Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

4.26.2017

Tidur di Bandara International Beijing Terminal 2

Air Asia D7 313, berangkat dari Beijing (T2) pukul 05.40, sampai di Kuala Lumpur pukul 12.05.

Tidur di bandara adalah ide pertama yang terlintas di pikiranku. Jika pesawatku berangkat 05.40, maka setidaknya aku harus sudah berada di bandara pukul 04.00. Aku segera meluncur ke situs favoritku untuk mencari referensi tempat tidur di bandara, http://www.sleepinginairports.net, dan mendapati hal yang membingungkan. Review seorang traveler bernama Clipsham cukup membuatku pusing.

"No matter where I tried to get some shut-eye, even if I was sleeping sat upright, a member of airport staff would shake me and declare 'no sleeping!" - Clipsham

Namun pada bagian where to sleep di bawahnya, ada informasi yang bertentangan:

Airport staff are generally tolerant of overnight sleepers.

T3 is the most comfortable terminal to catch some sleep overnight. Plenty of seating, though the benches are often wooden, and only chairs with armrests are padded. Get creative.

Many travellers suggest the Burger King in the mezzanine level of T3 - its couches are comfortable and they are tolerant of sleepers.

Landside, there are a lot of benches that have no armrests, so head to the A/B counters and the L/K counters. It’s crowded, so grab a seat when you can! (Traveller, November 2011)

As a busy airport, come prepared for noise and light - bring earplugs and eye masks.

Jadi yang benar yang mana? Disitu hanya ada informasi untuk Terminal 3. Bagaimana dengan Terminal 2? Aku mulai mencari alternatif penginapan murah (hostel/guest house) yang berada di dekat Bandara Internasional Beijing. Tapi nihil, paling murah berkisar antara 100-200 yuan, itupun masih berjarak sekitar 3-5 kilometer dari bandara. Artinya, aku masih harus membayar airport shuttle. Malas, pengennya cari yang gratisan saja. Hehehe.

@@@


Nah berdasar pengalamanku bermalam di Bandara Internasional Beijing Terminal 2 (kusingkat BIJ T2), aku akan berbagi tips dan trik. Jadi tidur di BIJ T2 itu diperbolehkan (Maret 2017). Menurutku, spot terbaik adalah di bagian Lantai Ketibaan (Arrival) yang berada di Lantai 2. Disitu ada banyak kursi-kursi berjajar (kebanyakan ada lengan kursinya) yang bisa digunakan untuk beristirahat. Jika anda cepat, bisa mendapatkan sederet kursi yang tidak ada lengan kursinya. Lokasinya strategis karena berdekatan dengan toilet, tempat isi ulang air, KFC, Starbucks, mesin penjual minuman, dan lain-lain.

Salah satu spot untuk tidur di Terminal Ketibaan Bandara Internasional Beijing Terminal 2 (GALUH PRATIWI)


Sewaktu aku bermalam disitu pada 27-28 Maret 2017, aku sempat beberapa kali tidur dan tidak ada petugas yang mengganggu sama sekali. Beberapa orang disekitarku juga terlihat selonjoran di kursi yang tidak ada lengannya, ada juga yang menggelar semacam tikar kecil dan tidur di lantai. Sepengetahuanku, tidak ada petugas yang melarang kami tidur. Aku merekomendasikan di lantai ketibaan karena biasanya relatif lebih sepi daripada lantai keberangkatan di lantai 3. 

Oya, selain lantai ketibaan, anda bisa juga tidur di Lantai Keberangkatan di Lantai 3. Seperti lantai 2, disana banyak juga kursi berjajar yang bisa digunakan untuk beristirahat. Hanya menurutku tidak terlalu nyaman karena suasana yang terlalu ramai. Sebagai salah satu bandara yang menjadi hub internasional penerbangan jarak jauh, jadwal keberangkatan pesawat dari BIJ T2 sering dilakukan pagi-pagi sekali sehingga lantai keberangkatan jarang sepi.


Semoga postingan ini membantu ya, Happy Traveling in CHINA!

Kintamani, 23 April 2017 : Menikmati Hidup dengan Traveling

Aku orang yang percaya dengan ungkapan, "Hidup haruslah dinikmati dan haruslah dibuat bahagia."

*Sebuah Catatan di Kintamani

Aku menulis ini sambil duduk santai di teras Segara Hotel and Restaurant, sebuah penginapan super cozy di tepi Danau Batur, BALI. Aku selonjorkan kakiku di kursi teras kamar sembari memangku laptop. Tubuhku terasa rileks. Udara dingin sesekali datang, menyegarkan kulitku yang dari seharian kemarin terkena panas yang menyengat di Denpasar.

Perjalanan ke Bali ini cukup mendadak. Aku baru memutuskan akan pergi beberapa hari sebelum berangkat, setelah bingung mau menghabiskan long weekend 22-24 April 2017 dimana. Menghabiskannya sendirian di Surabaya aku rasa bukan pilihan yang menyenangkan, di Solo juga aku sering bosan karena tidak ada aktivitas terlalu berarti yang bisa dilakukan, kebetulan juga minggu ini belum ada order pekerjaan freelance. Aku sempat berpikir ingin mengunjungi Timor Leste, tapi karena harga tiket yang melambung mahal, aku mengurungkannya. Setelah sempat berargumen dalam hati, antara ingin mengunjungi Banjarmasin / Balikpapan / Samarinda / Bali, akhirnya pilihan aku jatuhkan ke Bali. Karena dari semuanya, Bali-lah yang paling ekonomis. Lagipula, aku juga kangen dengan Bali. Setelah kupikir-pikir, terakhir kali aku benar-benar kesini untuk mengunjungi wisatanya itu tahun 2011 sewaktu backpackeran dengan teman kuliahku. WOW, sudah 6 tahun yang lalu.

 Aku di Monkey Forest, UBUD (GALUH PRATIWI)

Aku menikmati dua hariku di Bali. Meskipun aku tidak terlalu mengunjungi banyak tempat wisata (karena targetku memang hanya ingin bersantai dan refreshing), tetapi perjalanan ini benar-benar telah menyegarkan otakku dari kepenatan yang selama beberapa hari melanda. Sejak pulang dari China pada 28 Maret 2017, perasaan wanderlust dengan intensitas lumayan hebat memang sering melandaku. Rasanya hanya ingin pergi ke tempat yang jauh. Berpetualang. Menikmati sesuatu yang baru. Selalu bosan dengan hal monoton yang kuhadapi setiap hari.

Tegalalang Field Rice, UBUD (GALUH PRATIWI)

Resign, resign dan resign adalah ide yang muncul di kepalaku sejak aku pulang backpackeran dari China. Rasanya aku sudah tidak sanggup menghadapi semua hal monoton ini. Kerja dari Senin sampai Jumat, dari jam 07.00 sampai 15.30. Uang, uang, uang, itu selalu yang dicari. Dimana kebahagiaan? Dimana kenikmatan hidup? Dimana itu? Apa hidup hanya untuk mencari uang? Mengejar materi yang tidak pernah ada habisnya?

Siang tadi, setelah mandi yang menyegarkan, aku makan siang di restoran Hotel Segara. Sepiring nasi goreng ayam, kentang goreng, dan teh lemon panas terhidang mengepul didepanku. Aku makan sembari menikmati pemandangan Danau Batur yang mempesona dihadapanku. Sejenak kemudian, aku menyalakan notebook dan mulai menonton film India menggunakan wifi hotel. Rasanya pikiranku begitu rileks, aku benar-benar menikmati hidup. Traveling mengajarkanku, bahwa dalam hidup kita harus senantiasa seimbang. Kerja dan memberikan hidup kebahagiaan, harus dilakukan secara seimbang.

Gaya hidup pemalas? Aku tidak mendefinisikan backpacker sebagai sesuatu seperti itu. Karena menurutku, seorang traveler yang sudah terasah menjadi backpacker akan mempunyai tingkat kreatifitas dan bertahan hidup yang lebih tinggi dari rata-rata. Mereka selalu mencari dan mencari sesuatu untuk membuat semuanya murah. Mencari segala informasi dari berbagai sumber. Mereka bukan pemalas. Mereka bisa menikmati itu semua dari hasil kreatifitas mereka. Kreatifitas untuk menghasilkan uang, kreatifitas untuk membuat rencana perjalanan yang menyenangkan, kreatifitas untuk bertahan hidup dengan uang seadanya. 

Aku benar-benar menikmati hidup dengan traveling!