang jalan pas nyetir ini ane sering kesel sama bapak ane, soalnya orangnya gak percayaan banget kalau disetirin orang. Kata-kata, 

"Awas !"

"Kunci pintunya!"

"Riting."

"Jalan di jalur kiri aja."

"Pelan-pelan aja."

Dll itu-ituuuu aja sepanjang jalan diulang-ulang. Kan ane yang supirnya merasa risih aja wkwk. Bukannya ane merasa jumawa nyetir sih gan. Tapi kalau agan yang di posisi ane, pasti kerasa lah. Gak enak banget nyetir sambil diatur-atur gitu. Mana bapak ane tu gak bisa nyantai gitu gan disetirin. Pandangannya selalu was-was kedepan. Kan ane pengennya ya keluarga ane itu seneng-seneng, santai, menikmati perjalanan gitu gan. Tapi memang sepertinya traveling gaya Road Trip gini memang bukan gaya bapak ane. 

Selesai makan, kami pun melanjutkan perjalanan kembali ke kota penuh kenangan itu, Kota Jogja. Dari Sop Ayam Klaten ke Kota Jogja kutempuh selama 1,5 jam. Oya, sewaktu melewati Rumah Sakit Soeradji Tirtonegoro di Kota Klaten, otak ane kembali bernostalgia kenangan 8 tahun silam (September 2012), sewaktu ane kecelakaan tunggal motor disini. Nanti akan ane ceritakan di part lain yang khusus itu ya. Hihi. Ane masih cukup ingat lo kejadian detailnya.

Mendekati Kota Jogja, google map-ku mengarahkan melewati Jalan Ring Road Utara, karena langsung akan ditembuskan ke arah Samigaluh, Kulonprogo. Lagi-lagi otakku diserbu gelombang kenangan. Karena jalan Ring Road Utara ini adalah salah satu jalan yang paling sering ane lewatin kalau mau pulang ke Solo. Mengenang masa-masa perjuangan itu :) .

Nyetir terus di sepanjang Ring Road Utara, sampailah ane di cabang Ring Road yang kalau ke kiri ke arah Wates/Purworejo, sedangkan kanan ke arah Magelang. Kalau ke arah Samigaluh kan seharusnya ane ambil yang cabang kiri ke Wates/Purworejo. Eh ane salah ambil yang ke arah Magelang. Alhasil kami diarahkan Google Map melewati jalan alternatif tembusan ke Samigaluh yang lewat jalan-jalan sempit. Wajah bapak ane sudah tegang aja ni di sepanjang jalan, lihat ane dengan begitu lincahnya nyetir ke kanan, banting kiri, lambung kanan, klakson, ngerem, belok tajam, wkwkwk.

Akhirnya, setelah melewati jalan tembusan itu beberapa saat, sampailah kami mendekati Kebuh Teh Nglinggo, namun untuk masuk ke arah Kebun Teh kalau ngikutin google map kok jalannya naik curam banget. Akhirnya ane lurus aja terus untuk menemukan jalan yang agak landai. Sempat kebingungan beberapa saat sebelum bapak ane turun untuk nanya orang setempat mana jalan paling aman dan landai yang bisa dilewatin.

"Kayak gitu itu nanya dulu. Lurus aja terus sampai nemu pertigaan, nanti belok kiri terus lurus aja," kata bapak ane. Nadanya udah agak emosi aja nih gan, karena sebenarnya dia tu paling nggak suka wisata ke jalan-jalan yang ekstrim gini hahaha.

Ane ngikutin arah yang ditunjukkan bapak ane dan mulai masuk jalan yang menuju Kebun Teh Nglinggo. Dan...... ternyata jalannya itu gan........bagi bapak ane bisa dibilang super ekstrim !!! Hahaha. Jalanan hanya selebar +/- 3 meteran, aspal batu, muter-muter dan naiik-naiik terus non stop. Ane 90% menggunakan gigi 1 disini. Bahkan sempat ada tikungan naik yang Kia Rio sudah maksa maksimal, sudah gigi 1 tapi hampir tidak kuat (tapi ane yakin masih bisa teratasi). Kalau bagi ane sih, jalan ini tingkat seremnya 8 dari 10. Serem, tapi belum sampai membuat ane bergidik atau nggak berani menjalaninya.

"Wis! Kapok aku !" Kata bapak ane dengan kesal meihat kondisi jalanan yang naik-naik dan mutar-mutar tanpa henti.

Ane yang lagi konsentrasi nyetir pun agak emosi,

"Yowis to, lain kali nggak usah ikut. Wong aku ki yo pergi-pergi sendiri gpp," kataku dengan sengit. Sebenarnya ini ungkapan emosi aja, ya ane tetep pengen pergi sekeluarga.

"Aku iki yo senenge dolan, main kesana kemari. Kalau di Jawa Timurpun aku sering pergi ke Tulungagung, Trenggalek, Mojokerto, Lumajang, Situbondo, Sampang, semuanya nyetir sendiri. Kalau di Solo cuma suruh di rumaaaah aja ya aku bosen," kataku lagi agak sedikit emosi.

Yah ane nggak bisa nahan emosi aja gan. Maksud ane ngajak mereka jalan kan supaya mereka seneng, dan apapun halangan yang kita hadapin di depan, seharusnya kan diselesaikan bersama. Entah saling mengarahkan, entah saling membantu solusinya, bukan hanya menyalahkan dan malah marah. Pffffttt...Lagipula ane cukup percaya diri nyetir di jalanan ini, itu karena ane sudah sering mobilan di jalanan Jawa Timuran yang banyak bus serta truk. Selain itu jalanan ke lokasi tambang juga biasanya kecil-kecil dan berbatu. Tapi bapak ane memang tingkat ketakutannya sudah terlalu berlebihan.

Akhirnya, setelah putaran dan naikan jalan entah keberapa, sampaiiii juga kami di area parkir tempat wisata Kebuh Teh Nglinggo. Huaaaah lega ! Ane sih sebenarnya biasa aja ya. Tapi ane benar-benar nggak nyaman dengan reaksi bapak ane menghadapi jalanan kayak gini. Wajahnya terlihat tegang dan agak marah karena ketakutan. Apakah mungkin bapak ane ada fobia sama naik mobil di jalanan berliku ya?

Akhirnya ane, ibu ane dan Gavriel pun turun dan duluan santai-santai di warung. Ane segera pesen mi ayam, mendoan, sama teh panas. Ibu ane dan Gavriel pesan menu lain. Bapak ane terlihat masih rokokan di tempat parkir, mungkin masih shock dengan jalanan barusan dan udah memikirkan 'ngerinya' jalan balik nanti versi dia Wkwkwk. Kalau ane sih biasa aja, dan menikmati suasana. Kondisi udara terasa lumayan segar. Ane tiduran sambil menikmati suasana.
"Bu, kebun teh ini bagian lereng gunung apa nggih? Merbabu?" tanyaku ke ibu pemilik warung sewaktu dia mengantarkan makanan.

"Bukan mbak, bukan Merbabu," jawabnya.

"Perbukitan Menoreh ya Bu?" tanyaku lagi.

"Nah iya mbak, Menoreh ! Monggo nggih."katanya sambil menyerahkan mi ayam dan mendoanku. Aku memakannya dengan cukup nikmat.
Sesaat kemudian, Alhamdulillah ketegangan bapak ane sudah cair dan akhirnya kami berjalan ke arah hamparan kebun teh di atas sana. Disana kami habiskan dengan foto-foto. Gavriel terlihat semangat banget foto-foto, pakai kacamata hitam 'gagang satu' yang kubawa dari Solo. Wkwk. Gagangnya coklek 1, untungnya yang satunya masih bisa nyangkut di telinga.

Setelah puas foto-foto di spot tersebut, akhirnya kami pindah ke spot yang lebih tinggi. Kami harus berjalan mendaki sekitar 200 meter. 

Spot kedua inilah ada tulisan "Kebun Teh Nglinggo", dan ketika masuk lebih dalam, ada beberapa spot foto yang anglenya sangat cantik. Gurat-guratan Perbukitan Menoreh terlihat kehijauan dan sangat mempesona. Kami menghabiskan waktu beberapa saat disini.
Setelah puas menikmati keelokan dan kesegaran Kebun Teh Nglinggo, lagipula sudah agak mendung, akhirnya jam 15.00 ane usulkan kita turun ke Kota Jogja sudah. Rencana kami malam itu adalah nginep semalam di Kota Jogja, daerah Malioboro. Karena kok capek banget rasanya kalau langsung pulang ke Solo malam ini juga. Lagipula, ane belum puas bernostalgia dengan Kota Jogja secara lebih detail. Untungnya pas perjalanan pulang dari Kebun Teh Nglinggo kembali ke Kota Jogja, bapak ane tidak terlalu cerewet. Memang sih, wajahnya masih tegang, was-was dan suka mengarahkan, tapi tidak terlalu semarah pas berangkat tadi. Perjalanan pulang berlangsung dengan lancar dan cukup cepat. Setelah browsing sejenak, ane putuskan tidak jadi nginap di Hotel sekitar Malioboro karena harganya mahal banget. Semalam bervariasi antara 700ribu sd jutaan. Sayang aja duitnya. Browsing lebih lanjut, ane menemukan hotel yang lumayan bagus dan luas.

Hotel Sagan Yogyakarta. Itulah nama hotel tempat kami akan nginap malam ini. Nama yang tidak asing bagi ane. Karena....Sagan itu kan daerah dimana mantan kosan ane pas pertama kali kuliah di Jogja gan. Kebetulan banget dapat hotel disini, sempurna deh nostalgia ane. Kos dengan segala macam kenangannya yang campur aduk disana. Awwwhhhh rasanya gimanaaa gitu ! Kebetulan Hotel Sagan Yogyakarta hanya berjarak 100 meteran aja dari mantan kosan ane itu gan.
Malam itu setelah mandi dan beristirahat sejenak, kami sempat muter-muter Kota Jogja. Si Kia Rio kuarahkan dari Hotel Sagan - menuju Malioboro - menuju Alun2 - menuju Museum Dirgantara - menuju Stasiun Lempuyangan. 
"Aku wes lupa ee jalan ini," kata ane berkali-kali. 

"Mungkin kowe wes pernah lewat. Hanya lupa aja," sambung ibu ane.

"Iyo, terakhir kapan to kowe?" Sambung bapak ane lagi.

"2015. Berarti 5 tahun yang lalu," jawab ane setengah bernostalgia.

Tapi jujur emang udah banyak banget jalanan di Jogja ini yang ane benar-benar lupa gan. Mungkin ane memang pernah lewat, tapi untuk kenangan pastinya benar-benar lupa. Dulu ane harusnya bikin jurnal ginian tiap hari ya gan, biar gak lupa sedikitpun momen penting ! Karena jurnal pas kuliah (selama 2010-2015) dan jurnal selama kerja di C**B N***a Jakarta (April 2015 sd Juni 2015) adala 2 jurnal favorit ane. Karena disitulah semua perjuangan ane berawal, dari mulai bermimpi, dapat beasiswa, pernah broke, benar-benar broke parah nggak punya uang sama sekali.

Awalnya kami berencana akan makan Bakmi Jawa di depan Stasiun Lempuyangan. Bakmi Jawa itu adalah favorit ibu ane sejak 5 tahun yang lalu, dimana ibu ane setiap ke Jogja jenguk ane selalu makan disini. Namun ane pesimis warung itu masih ada, karena seingat ane terakhir ane dan ibu ane kesitu, itu warung udah nggak ada. Akhirnya kita memutuskan makan nasi goreng di warung depan Hotel Sagan. Ane masih inget banget, warung ini udah ada sejak zaman dulu kala ane ngekos, cuma seinget ane nggak pernah makan disini. Malam itu kami makan nasi goreng seafood.

Malam itu sempar diperibet dengan pencarian 'pampers' untuk Gavriel yang susahnya minta ampun. Kota Jogja memang tidak Lockdown, PSBB, atau semuanya ya, tapi kebanyakan supermarket ternyata udah tutup dari jam 9 malam. Alhasil sehabis makan kami mencari pampers kesana kemari tanpa hasil. Bapak ane akhirnya kepikiran buat minta tolong ojek online yang banyak berseliweran di sekitar warung. Tarifnya tentu aja jadi abu-abu. Ane sendiri sempat ragu bilang iya pas bapak ane ngusulin itu, takutnya ya, ditarif seenaknya gitu ! Eh beneran donk, pas akhirnya dia dapat pampers, dia mematok jasanya nyari aja itu Rp 50.000, sementara pampersnya sendiri Rp 48.000. Bapak ane terlihat agak gelo, tapi ane ingetin. 

"Itu idemu loh," kata ane nahan ketawa😁😁. Mana pampersnya akhirnya salah, pampers dewasa. Ibu ane akhirnya memodifnya menjadi pampers anak. Disobek sana sini.

Dan ternyata pas dipasangin ke Gavriel, semalaman dia gak ngompol. Padahal biasanya kalau di rumah ngompol banyak-banyak lo 🀣🀣🀣🀣. Seratus ribu hilang sia-sia wkwk.
Malam itu entah kenapa ane menjadi susah tidur. Ane akhirnya baru bisa tertidur setelah subuh jam 04.30 pagi. Zzzzz.  Hari ini benar-benar melelahkan.

Hari Esoknya : Disini