1 Januari 2020.
Tidak terasa ya.. Hari ini waktu sudah memasuki tahun 2020. Kejadian demi kejadian, pengalaman demi pengalaman baik maupun buruk, datang dan pergi di hidupku. Hal senang, hal sedih, berputar bagai roda, dan aku tau akan terjadi kembali dan terus berulang. Ya.. itulah memang realita kehidupan yang setiap manusia harus terima. Ada saat-saat bahagia, saat sedih, saat kecewa, datang silih berganti. Kita tidak bisa menolak kesedihan, kekecewaan, kematian. Selama kita hidup, hal-hal tersebut akan selalu datang mendampingi kebahagiaan.
Resolusi. Setiap orang membicarakannya setiap pergantian tahun, tidak terkecuali 2020 ini.
Kalau resolusiku pada awal tahun 2018 adalah:
"2018. Tahun yang baru. Semangat baru. Mimpi baru.
Berkelana ke tempat lebih jauh. Menyelami lebih banyak hal-hal indah di dunia ini."
Sedangkan tahun 2019 adalah:
"2019, I will not fear and worry DICTATE my life"
Maka resolusiku tahun 2020 adalah,
"Aku ingin menjadi lebih bijaksana."
Seperti resolusi yang sederhana, namun aku yakin tidak semudah pengucapannya. Karena kebijaksanaan adalah hal yang bisa dibilang langka ditemukan pada manusia era sekarang. Era dimana seakan-akan pengakuan dari orang lain adalah segalanya, dimana hal tersebut dilakukan dengan 'perlombaan status' di media sosial.
Ingin diakui lebih keren, lebih kaya, lebih adventurous, lebih berani, lebih mapan, dan sebagainya. Seringkali bahkan kita tidak sadar, status-status media sosial kita yang penuh dengan kata-kata motivasi dan 'pembanggaan diri yang terselubung', ataupun pamer yang nyata-nyata itu mungkin saja membuat orang lain yang membacanya DOWN.
Orang lain yang mungkin merasa dirinya tidak keren, merasa dirinya introvert, tidak punya kawan, tidak punya uang, tidak adventorous karena mungkin tidak punya keberanian, tidak punya uang ataupun kawan, hidupnya masih berkekurangan, dan sebagainya.
Bijaksana disini maksudku, aku ingin memahami kehidupan ini secara lebih dalam. Beberapa poin yang kutekankan antara lain:
a. Dalam hidup kita tidak bisa menghindari yang namanya kebahagiaan, kesedihan, kematian, kekecewaan, kesuksesan, dan sebagainya. Ketika kita mendapat situasi salah satu diatas, sikapilah dengan sewajarnya, jangan berbahagia berlebihan atau sedih berlebihan. Karena ingat, roda akan terus berputar dan harapan akan selalu ada. Dengan bijaksana kita akan lebih siap menghadapi segala hal dalam hidup kita tanpa merasa depresi berlebihan atau bahagia berlebihan yang cenderung mengarah ke kesombongan. Karena apa? Karena jika kesedihan itu datang, percaya saja kebahagiaan akan mengikutinya kelak. Demikian juga ketika kebahagiaan datang, suatu saat kesedihan akan mengikutinya pula.
b. Jangan menggantungkan kebahagiaan kepada kejadian/orang lain
Munculkanlah kebahagiaan dari dasar hati kita sendiri yang paling dalam, jangan tergantung kepada tempat, pada orang lain, pada kejadian. Karena situasi tempat, sifat orang lain, kejadian bisa berubah dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita kontrol. Ketika tidak sesuai dengan harapan kita, kita akan menderita. Namun jika kebahagiaan kita munculkan dari dalam hati sendiri, tidak peduli tempat dimana, orang lain mau memperlakukan kita gimana, kejadian seperti apa, batin kita, mental kita akan senantiasa stabil. Akibatnya kita terbebas dari penderitaan.
Menggantungkan kebahagiaan ke orang lain/kejadian seperti halnya seperti kita di tempat gelap dan menyalakan lilin serta berharap lilin tersebut akan selamanya menyala, tanpa suatu saat habis meleleh dan mati. Kebijaksanaan disini dimaksudkan, kita harus dipenuhi kesadaran, ketika menyalakan lilin, suatu saat lilin tersebut akan habis meleleh dan mati. Dan saat itu terjadi, kita harus menerimanya. Jika kita tidak mau dengan konsekuensi tersebut, sejak awal hendaknya tidak menyalakan lilin, namun fokuslah untuk melihat dalam kegelapan. Niscaya ketika kita fokus, titik terang dalam kegelapan itu akan kita dapatkan pelan-pelan.
c. Mengurangi kemelekatan
Kemelakatan adalah salah satu sumber penderitaan yang paling besar, dan ini tidak akan pernah bisa lepas dari manusia, apalagi di era sekarang. Yang akan kulakukan adalah mengurangi kemelekatan. Tentu saja aku membutuhkan uang, tentu saja aku akan mencintai seseorang, tentu saja aku akan disergap rasa rindu, rasa marah, rasa sedih, namun aku tidak ingin semua perasaan tersebut menguasaiku. Bijaksana disini maksudnya, aku ingin mengurangi fokusku kepada sumber kemelekatan tersebut dan akan berfokus pada pengembangan diriku sendiri sesuai poin diatas.
0 comments:
Posting Komentar