Karena jadwal kepulangan yang masih sore hari sementara sejak jam 12 ane sudah harus check out dari Friendly Backpacker, ane memutuskan akan ngenet dulu di warnet dekat penginapan untuk menghabiskan jam-jam terakhir di Filipina. Tapi setelah nyoba warnet di dekat Friendly Backpacker Guest House, ane males dengan tarifnya gan, masak setiap menit tarifnya 2 peso (400) ladelah baru tau ane warnet tarifnya menitan. Setelah ngenet bentar ane akhirnya memutuskan keluar dan mencari warnet di salah satu mall berukuran sedang yang ane lewatin kemarin karena lebih murah. Ane naik LRT sambung jeepney untuk menuju mall tersebut. Oya karena pas di warnet pertama ini ane sakit perut, ane ingat sempat boker disini gan. Penting ya? Penting bangeet soalnya pas mau cebok nggak ada airnya gan! Jadi modelnya kayak ceboknya orang luar negeri gitu, cuma pakai tissue. Hueeekkk. Bayangin aja gimana rasanya gan hahahaha.
Mall yang ane kunjungi ini jauh lebih kecil dari Mall of Asia yang ane kunjungin kemarin gan. Modelnya persis kayak SGM (Solo Grand Mall gitu), dimana kebanyakan barang yang dijual adalah baju. Tapi ane nggak juga menemukan baju yang ada tulisan Filipina di depannya untuk oleh-oleh. Akhirnya karena lapar, ane mampir di sebuah restoran kecil yang menawarkan menu ayam kecap. Rasanya lagi-lagi mirip masakan Indonesia gan, uenakk. Harganya juga nggak terlalu mahal, untuk seporsi nasi ayam kecap dan air minum dibanderol 100 peso.
Selesai makan, ane pun segera menuju salah satu warnet yang ada disitu gan. Untungnya dapat paket murah, ngenet 3 jam cuma dipatok 60 peso aja. Alhasil sesorean itu ane gunain buat ngenet aja gan sambil nunggu jam 4 sore buat boarding di Bandara Ninoy Aquino. Tapi sedihnya, komputernya nggak bisa baca memori kamera ane sehingga mau pamer di fb terpaksa tertunda hahahaha.
Jam 4 sore, akhirnya ane memutuskan untuk segera menuju bandara gan. Berdasarkan petunjuk buku karangan Sihmanto, sebenarnya bisa aja naik taksi dengan biaya sekitar 200 peso, tapi karena malas membuang uang lagi ane sebelumnya sempat mencari informasi di internet cara menuju bandara dengan transportasi umum. Dari mall tersebut, ane hanya perlu jalan kaki sekitar 200 meter ke arah Stasiun LRT EDSA, kemudian menyeberang lewat jembatan penyeberangan dan turun sampai menemukan terminal, disana naik bus putih untuk menuju Terminal 1 Bandara Ninoy Aquino. Semuanya berjalan lancar dan pukul 16.30 ane sudah nangkring di atas bis menuju bandara, biayanya hanya 60 peso.
Bandara Ninoy Aquino di Manila ini cukup luas dan bersih. Segera saja ane menuju konter check in Cebu Pacific untuk segera mendapatkan tiket dan menunggu dengan tenang. Semuanya lancar sampai ane membayar pajak penerbangan dan menuju gerbang imigrasi.
Bandara Ninoy Aquino di Manila ini cukup luas dan bersih. Segera saja ane menuju konter check in Cebu Pacific untuk segera mendapatkan tiket dan menunggu dengan tenang. Semuanya lancar sampai ane membayar pajak penerbangan dan menuju gerbang imigrasi.
Saat itu imigrasi keluar nggak terlalu rame, dengan PD dan semangat tinggi karena akhirnya mau pulang ane segera antri untuk mendapatkan cap keluar Filipina sebelum boarding. Petugas imigrasi di depan ane ibu-ibu gitu gan, udah tua dan murah senyum.
Akhirnya tiba giliran ane gan:
“Sobekan kertas imigrasinya mana neng?” tanya ibu itu dengan ramah dan senyum.
“Aduh buk, harus pakai itu ya?Maaf buk saya nggak tau.” Jawab ane.
“Yaudah, diisi dulu aja. Ambil kertasnya disana. Nanti balik lagi kesini ya kalau udah” Jawab ibunya lagi-lagi dengan ramah sambil menunjuk tempat pengambilan formulir kertas imigrasi.
“Iya buk. Makasih ya buk.”
“Iya neng.”
Wuaahh, baik banget gan ibu imigrasi ini. Selama ane traveling, baru kali ini ane dapat senyuman dan perlakuan ramah seperti itu dari imigrasi. Ane benar-benar tersentuh dengan kebaikan masyarakat Filipina yang lagi (lagi) ane dapatkan.
Ane pun segera menuju meja pengambilan formulir imigrasi dan menulis data bersama beberapa calon penumpang pesawat yang lain. Saat itu karena harus mengambil bolpoin, tanpa sadar ane menaruh tas slempang ane yang berisi 2 kamera, dompet, dan beberapa benda berharga lainnya di meja formulir. Dan yang terjadi selanjutnya......bisa ditebak....ane lupa bawa tas itu lagi gan. Huaaa!!
Selanjutnya karena masih nggak sadar tas slempang ane ketinggalan di meja, ane pun segera melangkahkan kaki ke loket imigrasi ibu tadi. Si ibu tersenyum lagi dan segera memberikan cap ke ane. Ane pun segera melangkahkan kaki dengan PD untuk mencari tempat boarding pesawat ane, Cebu Pacific.
Saat berjalan itulah ane merasa ada sesuatu yang aneh gan, biasanya daerah sekitar leher ane itu akan sakit karena tali tas slempang. Kok sekarang nggak sakit ya??
Ya TUHANNN....
Ane lupa tas slempang ane!!
Ane berusaha menenangkan diri dan fokus, ane berusaha mengingat-ingat, kapan terakhir kali ane duduk atau melepas tas dan ane ingat itu di meja pengisian formulir imigrasi. Ya Tuhaann....ane kan udah di cap keluar, sekarang gimana caranya ane bisa masuk lagi untuk mengambil tas ane? Itupun kalau masih ada. Ane benar-benar mengutuki kecerobohan ane saat itu.
Sampai loket imigrasi lagi, segera saja ane mencari imigrasi yang nggak terlalu rame. Saat itu ane menemukan satu lagi ibu-ibu muda, dan ane pun menunjukkan paspor yang udah ada cap keluar Filipina sambil menjelaskan situasi ane kalau ada tas yang tertinggal. Dan ajaibnya, ibu itu langsung menganggukan kepala gan nggak banyak tanya. Wuaaahh, ane bersyukur berat dan segera meluncur ke meja formulir imigrasi untuk mencari tas ane dan ternyata.....MASIH ADA!! Ya Tuhaann...ane nggak berhenti-berhentinya bersyukur saat itu. Ane pun keluar Filipina lagi melalui loket imigrasi ibu muda tadi. Menjelaskan kalau ane sudah menemukan tas ane, dan kembali menunjukkan paspor yang sudah ada cap keluar. Wah terimakasih Tuhan, inilah bandara dan imigrasi terbaik ane selama jalan-jalan gan. Di Filipina, tepatnya Bandara Ninoy Aquino.
Maraming Salamat Po, Filipina!
Selanjutnya, perjalanan selama 4 jam dari Manila ke Jakarta dengan pesawat Cebu Pacific Airline ane lalui dengan lancar gan. Hal menakutkan yang terjadi, sepanjang jalan dari Manila ke Jakarta itu suering banget turbulensi gan pesawatnya. Saat itu yang ada di pikiran ane cuma hal buruk aja, ane mikir ane bakal kecelakaan pesawat karena sumpah pesawatnya goyang terus gan. Ane tatut. Tapi akhirnya sekitar pukul 12 malam, sampailah ane di Jakarta gan. Saat melihat lampu gemerlapan Bandara Soekarno Hatta, ane mengucap syukur sedalam-dalamnya. Rasanya senang sekali melihat tanah air tercinta ini setelah beberapa minggu terpisah. I LOVE INDONESIA.