11.19.2016

Kawah Ijen, 18 November 2015 : Pengangkut Belerang

Pengangkut Belerang Kawah Ijen (GALUH PRATIWI)

Bagi sebagian orang, hidup mungkin terlihat mudah. Bagi sebagian orang, mereka tinggal duduk dan berpikir seharian di kantor ber-AC dan menunggu uang yang datang setiap bulan. Bagi sebagian orang, mereka berdagang dengan harapan untung setiap hari. Aku tekankan, bagi sebagian orang. Bagaimana dengan sebagian yang lain?

Beginilah ironi 'sebagian orangyang aku tangkap di Kawah Ijen, Banyuwangi. Dengan memanggul beban seberat 90 sampai 100 kilogram, setiap hari, bapak berbaju merah ini harus naik turun dari Kawah Ijen ke Pos Patulding yang berjarak 2 jam jalan kaki. Medannya? Jangan ditanya. Jalan tanah licin yang berkelak-kelok siap membuat jatuh kapan saja jika tidak sigap.


Apa pilihan bapak ini dan 150-an buruh pengangkut belerang lainnya di Kawah Ijen? Mungkin inilah satu-satunya pekerjaan yang memungkinkan bagi mereka untuk menghidupi istri dan anak. Walau bisa dibayangkan, bagaimana lelahnya harus naik gunung setiap hari, bagaimana sakitnya pundaknya setiap malam dan mungkin sudah mengapal, bagaimana dampak menghirup asap belerang setiap hari, bagaimana menghadapi dinginnya udara Kawah Ijen. Semuanya sudah menjadi santapan sehari-hari tanpa mempedulikan dampaknya.

Satu hal yang kupelajari: Hidup adalah Perjuangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar