Surabaya, 14 Januari 2020
"Terimakasih ya Pak..", kataku ke Babang Grab sembari menyerahkan selembar limapuluh ribuan.
"Ini kembaliannya mbak," jawab Babang Grab. Angka pada aplikasi dengan rute Togamas - Bandara Juanda memang hanya menunjukkan tigapuluh delapan ribu rupiah.
"Ambil saja pak. Makasih banget ya. Hati-hati pak," jawabku sambil bergegas mengatur posisi tas dan tentengan untuk bersiap masuk ke pintu keberangkatan.
"Wahh makasih banget ya mbak. Hati-hati juga," kata Abang Grab sambil berlalu.
Aku segera masuk ke pintu keberangkatan dan melakukan check in di konter Lion Air. Ya.. malam ini aku akan terbang ke Makassar, sebelum besok siang lanjut ke Bau-Bau menggunakan Wings Air. Perjalanan yang cukup mendadak, tapi sangat kuinginkan saat itu.
Surabaya - Makassar
Makassar-Baubau
Selesai check in, aku segera menuju gate keberangkatan. Karena masih ada waktu 1,5 jam sebelum boarding, aku sempatkan makan bakso di area depan gate. Ntah kenapa.. perasaan nyaman begitu menyelimutiku ketika melakukan aktivitas di bandara, baik itu ketika makan, nunggu boarding, bahkan ke toilet sekalipun *lebay. Semangkok porsi bakso meluncur dengan begitu lancarnya ke perutku sebelum aku menyadari waktu boarding sudah dekat, bahkan hampir terlewat. Wkwk. Dasar odong. Untung aja gak ketinggalan pesawat gara-gara makan bakso. Aku segera lari-lari ke gate keberangkatanku dan bersyukur masih ada beberapa orang yang antri untuk penerbangan ke Makassar.
Perjalanan pesawat malam berjalan dengan lancar dan mulus. Turbulensi ada tapi hanya goyangan kecil dan tidak terlalu menakutkan. Pukul 00.30 aku sudah mendarat di Bandara Hassanudin Makassar dan menyadari 1 hal.
Pikiranku pertama sebelum mendarat Makassar adalah, aku akan terus ke zona transit, terus aku akan tidur di area zona transit. Kebetulan disitu di dekat GATE 5 memang ada area istirahat dengan bentuk sofa-sofa yang memanjang. Ane hafal banget karena dari April 2018 sd Januari 2019 ane sering melakukan perjalanan Surabaya-Ternate menggunakan Sriwijaya Travel Pass. Perjalanan ke Ternate memang mengharuskan kita lay over di Area Transit Bandara semaleman.
"Eh ladalah... Tiketku ini kan bukan tiket transit ya! Aku kan belum punya Boarding Pass penerbangan Makassar - Baubau. Ehhhh berarti aku nggak bisa masuk zona transit. Trus aku harus tidur dimana nih malam ini?? Dohhh mana lumayan capek lagi," aku menyadari kebodohanku sembari berjalan keluar dari pesawat.
Aku memang beli tiket terpisah gan, hari ini Surabaya-Makassar pakai Lion Air dan besoknya Makassar-Baubau pakai Wings Air.
'Piye ini?' pikirku sambil berjalan keluar menuju area kedatangan. Seperti yang ane duga, di area kedatangan hanya ada beberapa kursi memanjang, namun masih cukup ramai dan kulihat tidak ada orang tiduran. Feeling ane bakal susah ni malam ini.
Setelah merasa gabut hanya duduk-duduk aja di area kedatangan, sedangkan mau tiduran juga gak enak karena masih banyak orang kesana kemari, ane pun mutusin buat nyari makanan di gerai semacam KFC gitu. Rencananya sih kalau bisa pengen sambil tiduran gitu.
Setelah sampai...
Eh tapi ternyata disana sepi, cuma ada beberapa orang. Aku segera keluarin laptop. Rencana mau nyicil garap dokumen tambang Madura yang saat itu belum kusentuh sama sekali. Sepertinya karena ane kelamaan ngatur barang, salah satu pegawainya yang daritadi liatin ane terlihat berjalan menuju ke arahku. Mungkin mau negur supaya pesen. Dikiranya mungkin ane hanya mau duduk-duduk doank tanpa pesen π. Sebelum pegawainya sampai di ane, ane langsung berdiri menuju ke kasir untuk pesan beberapa makanan. Ane pesen kentang sama minuman berasa.
Males dengan tatapan pegawainya yang bentar-bentar lihat aku, serta beberapa lampu yang satu persatu mulai dimatikan (kuikir udah mau tutup), selesai makan aku pun beranjak pergi dari gerai ayam itu. Jujur aku bingung mau kemana. Aku sempet balik ke area kedatangan. Duduk geje lagi disitu beberapa saat. Aku sempet hampir nyerah dan tanya ke para supir bandara berapa biaya untuk ngantar ke kota, kalau nggak salah sekali jalan 100ribu.
Huft... Belum baliknya kesini. Belum hotelnya.. mahal banget...
Akhirnya aku tidak jadi mengambil option tersebut. Sayang duit ππ
Karena tiba-tiba baterai HP mau habis, aku pun pindah ke area basement (tempat para supir taksi nunggu penumpang). Disitu kebetulan aku lihat colokan nganggur. Aku ngecharge sambil main laptop, dan semakin lama... Mataku semakin berat. π
Ane paksa mata ini untuk tetap terbuka.. tapi alamak.. malam itu ane benar-benar ngantuk luar biasa. Beberapa kali kepala ane sudah terantuk-antuk ke bawah saking ngantuknya. Tapi ane tahan. Gak mungkin tidur disini, terlalu nggak safety. Dan selain itu, tidak nampak pula ada orang lain yang tidur disini. Pasti bakal dianggap aneh kalau tiduran.
Akhirnya ane hanya duduk-duduk sambil nunggu charge HP. Berjam-jam ane paksakan mata ini kebuka dengan facebookan ataupun menonton video-video youtube. Saat HP sudah lumayan keisi, ane putuskan naik ke area keberangkatan, mampir ke gerai Starbuck.
Jam telah menunjukkan pukul 04.00. Penderitaan nahan ngantuk ini belum berakhir π. Ane akhirnya putuskan ke gerai starbuck, pesen kopi segelas plastik besar Rp 70.000 π, kemudian duduk disitu menunggu sambil buka laptop. Ahhhh... Rasanya mata ini udah beraaaaaat banget. Ane paksain mata ini kebuka buat nonton video-video youtube, ndengerin musik rock, huaah benar-benar deh π sempet minta izin penjaga pintu masuk untuk masuk terminal, tapi ditolak karena penerbangan ane yang masih siang.
Akhirnyaaaaaaaa.... Datang juga jam 10 pagi, dimana akhirnya ane udah bisa masuk area check in. Sumpah leganya gak ketulungan.... Ane berhasil melewati malam penuh penderitaan itu dengan lancar ππ (salah siapa pelit ya π). Seperti biasa, ane sarapan di cafe favorit ane di Bandara Hassanudin. Ane pesen semangkok besar sup saudara, es markisa dan otak-otak. Nikmat banget rasanya setelah semalam penuh penderitaan. Habis 100ribu lebih tapi nggak masalah.. ane menghargai setiap value dari makanan enak ini π.
Akhirnya waktu boarding pun datang... Legaaa... Saat itu ngantuk udah hilang karena ane excited mau mengunjungi tempat baru, yakni Pulau Buton. πͺπͺSee u in the next chapter.
*Di cerita part 1 ini, tidak ada foto yang kuambil. Tapi dari cerita ini semoga bisa dapat gambaran ya suasana penderitaanku malam itu π