1.02.2020

2 Januari 2020 : PERJUANGAN BELI RUMAH, Hari ini bayar booking rumah

2 Januari 2020

Sudah hari kedua di tahun 2020, Colomadu - tempat tinggalku sekarang - masih dilanda hujan setiap hari dengan intensitas sedang sd besar. Sebelum hari ini, kegalauanku masih sama. Kapan aku bisa beli rumah? Tidak mungkin kan aku mau tinggal di rumah kakakku (tempatku ngetik sekarang) seterusnya? Meskipun ini adalah kakak kandungku, dan sekalipun tidak merasa keberatan aku tinggal di rumahnya, namun aku juga ingin mandiri. Aku ingin suatu saat bisa punya rumah sendiri. Menata rumahku seminimalis mungkin sesuai minat dan keinginanku. Ya.. aku memang menyukai gaya hidup minimalis.

Keinginan punya rumah ini sudah ada dari dulu, hanya aku tidak pernah mempunyai keberanian untuk sekedar cari info sekalipun. Meskipun aku sering dengar selentingan 'rumah subsidi', dengan harga Rp 90.000.000 sd Rp 130.000.000, namun aku masih ragu. Uang sebesar itu? hmmm... Padahal aku orang yang berprinsip sangat anti sama yang namanya utang. Jiwaku, jiwa yang mencintai kebebasan, tidak mau dibebani pemikiran harus membayar cicilan setiap bulan.

Hingga pada akhirnya sekitar bulan Oktober 2019, disaat aku merasa tabunganku sudah sedikit mencukupi, aku meminta orangtuaku untuk mencarikan rumah sederhana di sekitar Boyolali-Karanganyar. Awalnya aku minta dicarikan tanah, namun setelah berpikir ribet harus bangun dari 0, akhirnya aku meminta mereka mencari rumah 'subsidi' saja.

Dari sekian perumahan subsidi yang dilihat, aku merasa cocok dengan bentuk rumah di Griya S di Boyolali. Namanya tipe rumah subsidi, bentuknya sederhana dan berdempetan, dengan tipe 36 dengan dua kamar. Tapi dengan kepribadianku yang menyukai sesuatu yang minimalis, kurasa itu sudah lebih dari cukup. Lagipula aku tipe orang yang suka bepergian, sehingga menurutku mobil yang dimodifikasi jadi 'camper van' kok kayaknya lebih sering kutinggali daripada rumah hehe.

 Kenampakan rumah di Griya S

Aku dan keluargaku segera menghubungi marketing Griya S dan mendapatkan penjelasan untuk persyaratan pembelian rumah beserta metode pembayaran yang bias via Kredit (KPR) ataupun CASH (cash keras atau cash bertahap). Dari penjelasan marketingnya, karena pekerjaanku konsultan tambang freelance (tidak ada penghasilan tetap setiap bulan, tidak ada slip gaji), maka aku tidak bisa memenuhi persyaratan untuk KPR. Pilihanku hanya dua, cash keras atau cash bertahap dengan jangka waktu 6 bulan. Perbedaan harga rumah sendiri kalau di KPR dengan di CASH (baik keras maupun bertahap) adalah 50 juta. Jadi subsidinya hilang kalau aku bayar pakai CASH (baik keras maupun bertahap), dimana itu satu-satunya pilihanku.

Setelah dihitung Mbak A - Marketingnya -, harga rumah dengan metode pembayaran CASH Bertahap 6 bulan (sesuai metode yang kupilih) sudah termasuk biaya kelebihan tanah di belakangnya seluas 6 m2, biaya balik nama, dan notaris adalah Rp 163.000.000. Hikz jadi mahal ya kalau CASH. Namun ini adalah kesempatan besarku, mumpung aku masih punya tabungan dan aku belum mempunyai sesuatu urgent yang harus kulakukan. Dengan penuh tantangan, rasa sesak mengeluarkan uang sebanyak itu, akhirnya aku memutuskan membeli rumah itu.

Karena aku rencana membayarnya secara CASH bertahap, kewajiban rumah subsidi seperti tidak boleh dikontrakkan, tidak boleh dijual serta harus ditinggali (tidak boleh kosong), otomatis gugur. Rumah itu sepenuhnya hak-ku, apakah mau kujual, kukontrakkan ataupun sementara kubiarkan kosong. Jadi untuk selanjutnya, aku akan menghilangkan istilah 'rumah subsidi'.

Bagiku yang jiwa petualang, 1 rumah dan 1 mobil KIA RIO sudah cukup. Rencana aku hanya akan membeli 1 barang lagi untuk touring, yakni motor Nmax. Aku tidak suka terlalu kebanyakan barang dan aku rasa itu sudah lebih dari cukup. Aku tinggal membuat tabungan masa tua ataupun asuransi. Sesudahnya, tinggal kerja dan traveling. Pikiranku sudah agak longgar karena aku tidak harus memikirkan lagi, "apakah aku mau tinggal di rumah kakakku seterusnya?".

2 Januari 2020, sekitar jam 15.00, aku melakukan pembayaran booking sebesar Rp 500.000 sembari mengumpulkan persyaratan pembelian seperti KTP, KK, Surat Lajang dan NPWP. Akan kumulai kusiapkan besok, dimana maksimal 2 minggu lagi aku sudah harus membayar DP. Dengan pembayaran DP itu, aku sudah diberi kunci rumah dan siap ditinggali.

Aku mengucap syukur yang sedalam-dalamnya pada Tuhan, aku diberi keberanian untuk melakukan hal besar ini. Menurutku ini hal besar, karena aku benar-benar mengumpulkan uang itu dari 0, semua hasil kerja kerasku sendiri mengerjakan dokumen-dokumen tambang. Aku akan mengupdate perkembangan pembelian rumah ini ketika aku sudah menyerahkan persyaratan dan memberikan DP. Thanks GOD.

2 komentar:

  1. Pengalamannya sangat berharga sekali ya kak untuk pribadi, sekaligus buat para pembaca blog ini

    BalasHapus