Di era sekarang ini, aku menjumpai banyak fakta yang membuatku terkadang sedikit bergidik. Aku menjumpai manusia yang begitu mudahnya iri dan tidak menyukai orang, jika orang tersebut lebih sukses/'terlihat' lebih banyak uang, daripada dirinya. So klasik, huh? Padahal manusia yang iri tersebut juga hidupnya sudah berkecukupan lo. Ya, aku tau dia berkecukupan dari gaya hidupnya sehari-hari. Aku perkirakan masih nyisa-lah pendapatannya setelah dikurangi biaya hidup sehari-hari. Oya pemikiran ini aku dapatkan dari hasil perenunganku selama ini ya. Baik aku yang mengalaminya sendiri (aku merasakannya), aku melihatnya, aku mendengarnya, maupun dari yang aku baca-baca di media.
Jadi objeknya benar-benar tidak terbatas, bahkan termasuk diriku sendiri (jadi pemikiran ini bukan ditujukan untuk nyindir sekelompok orang tertentu). Karena aku sendiri hanya manusia biasa dan pasti juga pernah merasakan perasaan seperti itu.
Tapi ane mengalami itu dulu.... Dulu.. sewaktu ane belum mendapatkan pencerahan tentang 'apa arti kehidupan ini sebenarnya'. Sebelum ane menyadari, bahwa apa yang terlihat 'di depan' dari seorang manusia, belum tentu apa yang sebenarnya ada di kehidupannya. Sebelum ane menyadari sifat dasar dari manusia, yakni "serakah".
Pada suatu hari, pemahaman tentang sedikit pelajaran kehidupan datang ke pikiran ane. Saat itu ane berpikir,
"Saat ane kuliah, punya uang 1 juta, keinginannya simpel. Pengen makan enak (tidak akan jauh-jauh dari steak, empek-empek ataupun iga bakar). Selain itu, mungkin hanya jalan-jalan di sekitaran Jogja saja."
"Saat ane mendapatkan beasiswa, 18 juta + 4.5 juta, keinginanku mulai meningkat. Aku membeli sebuah kamera Nikon Coolpix L120 (sepertinya harganya 4,5 juta). Aku membeli tiket jalan-jalan ke Thailand, kemudian ke India. Aku makan enak lebih sering."
"Saat ane broke pada akhir 2014 - awal 2015, benar-benar nggak ada uang sedikitpun di kantong, ane gak punya keinginan apa-apa selain mempunyai sedikit uang untuk jajan dan beli pulsa. "
"Saat ane mempunyai uang tabungan hampir 20 juta, keinginan ane meningkat lagi. Jalan-jalan traveling ke India, Nepal, beberapa destinasi Indonesia."
Jadi apa agan melihat polanya? Ya... Semakin aku punya uang, keinginanku (sebagai manusia biasa) akan semakin meningkat juga, menyesuaikan dengan jumlah uang itu! Masih biasa saja? OK.
Perumpamaan berikutnya, contohkanlah ke aku. Aku belum pernah punya uang cash/uang stand by di rekening sampai 500 juta. Tapi apakah aku sebagai manusia biasa (jika belum dapat pencerahan), akan biasa saja dan tidak gatal membeli sesuatu lagi yang harganya setara/mendekati uang tersebut? Aku tidak yakin !
Belum lagi jika punya 1 M, apa lagi keinginan kita?
Dari pola diatas terlihat, bahwa sebanyak apapun uang tidak akan pernah bisa memenuhi keinginan manusia yang tidak ada habisnya ! Aka keinginan itu akan senantiasa menyesuaikan dengan jumlah uang !
Dan jika kita iri/tidak suka jika orang lain mempunyai rejeki yang melimpah, balik lagi ke alasan diatas. Jika kita sudah cukup, bisa menabung, masih bisa membeli/melakukan hal-hal tersier seperti makan di luar, traveling/jalan-jalan, nonton bioskop, dan kita merasa bahagia/senang melakukannya, terus kenapa masih iri lagi dengan rejeki orang? Memang berapa banyak duit lagi yang bisa memuaskan kita? Jika rejeki orang yang kita iriin itu tiba-tiba "sim salabim" beralih ke rekening kita, trus apa kita kemudian puas? Bukankah manusia akan melupakan 'uang masuk' itu dalam jangka waktu cepat, dan buru-buru mencari uang yang lain?
Kesenangan itu hanya sementara, bukan? Setelahnya, rasa iri/tidak suka itu akan datang lagi jika ada orang lain lagi yang lebih sukses , atau ada orang lain lagi yang dapat rejeki. Alamaaakkk... Terus kalau pemahanan kita tidak diubah, kapan kita akan lepas dari "lubang hitam" ini? Apa hidup hanya mau dihabiskan dengan merasa iriiii terus setiap saat (nggak iri sama Bill Gates atau Jeff Bezos sekalian? 🤣🤣). Lah terus kapan menikmati hidupnya dengan tanpa beban? Kapan akan mulai menghargai diri sendiri dan kerja keras sendiri? Kok yang jadi patokan oraaaaang terus. Eh padahal, apa yang dia upload di medsos untuk "menunjukkan" itu, belum tentu sesuai dengan situasi real di kehidupannya lo !
Jadi inilah pemahaman yang kutanamkan di otakku sejak aku merenungkan hal ini dan mendapatkan pencerahan. Buat apa kita iri dengan rejeki orang? Yang penting diri sendiri, keluarga, orang-orang terdekat sudah cukup. Apa lagi yang mau dikejar sampai harus iri rejeki orang? Bukankah keinginan manusia itu tiada batasnya? Akan selalu menyesuaikan jumlah uang yang dimilikinya?
Jadi mau kita punya 100 juta, 200 juta, 1 milyar, 10 milyar, 1 triliun, polanya adalah SAMA SAJAAA ! Sama sajaa kita sebagai manusia biasa akan menginginkan lebih, lebih dan lebih lagi. Jadi uang itu tidak akan cukup.Tiada habisnya, tiada istirahatnya.....
Lihat saja para artis. Kekayaan mereka sudah berapa Milyar? Tapi mereka masih berbisnis lagi. Sekelas Justin Bieber dan Kanye West saja yang uangnya hampir gak berseri masih bikin bisnis. Donald Trump saja masih berbisnis dimana-mana. Jadi berapa batasan jumlah uang yang memuaskan manusia? Jawabannya tidak ada.
Tambahan lagi, Bukankah jika orang lain dapat rejeki, itu karena karma baiknya? Atau karena doanya? Kita tidak tahu, mungkin selama ini dia sudah membantu orang cukup banyak. Dia sudah membahagiakan orang cukup banyak, makanya Tuhan membalas kebaikannya. Mungkin dia tidak menguploadnya di medsos sehingga orang lain tidak tahu. Jadi kalau kitanya juga mau rejeki melimpah, harus rajin berbuat baik juga donk ya? Jangan kesehariannya nggak pernah ngapa-ngapain, jarang bantu orang, jarang membahagiakan orang, tapi berharap terus rejekinya lancar? hhh... Selalu mengingat, bahwa hidup itu selalu berawal dari "hukum sebab akibat". Barangsiapa menabur, Ia akan menuai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar