2.08.2016

Solo 8 Februari 2016: RUSSIA


"Believe....believe...believe..."

Lantunan lagu Justin Bieber berkumandang merdu dari speaker HP saya. Entah kenapa, saya selalu termotivasi ketika mendengar lagu berjudul "believe" ini. Karena bagi orang sepertiku - pemimpi - , kata "believe" atau percaya adalah salah satu pendorong/booster untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Karena tanpa kepercayaan kepada diri kita untuk mewujudkan mimpi tersebut, saya yakin, mimpi tersebut hanya akan menjadi angan-angan belaka sebelum tidur.

Saya masih ingat, ketika SMA saya mempunyai sebuah notebook yang berisi cerita-cerita perjalanan hidup saya. Mulai dari kegagalan saat mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Makassar pada 2008 sampai akhirnya berhasil dapat medali di OSN Jakarta 2009, cerita saat saya masuk UGM, mendapatkan beasiswa, cerita tentang mimpi-mimpi ke luar negeri, dan lain-lain. Di dalam buku tersebut saya menuliskan nama beberapa negara yang saya sangat ingin sekali mengunjunginya suatu saat nanti. Pada daftar tersebut, salah satunya tertulis nama RUSSIA.

Menurut saya, RUSSIA itu negara yang sangat eksotis, dingin, nun jauh di utara sana. Saya tertarik sekali ingin mengunjungi negara ini karena keanekaragaman budaya serta sejarah perang dunia II maupun komunisme di masa lalu. Selain itu, berdasarkan searching saya di internet, pembuatan visa Russia tidaklah sesulit visa USA/Schengen/Australia sehingga saya semakin optimis akan kesini. Selain itu lagi, nilai tukar rubel - mata uang Russia - sedang rendah (1 rubel sekitar Rp 178) sehingga saya tidak terlalu terkendala masalah perbedaan currency.

Saya merencanakan akan mengunjungi RUSSIA pada musim panas 2017, tepatnya bulan Juni-Juli, sewaktu libur Idul Fitri 2017. Untuk tiket kesana saya akan mengusahakan mencari tiket termurah menggunakan Turki Airlines KL-Moscow-KL (7 juta PP dengan transit di Turki). Kota yang ingin saya kunjungi adalah Moscow (beserta kota-kota kecil di sekitarnya yang sering disebut Golden Triangle), St. Pettersburg dan Murmanks (kota yang sudah hampir berada di Kutub Utara pada pesisir Laut Barents - mungkin saya bisa melihat Aurora Borealis). Rencana saya akan mengambil penerbangan yang transit di Turki-nya cukup lama supaya saya bisa jalan-jalan di Kota Istanbul juga. Untuk pemegang paspor WNI, pembuatan visa Turki cukup dengan VOA dan membayar 45 USD.

Saya sadar, tanpa uang trip ini akan mustahil untuk dilaksanakan. Oleh karenanya, saya terus memotivasi diri saya untuk menabung. Trik menabung saya adalah sebagai berikut: saya mempunyai 2 ATM (1 CIMB Niaga, 1 Bank Jatim). Uang yang ada di ATM CIMB Niaga saya gunakan untuk biaya hidup sehari-hari, sementara uang yang ada di ATM Bank Jatim saya gunakan untuk menabung. Setiap ada pemasukan di luar gaji, saya langsung masukkan di ATM Bank Jatim. Syukurlah sedikit demi sedikit, tabungan saya mulai bertambah. Saya merencanakan dalam waktu dekat akan menonaktifkan ATM Bank Jatim saya supaya tidak tergoda untuk comol-comol uang.

Doakan ya Fellas, mimpi saya benar terwujud, karena saya telah berusaha keras! See you and always be optimistic!! (smile) (smile) (smile)


UPDATE:
23 AGUSTUS 2016

I Got the Ticket!!!!!

Oh my God, I still can't believe it.






Pada suatu malam yang biasa saja, tetiba salah satu teman travelingku mengirimkan pesan via whats app. Memberi informasi tentang promo tiket ke Moscow, Russia lewat traveloka. Hanya 5 jutaan PP dari Kuala Lumpur. Untuk penerbangan ke Moscow, itu termasuk murah karena untuk tarif normal bisa sekitar 7-8 Juta PP dari Kuala Lumpur.

Aku bahkan masih tidak percaya sudah menekan tombol konfirmasi....

Dari sebuah impian sederhana, sekarang aku benar-benar harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk tahun depan pergi kesana.

Spasiba (Thank You), GOD!!

You really awesome!

Sementara perkembangan baru di tiket saja. Tiket Indonesia-KUL PP belum beli, nanti saja menunggu promo. Akan aku update jika ada perkembangan lagi. Jangan takut bermimpi ya, kawan!!


UPDATE : September 21, 2016
Europe is to close!

Ketika pertama kali aku melihat peta negara russia untuk membuat rencana perjalanan, aku melihat negara yang begitu luas dan besar. 

"From east to west, Russia is 5,592 miles wide. The country has a total land mass of almost 6,600,000 square miles and spans two continents, Europe and Asia. It is the largest country in the world in terms of land area."



Pada perbatasan sebelah barat, aku melihat deretan negara Scandinavia seperti Norwegia, Finlandia dan negara-negara Eropa Timur seperti Estonia, Latvia, Belarus, serta Ukraina. Dari kota terakhir yang kukunjungi di Russia - St. Petersburg - negara-negara tersebut terlihat sangat dekat dan terjangkau. Aku mulai berpikir, kenapa tidak pergi kesana juga? Aku mulai mencari informasi negara-negara di Eropa Timur yang tidak membutuhkan visa bagi Warga Negara Indonesia. Aku menemukan nama negara Armenia dan Belarusia.

Aku mengusulkan kepada calon travelmate, bagaimana kalau kita sekalian mengunjungi Armenia? Sekilas aku melihat negara ini dari google, aku menjumpai negara yang sangat cantik dengan perbukitan dan kastilnya. Negara ini bahkan jarang terdengar namanya di Indonesia, mungkin malah banyak yang tidak tahu lokasinya dimana.

Travelmate setuju, malah beranggapan kita bisa sekalian mengunjungi Eropa Timur yang memiliki kastil-kastil indah. Aku mulai bersemangat! Eropa Timur? Oh, benarkah aku akan merencanakan kesana? Impian yang mungkin sudah kupendam bertahun-tahun. Aku seakan takut membayangkannya.

Aku mulai mencari-cari informasi negara di Eropa Timur yang memiliki kastil-kastil cantik, dan pandanganku tertuju ke Republik Ceko, tepatnya kota Prague. Beberapa orang yang berkeliling Eropa selalu memuji-muji Prague dengan keindahan arsitektur kotanya.

Aku mulai melihat peta Eropa lagi, Eropa Barat terlihat terlalu dekat, serta tiket pesawat murah antar kota di Eropa bertebaran. Aku menatap Italia, mengusulkan nama Roma dan Vatikan kepada travelmate. Alternatif adalah Perancis. Kami mempunyai waktu sangat singkat dengan begitu banyak rencana, klasik khas gaya jalan saya dengan travelmate saya ini.

Dia Setuju!!


Rencana rute : KL - Hanoi - Moscow - St. Petersburg - Riga (Latvia) - Prague (Rep. ceko), Roma (Italia) - Vatican - Moscow - Ho Chi Minh City - KL

PS: Riga (Latvia) kami kunjungi jika ada waktu transit yang memungkinkan dari penerbangan St. Petersburg (Russia) - Prague (Rep. Ceko)

Bagaimana mungkin ini? Aku telah berani memutuskan pergi ke salah satu negara yang sudah menjadi impianku sejak aku kecil. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Mungkin emmang masih ada tembok visa yang menghadang, tapi aku cukup optimis.

Sekarang ini aku masih berjuang mengumpulkan uang saku dan persiapan untuk membuat visa. Semoga semuanya berjalan lancar. Terimakasih Tuhan!



UPDATE : November 2, 2016

France is too hard to be missed!

Plan has changed!
What was that??

I decided to skip Czech Republic and choosed France as alternate. Why so suddenly? Well, because I though France was really hard to be missed!

How can I visit those Collosseum, Oblique Tower, Vatican City, without visit Eiffel Tower, Louvre Museum and Notre Damme Cathedral also? It is too close, and airplane ticket cost only 30 USD from Paris to Rome. I can't missed it.

I want to hike Eiffel Tower until it's peak and see Paris City from above. It cost 17 euro. I want to see Leonardo Davinci's most famous work, MONALISA, I want to hang out in outdoor cafe in Paris. I'm so excited!!

Here are my new rough itinerary:



2.07.2016

Pulau Noko 18 Oktober 2015: Keindahaan Sebuah Penerimaan

Bagi saya, ketulusan Mama Tegar untuk mengundang dan menerima saya di rumahnya lebih bernilai daripada keindahan Pulau Noko yang ada di foto ini.
Pulau Noko (GALUH PRATIWI)
Sudah 3 jam lebih aku menunggu kapal yang akan menyeberangkanku ke Pulau Gili Timur tanpa hasil. Aku mendengus kesal. Matahari bersinar semakin garang, seakan tak mempedulikan para manusia yang memohon ampunan di bawahnya. Semakin siang, semakin banyak orang yang mengantri akan menyeberang ke Pulau Gili Timur. Mereka adalah orang-orang Pulau Bawean yang akan menghadiri pernikahan di Pulau Gili Timur. Saya diperbolehkan menumpang kapal gratis, dengan syarat, diangkut bersama rombongan paling terakhir.

Mama Tegar, itulah nama ibu yang sempat mengobrol dengan saya sembari menunggu kapal. Mama Tegar merupakan warga asli Pulau Gili Timur yang hari ini berkunjung ke Pulau Bawean untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Perawakannya yang tinggi besar berbanding terbalik dengan sifatnya yang begitu akrab saat mengajak saya mengobrol. Mama Tegar bertanya apa alasan saya ke Pulau Bawean. Saya berkata saya tidak tahu, saya hanya ingin mengunjungi Pulau Bawean, itu saja. Tetapi sebenarnya, di balik itu saya ingin melihat Indonesia secara lebih mendalam. Saya ingin mencari alasan, apa yang membuat masyarakat di pulau kecil ini masih mau bertahan di daerah yang notabene terpencil dan hampir dikatakan serba kekurangan.

Kawatir dengan nasib saya, Mama tegar mengajak saya menginap di rumahnya. Saya mengiyakan, karena memang tidak mempunyai rencana apapun. Saya akhirnya tidak jadi ikut kapal pernikahan, tetapi naik kapal rakyat dengan tarif 5ribu/orang. Perjalanan selama 1 jam yang membuat saya merinding disko karena ombak yang terus memukul-mukul kapal tanpa ampun. Pada beberapa kesempatan, cipratan air yang begitu tinggi sudah masuk ke tubuh kapal. Saya hanya bisa berpasrah, berharap Tuhan akan menyertai langkah saya.

Rumah Mama Tegar adalah sebuah rumah sederhana tanpa listrik maupun sinyal HP sepeserpun di pesisir Pulau Gili Timur. Saya tidak diperbolehkan melakukan apapun disini, saya tidak diperbolehkan membantu menyiapkan makanan, membantu mencuci piring, membantu mengangkut air, membantu apapun tidak boleh. Saat akan minum, saya diberikan air minum Club 1,5 liter yang mereka beli di Pulau Bawean, karena air disitu rasanya payau (mereka sendiri meminum air payau tersebut). Saat akan tidur, saya diberikan karpet khusus dengan bantal dan selimut tebal (padahal mereka tidur beralaskan tikar tipis di lantai). Saat saya memaksa membantu, saya malah dimarahi. Saya hanya disuruh duduk. Semua perlakuan istimewa itu membuat saya gundah dan merasa tidak enak, begitulah Mama Tegar.

Siangnya, suami Mama Tegar mengantarkan saya ke Pulau Manokan Aeng, sebuah pulau yang bisa dicapai dengan berjalan kaki ketika air laut surut. Katanya saya bisa diculik kalau jalan sendirian (hehehe ada-ada saja, saya pikir siapa yang akan menculik saya yang terlihat banget tidak punya uang ini). Sorenya, dengan kapal kecil mereka, Mama Tegar, suaminya dan kedua anaknya mengantarkan saya ke Pulau Noko, sebuah pulau kecil dengan pasir seputih tepung yang bisa dicapai dengan berjalan kaki ketika air laut surut. Karena sore itu air sudah pasang, kami harus menggunakan perahu klotok.

Pulau Noko adalah sebuah pulau kecil berukuran seperti lapangan sepakbola dengan pasir putih seperti tepung dan air biru bersih. Saya berlari-lari, berenang, mencari bintang laut, mencari rumput laut, ikan, kerang-kerang dengan anak-anak Mama Tegar, sementara Mama tegar dan suaminya mengamati kami dari gubuk-gubuk kecil sembari bermesraan. Saya merasa begitu bahagia dengan kesederhanaan dan penerimaan ini. Semua ambisi saya seketika hilang berbaur dengan penerimaan dan rasa syukur yg mendalam. Saya merasa begitu bahagia karena senyum-senyum keikhlasan mereka. Inilah yang akan selalu saya ingat dan kenang, Terimakasih.

"Travelling is not about destination, but about the experience itself"

Perjalanan dari Pulau Bawean ke Pulau Gili Timur (GALUH PRATIWI)

Pemukiman di pesisir Pulau Gili Timur(GALUH PRATIWI)

Pemandangan dari Pulau Manokan Aeng (GALUH PRATIWI)