Entah kenapa malam kemarin ane benar-benar nggak bisa tidur. Jam 23 memang ane udah kerasa banget ngantuk, tapi waktu ane tidurin kok tiba-tiba ngantuk itu hilang. Padahal Hotel Sagan Yogyakarta ini bisa dibilang nyaman banget. Tapi kok malam kemarin ane merasa bantalnya ketinggian ๐๐. Mungkin karena leher ane yang pegel aja.
Akhir-akhir ini ane emang lagi mendamba banget yang namanya dipijet urut. Tapi harus diurungkan dulu karena masih masa pandemi kan, gak bisa sembarangan dekat dengan orang. Akhirnya ane hanya memberi leher ane minyak aromaterapi yang panas, dan mencoba tidur setelahnya. Aku baru bisa tertidur setelah subuh, jam 04.30, untuk kemudian terbangun lagi jam 07.30. Kepala ane masih agak puyeng-puyeng aja, tapi aktivitas harus segera dimulai.
Pagi ini kami awali dengan sarapan Nasi Soto Kwali yang berjarak 5 kiloan dari Hotel Sagan. Awalnya sih bapak ane ngasi ide makan aja di Warung yang ada di depan Hotel Sagan. Namun akhirnya niat itu diurungkan karena di warung itu banyak banget orang, serta ternyata menunya Nasi Soto Surabaya ! Yah, ane sih gak terlalu cocok ya gan. Karena soto Jawa Timuran itu mostly kuahnya butek, nggak kuah bening kayak soto Solo/Jogja. Akhirnya ane ngusulin cari tempat makan yang lain naik mobil aja. Dan dapatlah kita di Soto Kwali yang berjarak +/- 5 km dari Hotel Sagan. Asiikkkk... Nostalgia lagi di pagi hari.
Setelah mengemudikan mobil sejenak ke arah Kota Jogja, akhirnya ketemu juga itu warung soto. Namun lokasinya itu kurang enak banget gan, di pinggir perempatan. Ane dan bapak ane sempat (lagi-lagi berdebat) karena masalah parkir. Ane sih merasa santai-santai aja. Parkir ya tinggal parkir dipepetin aja. Tapi bapak ane ni kuatirannya setengah mati.๐คฃ๐คฃ๐คฃ
Akhirnya kami pesan soto kwali dan es teh (aku). Entah kenapa pagi ini perasaan ane merasa bahagia dan ringan. Mungkin memang beberapa memori nostalgia itu tidak bisa ane penuhin sekarang, tapi dengan berada dekat di Kota Jogja ini saja sudah membuat ane bahagia.
"Wah nggak cocok aku Luh, rasanya kayak ada campuran jamunya," kata ibu ane lirih waktu merasakan kuah sotonya untuk pertama kali.
"Aku cocok ii, enak kok," kata ane ke ibu ane.
Kita berbincang sambil terus makan. Ane sendiri tidak terlalu merasakan "rasa jamu" yang ibu ane maksud.
"Tapi lama-lama enak juga kok," kata ibu ane lagi setelah beberapa suapan.
"Hahaha, yaudah dihabisin aja ma..," ane hanya ketawa aja.
Saat sedang makan dengan khidmat inilah tiba-tiba ane mendapatkan kabar buruk. Hari ini salah satu pekerjaanku (dokumen tambang) kan seharusnya presentasi di Surabaya sana. Nah karena lagi di Solo/Jogja, ane udah minta tolong konsultan lainnya (dengan fee) untuk menggantikan ane presentasi dulu. Dan katanya pas presentasi itu udah selesai dilakukan, ke depannya bakal dilakukan presentasi ulang, karena katanya peta topografi ane tidak sesuai kondisi lapangan ๐คจ๐คจ๐คจ. Mereka menganggap peta topografi mereka yang paling benar. Apa dasar mereka ngomong begitu? Padahal kedua peta topografi ini (peta dia dan petaku) sama-sama dibuat dari data online. Kok bisa merasa mereka paling benar?? Mereka bilang karena peta topografiku salah, maka di dalamnya juga akan salah semua. Dan itu dikatakan setelah presentasi sudah selesai dilaksanakan ๐ค๐ค๐ค๐ค๐คจ๐คจ pffffffftttttt.
Kabar itu membuat ane badmood seketika. Ane langsung telfon klien ane untuk meminta maaf dan berjanji untuk segera memperbaikinya. Wtf. Benar-benar merusak mood ane yang sebelumnya masih bahagia banget. Untungnya klien ane bisa mengerti situasinya.
Akhirnya setelah selesai makan, kami pun beranjak kembali ke Hotel Sagan untuk bersiap check out. Pikiran ane masih agak badmood, tapi ane berusaha menguasainya.
'Udahlah... Ane nggak punya pilihan lain selain memperbaiki peta-peta tersebut dan melakukan presentasi ulang. Ini liburan keluarga yang jarang banget bisa terjadi, apalagi semasa pandemi. Lebih baik ane tetap ceria saja. Revisi pikir nanti lah,' pikir ane.
Sampai Hotel Sagan kembali, karena masih jam 11 siang, kami sempat nyantai-nyantai kembali di kamar. Paling nggak check out jam 12 lah biar gak rugi ๐๐. Disitu ane sempet usul gimana kalau kita jalan lagi ke Kebun Buah Mangunan di Bantul, kan belum pernah tu. Tapi belum-belum bapak ane udah menanyakan kondisi jalannya,
"Tapi ojo sing dalane koyo wingi lo. Goleko sing dalane biasa wae. Aku ki nduwe tanggungan Gavriel iki," katanya.
Ane memang belum tau sama sekali medan jalanan ke Kebun Buah Mangunan itu kayak apa.
"Yowis negnu ning Kaliurang wae. Aku yo durung ngerti kondisi jalane og," jawab ane.
"Yowis iyo ngono wae," tambah bapak ane.
Padahal sebenarnya ane pengen ke Kebun Buah Mangunan lo. Tapi ane males berdebat aja. Yasudah, Kaliurang juga tidak kalah enaknya kok. Lagipula kalau dipikir udah lama juga sejak terakhir ane kesana.
"Meh nyetir opo?" Tawar ane ke bapak ane. Kebetulan karena kurang tidur stamina ane rada kurang gitu. Lagipula juga supaya metode nyetir ane nggak diprotes-protes bapak ane terus.
"Wis kowe wae. Aku gak mudeng jalane og," jawab bapak ane.
"Gampang kok. Ki tinggal ke arah UGM terus luruuus wae wis Jalan Kaliurang," jawab ane lagi.
"Wis kowe wae, gak wani aku," jawab bapak ane lagi.
Yaudah akhirnya ane nyetir lagi. Si Kia Rio kubawa perlahan meninggalkan area Sagan yang penuh kenangan menuju UGM dan setelahnya lurus menuju Jalan Kaliurang. Di Jalan Kaliurang km 5,5 , ibu ane sempat berhenti mampir Indomaret untuk beli minuman dan snack. Ane hanya menunggu di mobil sambil memutar playlist lagu jadulku, Kehadiranmu, yang dicover sama Tereza. Entah kenapa kok suaranya empuuuk banget dan lagunya pas dengan suasana hati.
"Hadirnya dirimu...
Berikan suasana baru..
Kau mampu tenangkan aku..
Disaat risau dalam hatiku...
Lembutnya sikapmu..
Meluluhkan hati ini..
Terbuai aku terlena..
Oleh dirimu.. oleh dirimu..
Jantungku berdebar..
Saat engkau ada di dekatku..
Mungkinkan diriku..
Telah jatuh cinta pada dirimu..
Sebisa diriku...
Mencoba untuk melupakanmu..
Namun kutak bisa..
Kau pun selalu ada..
Dalam hidupku.."
Ane menyanyikan lagu Kehadiranmu itu dengan syahdu di dalam mobil sampai akhirnya ibu ane selesai belanja minuman dan snack. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi ke Kaliurang. Perjalanan sejauh +- 20 km berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Dalam waktu kurang dari 1 jam kami telah mendekati area Telaga Putri Kaliurang.
"Rumah hantu, aku mau ke rumah hantu," kata Gavriel dari kursi belakang.
"Rumah hantu sing endi sih?" Tanya ane penasaran. Ane emang pernah lihat youtuber Joe Kal eksplore rumah hantu di Kaliurang ini. Namun apakah bener itu?
"Sik tak coba google map sik," kataku.
Namun setelah google map, ane tidak menemukan keyword "rumah hantu" di sekitar Kaliurang sini. Mungkin itu memang hanya sebutan warga sekitar aja. Bukannya resmi disebut "wisata rumah hantu" gitu.
"Gak eneng ki. Gak usah ya. Langsung telaga putri wae," jawab ane.
Gavriel terlihat tidak protes. Ya udah ane lanjut jalan aja. Eh beberapa saat jalan, ane lihat rumah kuno di kanan jalan.
"Eh, eh, apa itu rumah hantunya??" Tanya ane penasaran. Siapa tau Gavriel atau ibu ane udah tau bentuknya kan.
"Gak ngerti juga aku luh," kata ibu ane sambil melihat ke arah yang ane tuju.
"Haha yowis. Itu palingan cuma sebutan masyarakat sini aja, bukan tempat wisata," jawab ane sambil terus mengarahkan mobil ke Telaga Putri.
"Nanti aku tak beli jadah sik di Telaga Putri. Semoga buka," kata ibu ane ketika Si Kia Rio semakin mendekati Telaga Putri.
"Iyo mah, tapi kayane gak buka ee. Ini aja masih sepi banget, " kata ane sambil mengarahkan si Kia Rio ke parkiran.
"Eh bukak ternyata !" Kata ane dengan antusias.
Memang saat itu ada 2 penjual oleh-oleh makanan (jadah, tempe bacem) yang buka gan. Ibu ane langsung eksekusi dengan membeli 20 jadah. Setelahnya, kami pun memutuskan ngopi di warung-warung atas yang terlihat juga sudah mulai buka. Ane pesen kopi susu dan emping. Sementara Gavriel dan bapak ane terlihat jalan-jalan dan foto-foto dibawah. Ane ngobrol-ngobrol santai sama ibu ane.
Kami menghabiskan waktu di Kaliurang sampai sekitar jam 2 siang, karena langit udah mulai mendung juga. Akhirnya kami pulang Solo lewat jalan alternatif, setelah ibu ane sempet beli pisang di daerah Pakem. Sekitar sampai Prambanan, ane minta bapak ane untuk gantian nyetir karena mata ane udah berat banget. Udah nggak mampu fokus ke jalanan karena kurang tidur.
Perjalanan dari Jogja ke Solo berlangsung dengan lancar. Kami sampai di Solo sekitar jam 4 sore. Sampai di Solo, kami pun langsung tepar istirahat semua. Malamnya ane ngegrab lauk Tongseng ayam + kambing karena udah mager banget mau keluar lagi. Pengalaman yang menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar