Malam sebelumnya aku masih dengan begitu semangatnya membuat DJI Waypoint Mission, yaitu membuat koordinat dan lintasan terbang otomatis untuk Drone DJI Spark-ku yang baru.
DJI Waypoint Mission maksudnya, kita membuat semacam program yang kita input ke aplikasi DJI Go Mod, supaya Drone bisa terbang sesuai dengan koordinat, lintasan, ketinggian dan arah kamera yang sudah kita tentukan sebelumnya, secara otomatis. Tanpa kita harus mempermain dengan remote controlnya sama sekali. Karena terbangin drone secara manual itu jujur agak sulit gan, karena pengambilan video/gambarnya jadi kurang smooth.
Gambar di bawah ini adalah DJI Waypoint Mission-ku yang pertama. Posisiku berdiri ada di garis coretan warna biru.
Untuk misi pertama, aku menjalankannya dengan super lancar. Selain drone hanya terbang, berputar dan merekam gambar di sekitar aku berdiri, ketinggian drone juga sudah kuatur di 40-50 meter sehingga jelas-jelas akan lebih tinggi dari pepohonan di sekitarnya. Sesuai prediksiku, rekaman video yang diambil juga pergerakannya cukup smooth.
Masalah terjadi di DJI Waypoint Mission kedua. Berikut dibawah adalah petanya, dimana lokasiku berdiri masih sama yakni garis coretan warna biru.
Aku memberikan misi kepada drone untuk terbang secara otomatis mengelilingi bangunan Apartemen Educity (bangunan warna putih) dengan rute terbang garis merah seperti gambar diatas (ujung segitiga putih menunjukkan arah kamera). Saat itu ketinggian yang ku-set adalah stagnan 50 meter. Dan sialnya, karena ane merasa misi pertama itu hanya sebentar (tidak sampai 3 menit), ane merasa baterai DJI Spark untuk melakukan misi kedua masih cukup karena menurut perkiraan aplikasi, itu hanya butuh 1 menit 12 detik untuk menyelesaikan misi kedua. Dengan penuh percaya diri, aku segera men-slide 'ready to fly' di aplikasi DJI Go Mod yang sudah kumasuki DJI Mission kedua seperti gambar diatas.
Pada awalnya drone terbang dengan lancar, mematuhi setiap program DJI Mission yang sudah kuinput. Rekaman pun berjalan dengan cukup baik tanpa kendala. Pokoknya penerbangan di garis kuning diatas, berjalan dengan aman. Dan waktu terbang itulah aku baru tau, bahwa ketinggian Apartemen Educity itu lebih dari 50 meter, mungkin sekitar 80 meteran. Karena drone DJI Sparkku yang kusetting terbang di ketinggian 50 meter belum mencapai bagian atas apartemen.
Masalah terjadi sewaktu Drone melewati area hijau (gambar diatas), dimana area tersebut adalah bagian belakang apartemen yang tertutup oleh badan apartemen itu sendiri. Sinyal di remote controlku mulai hilang muncul.
Sinyal drone mulai hilang muncul di coretan garis warna ungu. Karena jalur sinyal di coretan garis warna oranye terhalang oleh badan apartemen, posisiku berdiri di garis coretan warna biru. Hal itu karena aku menerbangkan drone dengan ketinggian tidak diatas titik paling tinggi apartemen.
"Signal GPS Lost" adalah peringatan yang berkali-kali muncul. Video hasil rekaman drone yang tertuang secara "live" di HPku pun mulai tersendat-sendat. Kadang muncul, kadang tidak.
Gambar diatas adalah hasil rekaman ketika peringatan "signal GPS Lost" muncul di area garis hijau.
Aku masih tetap tenang karena berdasarkan petunjuk di aplikasi, serta video senior drone yang aku tonton di Youtube mengatakan, bahwa DJI Spark akan tetap menyelesaikan misinya meskipun "Signal GPS Lost". Aku tetap menunggu beberapa saat, ketika muncul peringatan yang sangat tidak ingin aku lihat saat itu,
"Low Baterry".
Remote controlku mulai berbunyi terus, menandakan bateraiku tinggal 30 %. Jangan salah paham, 30% dalam drone itu jumlah baterai yang tinggal sedikit banget. Karena jika kondisi baterai DJI Spark full saja, cuma bisa terbang maksimal 13 menitan. Jadi kalau hanya 30%, bisa dihitung kan, hanya beberapa menit saja.
Aku mulai panik dan menginstruksikan ke aplikasi untuk menyuruh Drone DJI Spark pulang saja. Aku rasa menyelesaikan misi tidak memungkinkan dengan baterai hanya 30%. Temen ane yang lagi nemani latihan mulai lari ke arah perkiraan drone sekarang melayang. Ane masih nunggu di tempat, berharap drone itu mematuhi instruksikku dan kembali ke tempatku berdiri. Penantian yang membuatku putus asa karena aku tidak mendengar suara dengungan mesin sampai beberapa waktu setelahnya.
Aku terduduk, sedikit tercengang saat menyadari bahwa kemungkinan drone ku telah kehabisan baterai dan crash di sekitar area garis hijau itu. Karena aku sudah menunggu cukup lama di tempatku berdiri, dan tidak ada sama sekali suara drone yang kembali. Dengan hati yang sangat gusar, aku segera menyusul temanku yang sedang berdiri mencari di area dekat garis warna hijau.
"Nggak ada. Tapi tadi satpamnya sempet mendengar dengungan mesin drone di deket pohon itu, terus kemudian dengungannya hilang, " kata temanku sambil menunjuk sebuah pohon. Wajahnya sudah segusar wajahku. 😔 (Pohon yang dimaksud temenku ada di titik 1 warna ungu).
"Tapi kayaknya gak mungkin disitu, di HPku masih terlihat rekaman drone "live" terakhir kali itu disini (titik nomor 2 warna ungu)," kataku tidak kalah gusarnya.
Kami seperti orang kebingungan yang terus berjalan kesana kemari mencari petunjuk. Satpam ya g berjaga di dekat lokasi "perkiraan crash" yang sama kembali kutanya dan kembali memberi jawaban yang sama,
"Iya mbak, tadi saya dengar suara drone itu dipohon situ (titik nomor 1 warna ungu), terus suaranya hilang. Tapi gak tau kemana."
"Berarti perkiraan ada 2 lokasi drone ini jatuh, " kataku ke temanku dengan letih karena semalaman belum tidur, "Pertama di area dekat nomor 1, dimana itu adalah area semak-semak/rawa-rawa berair yang ditumbuhi tanaman sangat lebat, atau di area dekat nomor 2 dimana itu adalah area SMA Kristen Gloria 2, sebuah kawasan SMA dengan gerbang tertutup rapat," kataku setengah putus asa.
Area perkiraan jatuhnya drone di warna hijau.
Akhirnya ane dan temen segera mengecek area nomor 1, tapi ada satu kendala besar karena untuk menuju area nomor 1, ada pagar setinggi 2 meteran yang menghalangi. Yap! Pagar itu adalah batas antara area apartemen dengan area semak-semak atau rawa-rawa. SH**!!
Kami sempat minta izin ke satpam apartemen untuk memanjat pagar supaya bisa langsung mencapai sisi satunya, eh tapi .... mereka nggak berani ngizinin. Kita harus izin ke pusat pengawasan cctv. Pfffftttt...
Akhirnya ane dan temen bersikeras untuk menuju ke area nomor 1, tapi lewat jalan memutar a.k.a lewat semak-semak belukar dan rawa-rawa sejauh 100san meter. Tapi baru beberapa puluh meter jalan, ehhh, ane udah nggak berani karena sulur-sulurnya tinggi bangeeet. Dan ane takut ada ular. Akhirnya ane ajak temen balik kanan.
Tapi temen ane masih nggak ikhlas, akhirnya ngajak tukang kebun untuk kembali menerabas semak-semak itu menuju area 1. Setengah jam mencari.....drone itu tidak pernah ditemukan... 😔😔😔
Akhirnya dengan sedikit harapan tersisa, kami keliling sekitaran area 1 dan 2 naik mobil, sempat nanya ke satpam area 2 (SMA Kristen) tapi mereka bilang tidak melihat drone sama sekali. Kami tinggalkan nomor telepon di satpam itu, siapa tahu ada anak sekolah yang melaporkan dan kami bisa dihubungi ,😔😔😔😔😔..
Akhirnya kami kelelahan... Kelelahan baik secara fisik maupun mental. Karena semalaman belum tidur .. masih harus mikir kehilangan drone yang baru beberapa hari beli. Baru 3 kali kuterbangkan. 😔😔😔
Aku berusaha mengikhlaskannya, dan berpikir kami sudah berusaha maksimal mencarinya. Ini adalah takdir dan aku harus menerimanya. Mungkin akan datang rejeki dari lain hal.
Update, 21 Juni 2020
Surabaya
Tidak pernah ada telefon yang masuk ke HPku ataupun HP temanku tentang update drone tersebut. Berarti memang drone tersebut hilang, mungkin jatuh di semak-semak atau ditemukan orang (anak sekolah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar