Motor matik kami kembali berjalan menembus kepadatan Kota Kathmandu. Motor, mobil, manusia, bangunan usang, debu saling bercampur di jalanan kota yang nyaris tanpa lampu pengatur lalu lintas ini. Untaian kabel-kabel melilit di tiang listrik yang ukurannya tidak seberapa. Matahari bersinar menyengat, klakson motor bersahut-sahutan. Pemandangan yang cukup klasik dan biasa di Kathmandu. Kami sudah terbiasa.
Semakin lama jalanan yang kami lewati terasa semakin menanjak. Rumah-rumah penduduk berjajar di sepanjang jalanan aspal yang cukup halus ini. Setelah setengah jam berkendara, kami telah sampai di Stupa Swayambunath. Tidak seperti sebelumnya, disini kami bisa memarkir motor karena disediakan tempat parkir yang luas dan gratis. Rupaya Stupa Swayambunath berada di salah puncak Bukit Swayambhunath di Lembah Kathmandu.
Suasana stupa terlihat sangat tenang dan damai. Begitu masuk, pemandangan pertama yang kami lihat adalah sebuah kolam melingkar dengan patung Buddha ketika masih berusia belia di bagian tengahnya. Pada bagian bawah patung terdapat sebuah lempengan besi yang penuh dengan uang logam. Beberapa uang logam yang dilemparkan pengunjung meluncur masuk ke kolam. Aku sendiri kurang paham maksudnya untuk apa, mungkin sebagai bentuk persembahan, keberuntungan?
Kami melangkahkan kaki lebih jauh ke dalam kuil. Menurutku Kuil Swayambunath ini sangat damai dan menarik. Di bagian bawah aku bisa melihat monyet-monyet berlompatan dan berenang dengan bebas. Turis lokal maupun turis asing saling berjajar di pagar untuk melihat aktraksi menarik tersebut.
Petualangan kami berlanjut ke puncak bukit Swayambunath. Karena posisi kuil yang berada di puncak, kita bisa melihat pemandangan Lembah Kathmandu dari atas. Bendera-bendera doa warna-warni berkibar tertiup angin gunung yang segar. Penjual berbagai pernak-pernik mulai dari alat bersembahyang umat Buddha (mulai dari patung Buddha berbagai ukuran, roda doa, kalung doa, cawan-cawan kuningan), lukisan minyak, kalung, gelang, topeng dengan berbagai macam ukiran, kartu pos, dan masih banyak lagi.
Menaiki anak tangga yang cukup banyak dan curam, akhirnya kami sampai di bagian atas kuil yang merupakan tempat ziarah utama yakni Stupa Swayambhunath. Sebuah mandala berbentuk setengah bola berwarna putih menjadi alas bagi Stupa Swayambunath. Di sekeliling mandala terlihat dikelilingi oleh pagar dan roda doa. Bendera-bendera doa saling dibentangkan dari ujung stupa ke sekeliling arah, menyebarkan mantra-mantra yang diharapkan membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi makhluk hidup di dunia. Berdasarkan tulisan di lempengan sekitar stupa, untuk melakukan ziarah mengelilingi stupa atau memutar roda doa diharapkan searah dengan jarum jam.
Dari stupa kami beranjak ke bagian ujung kuil yang langsung menghadap pegunungan dan Lembah Kathmandu. Pemandangan sangat indah dan damai, ditambah cuaca sedang sedikit mendung sehingga kami terhindar dari terik matahari. Ribuan rumah berbentuk kotak-kotak bertumpuk di Lembah Kathmandu. Banyak bangunan bertingkat-tingkat disini, mungkin seperti rumah susun.
Aku memandang ke bawah, aku memandang ke gunung. Hatiku berdesir, hatiku bahagia. Terimakasih Tuhan telah mengizinkanku kesini.
Kolam dengan patung Buddha di Kuil Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Monyet-monyet berlompatan dan berenang di kolam (GALUH PRATIWI)
Naik puluhan anak tangga menuju puncak bukit (GALUH PRATIWI)
Penjual souvenir di Kuil Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Penjual souvenir di Kuil Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Buddha Siddharta Gautama (GALUH PRATIWI)
Penjual souvenir di Kuil Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Penjual souvenir di Kuil Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Berfoto bersama penjual lukisan minyak (GALUH PRATIWI)
Stupa Swayambhunath yang berwarna kuningan dengan lukisan Buddha (GALUH PRATIWI)
Kuil Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Stupa Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Kuil Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Pemandangan Lembah Kathmandu dari puncak Bukit Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Pemandangan Lembah Kathmandu dari puncak Bukit Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Langit mendung menggelayuti Lembah Kathmandu (GALUH PRATIWI)
Bendera doa berkibar tertiup angin (GALUH PRATIWI)
PBendera doa berisi mantra-mantra. Ketika berkibar tertiup angin diharapkan membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi dunia (GALUH PRATIWI)
Pemandangan Lembah Kathmandu dari puncak Bukit Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Pemandangan Lembah Kathmandu dari puncak Bukit Swayambhunath (GALUH PRATIWI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar