Backpacking.....Menggendong ransel dan kamera dari satu tempat ke tempat lain...Berjalan kaki berkilo-kilometer dengan peluh meleleh....Bertanya arah dari satu orang ke orang lain...Menggunakan transportasi termurah...Menginap di hostel/homestay apa adanya....Adalah bagian dari kehidupanku sekarang.
Aku masih ingat, betapa lebarnya senyumku mengembang sewaktu merasakan angin laut berhembus membelai rambutku, betapa bahagianya diriku sewaktu merasakan angin dari jendela bus membelai wajahku. Petualangan, sesuatu yang kuidam-idamkan, terlaksana.
Backpacking telah mengajarkanku banyak hal, kebanyakan hal positif. Hal positif yang membantuku menjalani hidup yang keras. Apa saja hal-hal positif tersebut? Ane tuliskan di bawah:
a. Menjadi manusia yang berani
Menjadi seorang backpacker yang harus menyusun semuanya secara mandiri mengajarkanku untuk menjadi lebih berani. Berani bukan hanya pas backpacking saja tentunya, tapi juga berani dalam aspek kehidupan yang lain juga. Karena dengan sifat bernailah kita bisa menggapai mimpi kita, kita bisa menjalani hidup yang keras. Be brave!!
b. Mampu membuat keputusan
Saat di jalan, terkadang kita harus membuat keputusan penting dalam waktu yang cepat. Dalam hal yang paling simpel misalkan,
"Apakah kami akan menginap disini atau mencoba tanya yang lain dulu?",
" Apakah kami harus menyewa motor atau pakai transportasi umum saja?"
Tanpa dugaan, kereta datang terlambat sehingga kota A yang sudah dalam rencana tidak bisa dikunjungi, apa yang harus kami lakukan?
Tanpa sadar, menjadi seorang backpacker memaksa kita menjadi decision maker dalam waktu yang cepat. Dengan penuh pertimbangan tentunya, pengalaman terdahulu juga memungkinkan dijadikan bahan pertimbangan.
c. Berani keluar dari zona introvert
Di kehidupan sehari-hari, aku cenderung 70 % introvert, 30 % ekstrovert. Tetapi ketika sedang backpaking, seakan-akan terbalik yakni aku menjadi 70 % ekstrovert, 30 % introvert. Karena menjadi seorang backpacker mandiri memaksaku untuk aktif menanyakan segala sesuatu dengan backpacker lain/masyarakat lokal. Terkadang pertanyaan-pertanyaan singkat tersebut berbuah menjadi obrolan yang lebih akrab.
d. Menahan emosi dan lebih bersabar
Ketika harus menghadapi situasi keberangkatan pesawat yang delay, kedatangan kereta api yang terlambat sampai 8 jam, paksaan para penjaja souvenir, guide, pemilik penginapan untuk mampir di lapak mereka, membuatku menjadi lebih bisa menahan emosi dan bersabar. Karena aku yakin, di balik itu pasti ada hikmah yang bisa didapatkan seperti ketika pesawat delay kita bisa mendapatkan teman baru untuk mengobrol, ketika kereta api terlambat datang 8 jam kita merasakan bagaimana tidur di peron Stasiun di India, dan lain-lain.
e. Tidak mudah ngeluh
Ketika backpackeran, fisik maupun mental kita akan diuji. Namanya juga backpackeran, berusaha mengunjungi sebanyak mungkin tempat dengan dana seminim mungkin, pasti lebih banyak kurang nyamannya daripada nyamannya. Tetapi itu semua kembali ke diri kita sendiri, apakah kita mampu mensyukuri semua itu. Menjadi backpacker mengajarkanku untuk bisa menerima keadaan apa adanya dan tidak mudah mengeluh. Itulah yang aku punya, itu juga yang mengantarkanku ke sebuah perjalanan eksotis, apa lagi yang harus dikeluhkan?
f. Makan seadanya
Menjadi seorang backpacker dengan uang seadanya, memaksaku untuk pintar-pintar berhemat di pos pengeluaran. Salah satu pos pengeluaran yang biasanya memakan uang paling banyak selain transportasi dan penginapan adalah uang makan. Menjadi seorang backpacker, kita harus siap makan seadanya seperti energen untuk sarapan, mie rebus untuk makan siang, nasi dan abon untuk makan malam. Tujuannya utamanya tentu saja untuk menghemat, tetapi terkadang memang keadaan tidak memungkinkan kita untuk membeli makanan seperti perjalanan lebih dari 12 jam, tidak ada warung yang buka, dan lain-lain.
g. Memahami karakter orang
Memahami karakter travelmate/traveler lain/masyarakat lokal merupakan salah satu tugas backpacker jika sedang di jalan. Kita tidak bisa memaksakan kehendak, bahwa karakter mereka haruslah semuanya karakter positif yang bisa kita terima. Manusia diciptakan dengan pemikiran dan sifat yang berbeda-beda. Berusaha memahami sifat, kebiasaan mereka, berani menegur jika mereka berbuat salah. Banyak kan, pelajaran yang bisa didapatkan dari backpackeran?
h. Memahami budaya asing
Ketika aku berada di tempat asing yang jauh dari kampung halamanku, terkadang aku melihat budaya mereka yang sama sekali berbeda dengan tempat tinggalku sekarang. Budaya yang bisa dikatakan unik, aneh, spesial. Menjadi seorang backpacker, haram hukumnya jika kita melontarkan ejekan atau cibiran menghadapi perbedaan tersebut. Justru hal-hal seperti itulah yang membuka pikiran dan wawasan kita. Ternyata ada sesuatu seperti itu di tempat lain, begitu kaya budaya di dunia ini. Bayangkan jika di satu bumi yang bulat ini, hanya ada satu/beberapa budaya yang serupa. Apa uniknya? Apa eksotisnya?
i. Lebih rajin
Menjadi backpacker mengajarkanku untuk menjadi lebih rajin. Rajin bangun pagi, rajin membaca, rajin berdoa dan menyerahkan diri kepada Tuhan, karena hanya Tuhan dan diri kita sendirilah kita bersandar.
j. Lebih bertanggung jawab
Tanggung jawab kepada diri sendiri, tanggung jawab atas rencana perjalanan yang telah kita buat, tanggung jawab atas pilihan kita selama di jalan, tanggung jawab atas barang-barang kita, tanggung jawab terhadap waktu. Masih banyak jika ingin dijabarkan.
k. Lebih percaya diri
Sama seperti berani keluar dari zona introvert, menjadi seorang backpacker mengajarkanku menjadi seseorang yang penuh percaya diri. Aku percaya bisa menempuh semua rute yang sudah kurencanakan, aku percaya bisa bertahan di negara manapun, aku percaya alam semesta dan Tuhan akan terus melindungiku.
Jadi tunggu apa lagi, ayo backpackeran!!
"Bukalah pikiranmu, backpackeran bukan hanya tentang bersenang-senang dan membuang uang. Lebih dari itu, backpacking akan mengajarkanmu banyak hal, membentuk kepribadian dirimu, membuka matamu, menetaskan belenggu ketakutanmu."