Aku mempunyai prinsip, selagi kerja di Surabaya, aku ingin mengunjungi tempat wisata sebanyak mungkin di Jawa Timur. Kapan lagi kan? Aku tidak harus mengeluarkan ekstra biaya untuk membeli tiket kereta api ke Jawa Timur dahulu. Hanya perlu aku, seorang teman (aku kurang suka jalan-jalan sendiri), Si Merah (Motor Shogun 125 kesayanganku) dan uang secukupnya.
Ini hari Sabtu, hari yang mungkin ditunggu-tunggu oleh sebagian besar karyawan pemerintahan sepertiku karena bisa dibilang merupakan hari liburan. Jika tidak terpaksa, sebenarnya aku malas sekali kalau harus menghabiskan akhir pekan di kos, karena aktivitasku hanya berkisar pada tidur, nonton film, internetan dan tidur kembali. Justru membuat badanku pegal-pegal karena tidak banyak gerak. Mau mencuci malas, bersih-bersih kos malas, memasak malas. Alhasil hanya seperti siput seharian, tiduran sambil nyemil dan internetan. Benar-benar gaya hidup yang tidak sehat. Karena itulah aku sering dilanda kejenuhan pada akhir pekan.
"Eh ke Bukit Jamur yuk? Aku lihat di internet bagus nih, Nggak jauh kok dari Surabaya sini mungkin sekitar 20 kiloan" kataku ke teman bolangku.
Aku melihat sebuah tempat wisata yang konon katanya merupakan bekas pertambangan. Terlihat adanya sisa-sisa batuan yang ditinggalkan dan membentuk seperti jamur. Sepertinya cocok untuk foto-foto walau aku yakin cuaca pasti panas banget disana.
"Ayok dah," kata temanku dengan semangat.
Setelah persiapan singkat dan mengisi penuh bensin untuk Si Merah, aku segera melajukan motor dari Surabaya Pusat ke arah Kota Gresik. Menurut google map, jarak yang harus kami tempuh sekitar 18 kilo. melewati ruas jalan Gresik Gadukan Timur - Jalan Kalianak Timur - Jalan Greges Timur - Jalan Tambak Osowilangun - Jalan Kragan Rembang Surabaya.
Pemandangan yang kami jumpai di sepanjang jalan kurang menarik. Truk-truk barang raksasa mendominasi di jalanan yang lebarnya hanya sekitar 10 meter ini, membuat jalanan sering macet jika berpapasan. Sisanya, mobil-mobil pribadi, angkot, dan ratusan motor tumpah ruah di jalanan ini. Udara panas masih menyengat, debu-debu dan asap kendaraan bercampur.
Satu jam kemudian kami sudah sampai Kota Gresik. Bangunan industri dengan gudang-gudangnya yang besar langsung menyambut kami. Hal ini tentunya tidak mengherankan karena Kabupaten Gresik merupakan subwilayah pengembangan bagian (SWPB) yang tidak terlepas dari kegiatan subwilayah pengembangan Gerbang Kertasusila (Gresik, Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Gresik termasuk salah satu bagian dari 9 subwilayah pengembangan jawa timur yang kegiatannya diarahkan pada sektor pertanian, industri, perdagangan, maritim, pendidikan, dan industri wisata.
Aku melajukan Si Merah ke utara untuk menuju Bukit Jamur. Menurut google map, kami harus melalui jarak sekitar 27 kilometer melewati ruas jalan Gresik-Tuban. Disinilah masalah dimulai. Sekitar setengah jam setelah melewati Kota Gresik, tiba-tiba ban motor Si Merah bocor... Duh, aseem!!
"Waduh bocor ini bannya," kataku dengan kesal.
"Yaudah cari tambal ban dulu aja.... Eh duuh aku kok sesak nafas ya," jawab teman bolangku dengan panik.
"Waduuh, kenapa kamu?" tanyaku setengah panik.
"Gak apa-apa, kamu jalan dulu aja cari tambal ban. Aku tunggu disini."
Setelah susah payah menyeberang jalanan yang sangat ramai, akhirnya aku menemukan tambal ban dan segera menjemput temanku, untunglah dia sudah tidak apa-apa.
"Gimana keadaanmu?"
"Udah gak apa-apa kok. Sumpah tadi sesek banget rasanya."
Ya ampun! Ada-ada saja........
###
Selesai tragedi ban bocor dan sesak nafas, semuanya menjadi lebih baik dan lancar. Aku memacu Si Merah secepatnya, ingin cepat sampai karena cuaca sangat panas. Kami membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk mencapai daerah dekat Bukit Jamur.
"Stop, stop, daerah dekat sini," kata temanku tiba-tiba. Dia membawa HP dengan google map untuk petunjuk.
"Loh, ini kan pintu masuk perusahaan tambang? beneran disini?" tanyaku setengah yakin.
"Iya bener kok disini."
Karena tempat masuk perusahaan tambang tersebut tidak ada gerbang dan suasana terlihat sepi, aku langsung melajukan Si Merah . Sekitar 50 meter berjalan di jalanan tanah berkapur tersebut, terdengar suara seseorang memanggilku sembari meniup peluit.
Waduh...
"Mbak, mbak, dilarang masuk kesana."
"Iya Pak, bagaimana?" tanyaku dari kejauhan sembari melajukan motor ke arah mereka.
"Begini mbak, hari ini tidak boleh masuk kesana karena ini pertambangan masih aktif. Masih banyak truk dan alat berat keluar masuk jadi berbahaya."
"Tapi kami mau menuju Bukit Jamur saja Pak," protesku. Bukit Jamur ini merupakan kawasan pertambangan yang sudah tidak aktif lagi.
"Hari Minggu saja mbak kembali kesini. Silahkan datang dan lihat sepuasnya, kalau hari ini memang ditutup.
Aku kembali membujuk dan sedikit merengek, mengatakan kalau aku datang jauh-jauh dari Surabaya hanya untuk lihat Bukit Jamur tapi mereka tidak peduli dan disuruh datang hari Minggu saja. Yahh...akhirnya aku keluar lagi ke jalan dengan pasrah.
"Nggak ada jalan lain ya kesana? Coba lihat google map," kataku.
"Ada sih, tapi akhirnya tetap harus masuk ke kawasan pertambangan ini."
Sial. Masa aku sudah jauh-jauh kesini harus kembali tanpa mengunjungi tempat apapun. Aku segera membuka google dan mencari tempat wisata di Gresik. Aku menemukan nama Pantai Delegan.
"Kita ke Pantai Delegan aja ya, jaraknya cuma 25 kilo kok dari sini."
Akhirnya kami dan Si Merah melanjutkan perjalanan kembali ke arah utara melewati ruas jalan Gresik Tuban. Jalanan masih seperti sebelumnya, datar dengan perkampungan di kanan kiri. Cuaca sudah sedikit membaik, tidak sepanas sebelumnya. Semakin mendekati pesisir pantai, jalanan menjadi semakin kecil dan relatif sepi sehingga aku bisa melajukan Si Merah dengan leluasa.
Kami membutuhkan waktu sekitar satu jam sebelum akhirnya sampai ke kawasan Pantai Delegan. Aku membelokkan motor ke arah kanan jalan karena aku yakin itu adalah objek wisata Pantai Delegan.
"Loh, kok jalannya ke Pantai malah dipagerin?"kataku dengan heran setelah memarkir motor.
"Coba lewat sana," kata temanku.
"Sama, dipagerin juga ternyata."
"Ah yaudah kita makan dulu aja, itu ada warung disana."
Kami menghabiskan sesorean itu dengan cerita-cerita pengalaman dan bergosip di bangku-bangku taman yang berjajar di dekat pantai. Sepiring kentang goreng dan segelas milo hangat menjadi peneman yang setia. Meskipun mungkin ini aktivitas yang biasa saja dan bisa dilakukan dimana saja, tetapi aku tetap senang karena aku bisa benar-benar refreshing dari aktivitas yang itu-itu saja. Akhirnya karena hari sudah menunjukkan semakin sore, kami bergegas pulang.
"Mas, ini Pantai Delegan bukan ya? Kok jalan ke pantainya malah dipagerin gitu?" tanyaku penasaran saat membayar makanan.
"Bukan mbak, Pantai Delegan masih ke arah barat lagi. Kira-kira seratus meteran terus nanti belok kanan."
Owalah! Hahaha. Kami hanya bisa tertawa. Si penjual sampai terlihat bingung/
###
Mengikuti petunjuk arah yang diberikan penjual warung, akhirnya aku menemukan gerbang selamat datang di Pantai Delegan. Segera kulajukan Si Merah masuk sebelum akhirnya kami disemprit kembali oleh petugas yang berjaga.
Aduuh, apa lagi sih ini??
"Mbak, mbak, udah tutup."
"Waduuh, sebentar saja Pak. Saya hanya mau foto-foto terus keluar," ujarku setengah memohon.
"Okelah, tapi jam 5 tutup ya."
"Baik Pak."
Hahaha, akhirnya aku masuk juga. Disini kami hanya berfoto-foto singkat. Masa sih udah jauh-jauh kesini nggak ada kenang-kenangan fotonya sama sekali?
Disitulah aku menunjuk Laut Jawa di kejauhan sana. Seratus kilometer di sebelah utara sana ada Pulau Bawean, pulau yang ingin kukunjungi. Melihat laut yang begitu luas dan tak berujung membuatku merinding. Benarkah aku akan mengunjungi Bawean? Benarkah kapal yang mengantarkanku akan melaju 100 kilometer kesana? Aku berharap iya.
Setelah nongkrong singkat, kami memutuskan segera pulang karena hari mulai menggelap. Perjalanan Pantai Delegan - Surabaya kami lalui selama kurang lebih 2 jam melewati ruas jalan yang sama dengan tadi. Perjalanan yang cukup berkesan!
Salah tempat, ini bukan Pantai Delegan (GALUH PRATIWI)
Ini Pantai Delegan (GALUH PRATIWI)
Pantai Delegan (GALUH PRATIWI)
Wisatawan di Pantai Delegan (GALUH PRATIWI)
Pendopo di Pantai Delegan (GALUH PRATIWI)
Kenang-kenangan dari Pantai Delegan, 100 kilometer ke utara sana adalah Pulau Bawean (pulau yang kukunjungi seminggu kemudian) (GALUH PRATIWI)
0 comments:
Posting Komentar