Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

7.27.2016

Bagi yang masih bingung dengan Pulau Bawean

Aloha, agan mau ke Pulau Bawean? Masih bingung gimana caranya? Pulau Gili Timur? Pulau Gili Barat? Pulau Noko? Pulau Manokan Aeng? Mari ane jelaskan.

BAWEAN.

Adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Jawa sekitar 80 Mil atau 120 kilometer sebelah utara Gresik. Secara administratif sejak tahun 1974, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, di mana tahun sebelumnya sejak pemerintahan kolonial pulau Bawean masuk dalam wilayah Kabupaten Surabaya. Belanda (VOC) masuk pertama kali ke Pulau ini pada tahun 1743.
Bawean memiliki dua kecamatan yaitu Sangkapura (di bagian selatan) dan Tambak (di bagian utara). Nanti sewaktu agan turun dari kapal, berarti agan menginjakkan kaki di Kecamatan Snagkapura. Jumlah penduduknya sekitar 70.000 jiwa yang merupakan akulturasi dari beberapa etnis yang berasal dari pulau Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera termasuk budaya dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani selain juga menjadi pekerja di Malaysia dan Singapura, sebagian besar di antara mereka telah mempunyai status penduduk tetap di negara tersebut, selain di kedua negara itu penduduk bawean juga menetap di Australia dan Vietnam. Mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean dan suku-suku lainnya.
Bahasa pertuturan mereka adalah bahasa Bawean. Bukannya bahasa Madura seperti yg dimaklumkan sebelum ini. Di Malaysia dan Singapura, penyebutan suku ini berubah menjadi Boyan. Mereka menyebut diri mereka orang Boyan maksudnya orang Bawean.
Tokoh yang berasal dari Pulau Bawean yaitu Pahlawan Nasional Harun Thohir, Yahya Zaini, Syekh Zainuddin Bawean Al Makki, Syekh Muhammad Hasan Asyari Albaweani, dan keturunan bawean seperti Datuk Aziz Sattar dan masih banyak lainnya.
Sumber: wikipedia dengan sedikit tambahan.

1. Gimana caranya kesini gan?
Bisa naik kapal/pesawat gan. 
Jadwal kapalnya sebagai berikut:
Jadwal kapal ke Pulau Bawean
Sumber: baweantourism.com

FYI: Pelabuhan Paciran berlokasi di Kabupaten Lamongan, berjarak lumayan jauh dari Pelabuhan Gresik. Gili Iyang ini berupa kapal ferry (perjalanan sekitar 10 jam), jadi bisa bawa kendaraan. Kalau Express Bahari 1C sama Natuna Express berupa kapal cepat (perjalanan sekitar 3 jam), sehingga nggak bisa bawa kendaraan.

Kalau mau naik kapal Express Bahari 1C atau Natuna Express ane saranin booking tiket dulu gan supaya nggak kehabisan. Info harganya dan tempat pemesanan seperti di bawah:

Express Bahari


Gili Iyang (perjalanan sekitar 9-10 jam)


Natuna Express

INFO selengkapnya tentang PENITIPAN MOTOR di PELABUHAN GRESIK & KAPAL GILI IYANG: disini

Jadwal pesawat sebagai berikut:
Untuk penerbangan ke Bawean ini dilayani oleh Airfast Indonesia gan, situs resminya disini, jadwalnya seminggu 2x setiap hari Selasa sama Kamis terbang dari Surabaya. Berikut jadwal, harga tiket dan informasi kontak pemesanannya:
Jadwal pesawat ke Pulau Bawean
Sumber: http://www.airfastindonesia.com/


Harga tiket dan Informasi Pemesanan Tiket pesawat ke Bawean
Sumber: http://www.airfastindonesia.com/

Karena hanya pesawat perintis berkapasitas 12 penumpang, ane sarankan booking jauh-jauh hari gan supaya kebagian tempat. Bookingnya lewat nomor telepon yang ada diatas. Perjalanan dari Surabaya ke Bawean sekitar sejaman. Kalau naik pesawat, agan akan mendarat di Bandar Udara Harun Thohir yang ada di utara Pulau Bawean (tepatnya di Kecamatan Tambak).

2. Apa aja wisata di Pulau Bawean gan?
Sebagai gambaran utama, berikut Peta Wisata Pulau Bawean gan. Kedua peta ini ane sarankan dipint dan dibawa sebagai panduan ke Pulau Bawean. Percaya ane, ini lebih membantu daripada google map hehehe. Di Bawean susah sinyal soalnya kalau sudah masuk-masuk jalan kecil.
Peta Wisata Pulau Bawean
Sumber: http://bawean.eastjava.com/img/bawean_map_high.png


Peta Pulau Bawean
Sumber: daundesaku.blogspot.com
Bisa dibilang, 80 % wisata di Pulau Bawean berupa wisata alam. Mungkin terkait bentuknya sendiri yang berupa pulau kecil. Secara umum, tempat wisata di Pulau Bawean bisa dibagi menjadi tiga yaitu bagian barat, bagian tengah dan bagian timur. Mari kita bahas satu persatu mulai bagian barat dahulu.

WISATA BAGIAN BARAT:
1. Jerat Lanjeng/ Pantai Kuburan Panjang
2. Tanjung Kima
3. Tanjung Ga'ang
4. Penangkaran rusa
5. Pulau Gili Barat
6. Tanjung Cina

WISATA BAGIAN TENGAH

1. Air Terjun Murtalaya
2. Danau Kastoba
3. Grojogan Candi
4. Pantai Labuhan

WISATA BAGIAN TIMUR

1. Pulau Selayar
2. Air Terjun Laccar
3. Sidodegung Batu
4. Pulau Gili Timur (reccomended)
5. Pulau Noko (reccomended)
6. Pulau Manokan Aeng

3. Apa panduan yang bisa digunakan untuk keliling Pulau Bawean?

Ane sarankan bawa print kedua peta diatas, sangat membantu sekali. Siapkan juga download google map offline untuk Pulau Bawean, untuk jaga-jaga karena ketika sudah masuk ke kampung-kampung, jadi susah sinyal. Kemarin aku pakai kartu indosat.

Di Pulau Bawean sendiri hampir nggak ada sama sekali petunjuk arah gan. Jadi agan harus aktif bertanya kepada masyarakat lokal. Tapi jangan khawatir, mereka sangat baik, sopan dan menghargai pendatang kok gan.


4. Bagaimana dengan penginapan dan sewa motor di Bawean gan?

Jangan khawatir gan, banyak kok. Jadi nanti setelah agan turun di Pelabuhan Sangkapura, agan jalan kaki aja sekitar 1 kilometer ke arah timur (dari pintu keluar pelabuhan belok kiri). Nah disitu banyak sekali penginapan dari yang murah sampai menengah. Di penginapan itu kadang juga ada penyewaan motor. Kemarin aku ambil 2 malam di penginapan xx dengan tarif Rp 50.000/malam. Sewa motor matik dapat Rp 35.000/hari. Di Bawean nggak ada pom bensin gan, jadi harus isi bensin eceran. 

4. Bagaimana dengan keamanan gan?

Jangan khawatir gan, menurut ane Pulau Bawean itu aman banget gan. Jarang terjadi kriminalitas disini, misalnya pencurian motor. Secara ya kalau nyuri motor ya pasti ketangkap gan soalnya pulaunya ya begitu aja. Hehehe. Kemarin ane motoran berdua sama temen ane cewek juga aman.

5. Gimana nyebrangnya ke Pulau Gili Barat gan?

Hmmmm...gampang kok. Pulau Bawean sama Pulau Gili Barat itu sebenarnya dipisahkan laut gan. Tapi oleh masyarakat sekitar udah dibuat semacam jalan penghubung yang dibuat dari batu yang ditumpuk-tumpuk sampai ketinggian sekitar 1,2 meteran dari laut. Aman kok lewatnya karena air laut cenderung surut di siang hari. Letak penyeberangan ke Pulau Gili Barat sendiri berada di belakang SD. Nanti tanya-tanya ke masyarakat aja dimana lokasinya.

6. Kalau nyebrang ke Pulau Gili Timur gan? Sumpah bingung banget ni gan.

Rute yang paling umum itu lewat Desa Sidogedungbatu (Dusun Pamona) gan, lokasinya lihat peta diatas. Jadwal kapal ke Pulau Gili Timur biasanya sekitar jam 10 pagi, karena kapal tersebut akan mengangkut ibu-ibu yang habis berbelanja/berjualan di Pasar Bawean. Perahunya berupa perahu klotok dengan biaya penyeberangan Rp 5000/orang.

Masalah motor, dititipin dimana gan sebelum nyebrang?

Jangan kuatir gan, sebelum masuk ke dermaga penyeberangan, ada penitipan motor harian dengan tarif Rp 5000/hari. Dijamin aman kok nitip disini. Jarang banget ada maling gan di Bawean.

Dari Pulau Gili Timur, tinggal jalan kaki aja ke Pulau Noko (kalau pas surut), atau naik perahu klotok warga (kalau pas pasang). Menurut ane, Pulau Noko adalah Highlight dari kunjungan ke Bawean gan. Karena disinilah agan akan menemukan pantai biru bersih dengan pasir sehalus tepung. Berenang aman banget karena laut dangkal. 


Dari Pulau Gili Timur juga agan bisa mengunjungi Pulau Manokan Aeng, sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Jaraknya dekat banget, hanya 100 meter dari Pulau Gili Timur. Agan hanya bisa menyeberang pas kondisi air surut, kalau pas pasang, harus pakai perahu. Jadi tunggu apa lagi? Segera kunjungi Bawean!

7.26.2016

Yogyakarta, 16 Februari 2015 : Wisuda

Universitas Gadjah Mada
16 Februari 2015

Hari ini aku wisuda. Hari yang pasti ditunggu oleh semua mahasiswa. Hari dimana para orangtua akan tersenyum bangga melihat anaknya sudah menjadi sarjana. Hari dimana para sahabat akan berebut foto bersama dan membawakan kado istimewa. 

Tapi aku biasa saja.

Jujur aku tidak terlalu memandang prosesi wisuda sebagai sebuah prosesi yang membahagiakan. Yah, mungkin karena aku terlalu memikir ke depan. Apa langkahku selanjutnya? Apakah aku siap magang di bank? Atau menjadi pengangguran dahulu beberapa bulan?

Satu-satunya kebahagiaanku hanya, aku bisa terlepas dari beban tugas-tugas kuliah dan ujian semester yang membelengguku selama 4,5 tahun terakhir. Aku terbebas dari kewajiban harus bolak-balik Solo-Jogja memakai motor. Hahaha. Memikirkan itu semua membuat otakku sedikit plong.

Aku melihat orangtuaku tersenyum bahagia dan bangga. Yah, bagaimanapun, mereka tahu bagaimana perjuanganku kuliah sampai wisuda ini. Aku harus berjuang mempertahankan nilaiku tetap diatas kategori 'baik' untuk mempertahankan beasiswaku. Aku harus berjuang memahami materi IPA yang kadang susah kumengerti (karena aku dari jurusan sosial). Tetapi senyum mereka sedikit mengurangi kegalauan hatiku tentang masa depan yang belum pasti.

Bagaimanapun, aku tetap tersenyum.


Malam sebelumnya
Yogyakarta, 15 Februari 2015

'Dimana teman-temanku saat aku membutuhkan mereka?' aku menggerutu kesal. Dari dua orang yang kutanyai apakah aku boleh bermalam di rumahnya untuk malam ini, keduanya menunjukkan kesan penolakan. Aku malas membalas, kututup HPku sembari berkendara tanpa arah.

Sehari sebelum wisuda, aku memang datang sendiri ke Jogja naik motor. Orangtuaku rencana akan menyusul besok pagi langsung dari Solo. Sebenarnya sudah ada satu temanku yang menawarkanku untuk tidur di kosnya. Tetapi sewaktu kuhubungi, dia sedang pergi bersama orangtuanya. Aku harus menunggunya kembali, entah sampai jam berapa.

Kekesalanku memuncak. 'Seharusnya orangtuaku disini! Seperti teman-teman yang lain!' gerutuku.

'Apa aku menginap saja di hotel? Ah, tapi uangku terbatas. Belum lagi besok harus dandan, bangun jam 3 pagi.'

Kebetulan memang aku akan dandan wisuda bersama kedua temanku di kosnya. Kosnya yang rencana kutiduri malam ini. Aku hanya bisa pasrah, berarti aku memang harus menunggunya.

Salah satu temanku yang menunjukkan kesan penolakan tadi, tiba-tiba mengajakku bergabung di salah satu cafedangan di pinggiran Jogja. Aku yang tidak punya tujuan pun menyetujui. Lagipula masih pukul 9 malam. Temanku yang kuinapi kosnya belum ada tanda-tanda akan pulang.

Aku sama sekali tidak menikmati waktuku di cafedangan. Pikiranku kalut, kesal, dan badanku letih. Aku ingin berbaring di kasur! Itulah keinginanku saat itu. Aku memesan minum asal-asalan. Lebih banyak menghabiskan waktu menelfon temanku dan berdiam. Sungguh aku kesal. Akhirnya sekitar pukul sebelas malam, aku undur diri karena temanku sudah menghubungi. Akhirnya aku tertidur juga di kos temanku. Jam tiga pagi dibangunkan untuk dandan, ribet sekali jadi cewek ini ya! Hahaha. Bayangkan cowok, bangun mepet pun bisa. Tinggal mandi, pakai kemeja, celana, sisiran sama pakai toga.


Universitas Gadjah Mada
16 Februari 2015

Prosesi wisuda berjalan cukup baik. Acara dimulai dengan serentetan pidato pembukaan dan ucapan selamat yang seperti tanpa akhir. Sangat klasik. Kuhabiskan waktu dengan main game di HP Oppo Joy-ku. Aku kurang tertarik mendengarkan ceramah.

Acara dilanjutkan dengan penyerahan ijazah. Mahasiswa/i berotak jenius dengan IPK tertinggi di setiap fakultas dipanggil pertama kali. Ada yang IPK-nya 4.00, membuatku berpikir, kenapa dia harus menyiksa otaknya seperti itu. Penyerahan ijazah mereka dilakukan oleh rektor. Well, tentunya menjadi kebanggaan lebih bagi orangtua mereka ya, saat nama anaknya disebut sebagai salah satu yang memperoleh IPK terbaik.

Setelah para jenius dipanggil, giliran kami dipanggil. Dipanggilnya cukup cepat, karena memang banyak sekali yang diwisuda.

"Galuh Pratiwi, Fakultas Teknik, Cumlaude."

Aku menerima ijazahku dari Pak Dekan dengan khidmat. Empat setengah tahun untuk selembar kertas ini. Benar-benar perjuangan yang berbuah manis.

Setelahnya acara masih berlanjut dengan hiburan dan paduan suara.Semuanya terlihat bangga memelototi ijazah masing-masing. Perjuangan berbuah manis kan?

Selesai acara aku menemui kedua orangtuaku dan melanjutkan sesi foto dengan stan foto dadakan yang banyak berjajar di Graha Saba Pramana. Kemudian prosesi wisuda berlanjut ke jurusanku, teknik geologi. Disana kami diberikan momento wisuda dan sertifikat cumlaude. Syukurlah, acara berjalan dengan lancar!

Terimakasih UGM!

Surabaya, 22 Juli 2016 : Vietnam

Surabaya, 26 Juli 2016

Aku seharusnya mengunjungi Vietnam pada 2014. 

Tapi karena berbagai alasan, aku membatalkan trip yang sudah kurencanakan sedemikan rupa untuk pergi ke tempat lain. Aku tidak menyesal. Karena pada waktu itu, ada berbagai alasan yang membuatku membatalkannya. Lagipula, aku juga lebih bahagia pergi ke tempat lain itu.

Tetapi aku bertekad, suatu saat aku akan menebus kegagalan ke Vietnam ini. Aku akan mengunjungi Vietnam.

Jariku bergerak lincah melakukan booking tiket ke Vietnam saat mataku membelalak melihat harga tiket yang begitu murah. KL - Ho Chi Minh City - KL hanya Rp 550.000an saja. Terimakasih (lagi, lagi dan lagi) Air Asia. Sungguh tak tahu harus berterimakasih bagaimana lagi kepada pesawat favoritku ini. Perjalanan ini akan kulaksanakan 15-20 Agustus 2017. Masih cukup lama.

Sebenarnya aku ingin mengunjungi Vietnam tahun ini, tetapi karena pengaruh harga tiket yang mahal, aku tunda tahun depan. Untuk menstabilkan keuangan juga karena trip India-nepal kemarin cukup mengurangi tabunganku juga.

Perkembangan sementara baru beli tiket itu saja, untuk tiket Surabaya - KL - Surabaya belum beli juga, menunggu promo tahun depan. Rencana kota yang dikunjungi baru Ho Chi Minh City (Pasti), Mui Ne dan Dalat. Perkembangan lainnya akan aku update.


Surabaya, 19 Juli 2016 : Myanmar

Surabaya, 26 Juli 2016

Rp 872.000

Tagihan yang tertulis di halaman kartu kredit CIMB Clicks milikku. 

Tagihan untuk tiket Kuala Lumpur - Yangoon, Yangoon - Kuala Lumpur yang telah kubeli sebelumnya. Perjalanan yang akan kulaksanakan pada 9-15 Mei 2017. Aku sangat ingin mengunjungi Myanmar. 

Aku bahagia. Ini adalah rencana perjalanan keduaku yang akan pasti berangkat setelah Beijing pada 24-28 Maret 2017. Dan lagi-lagi, Air Asia yang membuat mimpiku menjadi nyata.

Untuk rute aku belum membuat, tetapi ada beberapa nama kota yang menarik perhatianku yaitu Yangon (pasti), Bagan (pasti), Mandalay (50/50), Naypyidaw (50/50), Bago (50/50). Sekilas kulihat dari internet, Myanmar negara yang indah dengan pagoda-pagodanya. Rasanya tidak sabar untuk segera mengunjungi semua itu.

Tiket Surabaya - Kuala Lumpur - Surabaya belum aku beli karena jika beli sekarang belum ada promo. Karena rencana perjalanan masih lama, aku berencana akan membelinya tahun 2017.

Selain tiket dan kota-kota incaran, belum ada perkembangan lagi. Akan aku update jika sudah ada perkembangan.





UPDATE :
3 September 2016

Mendapatkan tiket promo untuk keberangkatan ke Kuala Lumpur dari Surabaya. Hanya Rp 200.000 saja. Kabar baik lainnya, aku mendapatkan calon travelmate juga tiga orang untuk mengunjungi Myanmar ini. Semuanya teman kerjaku. Belum dapat tiket promo untuk Kuala Lumpur-Surabaya, tidak masalah nanti pasti akan ada.



Diary Menggapai Himalaya 22 : Menunggu Keluarga

KOCHI, INDIA
29 Juni 2016
11.59 PM
 Menunggu keluarga di pintu keluar Bandara Internasional Kochi (GALUH PRATIWI)


Momen menunggu kedatangan keluarga tercinta setelah sekian lama berpisah mungkin menjadi salah satu momen yang paling krusial bagi masyarakat India, terlebih di Kochi ini. Ini adalah pemandangan di pintu keluar Bandara Internasional Kochi. 


Dibatasi tali gesper sebagai pembatas antrian, mereka terlihat berbaris dengan tertib sembari melongokkan kepala ke pintu kedatangan. Antrian mengular sampai 10 meter ke belakang, melebar ke kanan dan kiri. Setiap ada orang keluar, dengan penuh rasa ingin tahu mereka akan langsung melongok lewat atas, samping kanan, samping kiri, berharap itu adalah keluarga tercinta yang sudah mereka tunggu-tunggu. Sepertinya jam tidak menjadi masalah bagi mereka, terbukti dengan semangat yang menggebu walau waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam.


Kami hanya terkagum dan tersenyum dengan semangat masyarakat Kochi menyambut keluarga mereka ini. Sewaktu kami keluar, seperti yang kuduga mereka memandangi kami dengan penuh rasa ingin tahu, seakan kami makhluk asing yang jarang mereka lihat. 


Sungguh rasa kekeluargaan sangat besar ya disini.

Diary Menggapai Himalaya 21 : Membuang 77 Ringgit ke KL Sentral

Kemacetan sepanjang jalan Bandara KLIA2 - KL Sentral (GALUH PRATIWI)

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.15 WM (waktu Malaysia), tapi bus yang kami tumpangi masih bergerak merayap. Kemacetan tak terhindarkan. Mobil berjajar panjang, seakan tak ada celah untuk menyalip mereka. Antrian mengular sampai ratusan meter ke depan.

'Gawat, kami harus check in penerbangan Air Asia ke Kochi jam 20.00! Bagaimana mungkin kami bisa terjebak dengan situasi semacam ini, benar-benar kebodohan diawal perjalanan,' gerutuku dalam hati.

'Bagaimana pula aku masih berpikiran mengunjungi Batu Caves segala? Di saat pesawat kami dari Yogyakarta ke Kuala Lumpur sudah delay, kami masih berleha-leha di bandara KLIA2 sampai setengah lima, sekarang masih mau ke KL Sentral entah apa tujuannya. Tidak mungkin mengunjungi Batu Caves, keluar KL Sentral pun tidak mungkin. Waktu terlalu mepet. Kami sama sekali tidak memperhitungkan faktor kemacetan.'

Bus kembali bergerak merayap, belum ada tanda-tanda kemacetan ini akan berakhir. Waktu semakin berputar. Kami mengusir kegusaran dengan bercerita, saling berbagi pengalaman setelah sekian lama tidak berjumpa. Menggunakan Bahasa Jawa dengan volume suara yang cukup keras, aku rasa hanya kamilah satu-satunya penumpang di dalam bus yang berbicara terus sepanjang jalan.

'Well, daripada menyesali pilihan yang sudah kita lakukan, lebih baik kita ambil sisi positifnya dan terus berbahagia.'

Perlahan kemacetan mulai mereda. Bus mulai berjalan dengan lancar, walau supir - seorang lelaki keturunan India berperawakan tegap - tetap menggunakan kecepatan sedang. Papan petunjuk arah ke KL Sentral mulai terlihat.

'Semoga sudah dekat,' ujarku dalam hati, sembari mengotak-atik google offline yang daritadi tidak berfungsi.

Bus kami meluncur melewati kawasan perkotaan yang cukup padat. Tiba-tiba, bus menepi. Ah, ternyata kami sudah sampai KL Sentral. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.45. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain berjalan tergesa-gesa, mencari makan, dan segera kembali ke KLIA2 secepatnya.

Selesai membungkus makanan seharga 11 ringgit - sebuah nasi kari ayam - kami segera berjalan cepat ke konter kereta ekspress KL Sentral - KLIA2. Tidak ada pilihan lain, kami tidak mau mengambil resiko naik bus kembali. Lebih baik kehilangan sedikit uang ringgit daripada harus kehilangan tiket pesawat ke India malam ini.

"110 ringgit untuk 2 tiket," kata wanita di loket penjualan kereta ekspress.

Perkataan yang membuat kami menelan ludah. Apa?? 110 ringgit hanya untuk tiket kereta? Benar-benar pemborosan dan kebodohan di awal perjalanan. Bagaimana kami bisa memutuskan hal seperti ini? Bagaimanapun aku paling benci pemborosan uang untuk hal tidak berguna di awal perjalanan. Tapi sudahlah, ini sudah terjadi. Aku hanya bisa berpasrah mengambil sisi positifnya.

11 Ringgit (tiket bus KLIA2 - KL Sentral), 11 ringgit (makan), 55 ringgit (tiket kereta ekspress). 77 ringgit hanya untuk makan. Jika uang sebesar itu digunakan untuk makan di Bandara KLIA2, tentulah sudah mendapatkan menu lezat.

Diary Menggapai Himalaya 20 : Ditegur petugas imigrasi Bandara KLIA2 Malaysia

"Cekrik....cekrik....", aku sibuk menfoto suasana Bandara KLIA2 Malaysia sesaat setelah mendarat dari Yogyakarta. Perasaanku begitu senang dan bahagia.

Foto resmi di bandara KLIA, foto disini sudah tidak dilarang (GALUH PRATIWI)

Akhirnya aku backpackeran ke luar negeri lagi!

Rasanya seperti mimpi, setelah perjuanganku mengatasi ketakutan naik pesawat A*r A**a karena peristiwa mengerikan di akhir 2014, perjuanganku mengumpulkan lembar demi lembar rupiah, perjuanganku menunggu setahun lebih demi perjalanan ini.

Semua sudut menarik aku foto, tidak terkecuali. Bandara KLIA2 Malaysia begitu besar dan bersih. Begitu penuh petualang-petualang berduit cekak seperti kami. Rasanya begitu menyenangkan melihat ini semua. Kami terus melangkahkan kaki menuju konter imigrasi untuk mendapatkan cap masuk Malaysia.

"Please delete your photos," kata seorang perempuan berseragam bertubuh besar. Nadanya tegas dan tajam. Seakan aku melakukan pelanggaran hebat yang tidak kuduga sebelumnya.

"Sorry, what?" tanyaku.

"Photos in your handphone," katanya sembari menunjuk HPku.

Lidahku kelu. Ada apa ini? Aku baru tahu kalau foto disini dilarang. Ingin rasanya bertanya, 'Why?'


Aku menunjukkan galeri fotoku dan dia menyuruhku menghapus semua foto yang sudah kuambil di sekitar bandara KLIA sebelumnya. Aku menurut, semua foto segera kuhapus. Sebelum pergi dia sempat melihat HPku lagi. Setelah puas dia beranjak pergi.

Aku cukup tertegun dengan suara tajamnya. Ada-ada saja. Ternyata memang dilarang mengambil foto di sekitar area imigrasi, well, mungkin karena alasan keamanan.

Kami hanya menanggapinya dengan kepala dingin dan melanjutkan perjalanan. Well, itu bukan hal serius yang patut kuratapi.