Selesai mengunjungi Stupa Sujata Garh, perjalanan kami berlanjut menggunakan mobil si empunya penginapan ke Mahabodi Temple, salah satu situs paling suci dalam agama Buddha yang ada di kota Bodh Gaya. Kami bertiga -Aku, Mbak Piksan, dan Sony- sangat bersemangat, karena bisa dibilang Mahabody Temple merupakan tempat utama yang wajib dikunjungi disini. Mahabodhi Temple ini merupakan tempat di mana Siddhartha Gautama, yang dikenal sebagai Buddha, mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi. Diperkirakan dibangun pada abad ke-5 atau ke-6 Masehi, meskipun struktur yang ada saat ini sebagian besar direstorasi pada abad ke-19.
Setelah 30 menit perjalanan, kami akhirnya tiba di tempat parkir yang dipenuhi kendaraan dan peziarah dari berbagai tempat. Suara langkah kaki dan percakapan menggema di udara, menciptakan suasana hidup yang penuh energi. Semua orang tampak antusias untuk mengunjungi tempat yang sangat sakral ini.
Saat kami melangkah menuju kuil, keramaian itu terasa semakin dekat. Kami melewati pedagang yang menjajakan berbagai barang, dari lukisan hingga patung, yang berkaitan dengan Buddha. Namun, saat kami mendekati gerbang Mahabodhi Temple, suasana mulai berubah. Aku merasakan ketenangan mulai menyelimuti kami, seolah-olah memasuki dunia yang berbeda. Begitu kami melewati pintu gerbang, suara bising itu perlahan menghilang, tergantikan oleh keheningan yang damai.
Masuk ke dalam kompleks kuil, kami langsung disambut oleh keindahan Mahabodhi Temple yang megah. Stupa setinggi 55 meter berdiri kokoh di depan kami, dikelilingi oleh patung-patung Buddha dan pohon Bodhi yang bersejarah. Suasana di sini sangat kontras dengan keramaian di luar. Tiba-tiba, segala stres dan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari terasa jauh.
Arsitektur Mahabodhi Temple mencerminkan gaya Gupta, dengan menara setinggi 50 meter yang menjulang di atas bangunan utama. Struktur utamanya terbuat dari batu bata yang dihiasi dengan ukiran yang menggambarkan berbagai adegan dari kehidupan Buddha dan simbolisme Buddhis lainnya . Di belakang kuil terdapat pohon Bodhi yang saat ini merupakan keturunan langsung dari pohon di mana Buddha mencapai pencerahan, menjadikannya tempat yang sangat dihormati oleh peziarah dari seluruh dunia.
Kami berjalan perlahan menuju pohon Bodhi yang legendaris, tempat di mana Buddha Gautama mendapatkan pencerahannya. Pohon ini berada di sudut kuil, dikelilingi pagar emas. Rasanya sungguh mengagumkan berada di dekat pohon yang memiliki sejarah begitu mendalam. Kami bertiga duduk di bawahnya, merasakan ketenangan yang menyelimuti tempat ini. Suara pelan dari para biksu yang sedang bermeditasi semakin menambah kedamaian suasana. Aku dan teman-temanku ikut duduk dalam diam, meski dua di antara kami bukan praktisi Buddha, tapi energi spiritual tempat ini begitu terasa. Di sebelah kami, beberapa peziarah berbaju putih duduk bersila, mengucapkan doa-doa dengan suara pelan yang menambah kedamaian di tempat ini. Kami berhenti sejenak di dekat pohon Bodhi, merasakan energi spiritual yang memancar dari tempat di mana Sang Buddha mencapai pencerahan.
Setelah beberapa saat, kami mengelilingi kompleks kuil, menikmati relief-relief indah yang menceritakan kisah hidup Sang Buddha. Mbak Piksan, yang biasanya suka mengajak bicara, kini lebih banyak diam, mungkin terpesona dengan kedalaman sejarah dan spiritualitas yang ada di sini. Aku maklum karena dia Buddhist, pasti benar-benar ingin menikmati setiap momen spiritual disini. Kami berjalan di sekitar stupa, mengikuti ritual pradaksina (mengelilingi kuil searah jarum jam) yang banyak dilakukan oleh peziarah.
Kami melanjutkan untuk mengelilingi kompleks kuil, mengagumi lukisan-lukisan yang menceritakan kisah hidup Sang Buddha. Setiap langkah kami terasa lebih ringan, dan perbincangan kami pun menjadi lebih tenang dan mendalam. Di tengah keramaian yang terasa dekat namun jauh, kami menemukan ruang untuk merenung dan bersyukur.
Setelah beberapa waktu, kami duduk di bangku yang menghadap ke stupa. Kami bertiga terdiam, menikmati ketenangan sambil melihat pengunjung lain yang juga terpesona dengan keindahan Mahabodhi Temple. Hari itu, kami tidak hanya mengunjungi sebuah kuil, tetapi juga menemukan kedamaian yang dalam, sebuah pengalaman spiritual yang mengubah pandangan kami.
Ketika kami akhirnya meninggalkan Mahabodhi Temple, kami membawa pulang bukan hanya kenangan indah, tetapi juga perasaan tenang dan damai yang akan selalu kami ingat.
Dari sini, driver kami mengantarkan ke tujuan selanjutnya yaitu Great Buddha Statue yang berjarak 5 menit perjalanan. Sesampainya di sana, patung Buddha setinggi 25 meter itu langsung menyambutku dengan megah. Wajah Sang Buddha terlihat sangat damai, duduk dalam posisi meditasi, seolah-olah sedang memberikan energi tenang kepada siapa pun yang datang.
Di sekitar patung utama, ada deretan patung murid-murid Buddha, yang dikenal sebagai para arhat. Mereka berdiri mengelilingi Sang Buddha, masing-masing dalam pose yang berbeda, seolah menggambarkan kesetiaan dan kebijaksanaan mereka dalam mengikuti ajaran Buddha. Patung-patung para arhat ini memperkuat suasana spiritual di tempat itu, membuatku merasa bahwa tempat ini bukan hanya tentang ukuran patung yang besar, tetapi tentang sejarah panjang penyebaran ajaran Buddha.
Patung Great Buddha ini selesai dibangun pada tahun 1989, dan menjadi simbol perdamaian serta pencerahan bagi para peziarah yang datang dari seluruh dunia. Dibangun dengan batu pasir merah muda dan merah, patung ini dirancang dengan bantuan arsitek Jepang sebagai upaya kolaborasi antar negara untuk menghormati ajaran Buddha. Berdiri di hadapannya, aku merasa kecil, namun pada saat yang sama, hati terasa lapang oleh ketenangan yang terpancar dari tempat ini.
Selesai mengunjungi tempat ini, kami akhirnya kembali ke penginapan untuk beristirahat dan bersiap-siap untuk besok naik kereta ke kota tujuan akhir, Kolkata!
Terimakasih Bodhgaya.. kunjungan yang akan selalu kuingat karena aku sendiri sangat mengagumi ajaran Buddha, bahkan melaksanakan dhamma meskipun belum sempurna. Ajaran yang sangat indah.. dan aku bersyukur pernah mengunjungi kota Bodhgaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar