9.01.2016

[4] FILIPINA TRIP: Hari terakhir

Tragedi salah perhitungan uang saku membuatku terjebak di Manila. Ya, hari ketiga aku masih di kota yang sama dan tidak mempunyai rencana apapun. Setelah sarapan di Jollybee dan berpikir cukup lama, aku memutuskan akan ke Chinatown. Sekedar jalan-jalan mencari hal lain selain benteng dan bangunan Eropa sembari berharap bisa menemukan oleh-oleh murah untuk dibawa pulang. Untuk menemukan Chinatown tidak sulit karena aku sudah pernah melewatinya kemarin. Caranya ane naik LRT dari Querenno Avenue ke Carriedo, kemudian jalan kaki sekitar 400 meter.

Chinatown ini terletak di Distrik Binondo, dan ternyata merupakan Chinatown tertua di dunia yang didirikan pada 1594 oleh Gubernur asal Spanyol Luis Pérez DasmariñasWaahh, nggak nyangka ya ternyata ada di Manila? Justru bukan di negara-negara yang mayoritas Chinese macam Thailand ataupun Myanmar. 


Gerbang masuk Chinatown Manila (GALUH PRATIWI)

Chinatown ini didirikan sebagai kediaman permanen imigran asal China (orang Spanyol menyebutnya Chinese Sangleys) yang berubah keyakinan menjadi Katholik semenjak kedatangannya ke Manila. Awalnya para imigran China itu akan ditempatkan di Parian yang lokasinya juga dekat Intramuros. Parian merupakan area kediaman imigran China pertama kali. Tetapi Pemerintah Spanyol memberikan lahan yang lebih besar di Binondo kepada sekelompok pedagang dan pengukir China dengan perjanjian akan diberikan permanen, bebas pajak dan mempunyai gubernur sendiri. Mana bisa ditolak kan? Tetapi lagi-lagi tentunya Pemerintah Kolonial Spanyol mempunyai tujuan khusus dari semua kemudahan itu. Lokasi Binondo yang berada di dekat Intramuros tetapi di sisi seberang Sungai Pasig memang disengaja supaya pemerintah kolonial Spanyol tetap bisa mengawasi mereka. Tetapi sebenarnya lokasi ini merupakan pusat perdagangan orang China/keturunnanya sebelum Periode Kolonial Spanyol.

Suasana Chinatown Manila (GALUH PRATIWI)

Hotel Emperor di Chinatown Manila (GALUH PRATIWI)

Bisnis kecil dan menengah menjamur di Chinatown (GALUH PRATIWI)

Romo asal dari Spanyol-Dominika menjadikan Binondo jemaah gereja mereka dan sukses merubah agama beberapa residen menjadi Katholik. Secara cepat Binondo kemudian menjadi tempat dimana imigran China mengubah keyakinannya menjadi Katholik. Mereka kemudian menikah dengan wanita pribumi Filipina dan mempunyai anak, dinamakan komunitas China Mestizo. Bertahun-tahun kemudian, populasi China Mestizo di Binondo menjadi semakin banyak. Hal ini disebabkan karena sedikitnya jumlah imigran wanita China serta kebijaksanaan Pemerintah Spanyol yang tidak segan-segan mengusir bahkan membunuh (dalam kasus konflik) para imigran China yang tidak mau mengubah agamanya.

Pengaruh kebudayaan China di Manila ini juga menyebar sampai ke Quaipo, Santa Cruz dan San Nicolas. Distrik Binondo sendiri merupakan pusat perdagangan di Manila, dimana semua tipe bisnis secara pesat dijalankan oleh keturunan Filipina-China. Hal ini tentulah tidak lepas dari sejarah tempat ini sendiri gan, yang sebelum Periode Kolonialisme Spanyol merupakan pusat perdagangan.

Barang yang dijual di sepanjang jalan Chinatown beraneka ragam mulai dari Jeruk Bonsai (tanamannya kecil tapi buahnya banyak banget), bawang, sayur-sayuran, buah-buahan, berbagai macam perhiasan imitasi seperti gelang dan kalung, patung buddha dari kuningan, roti tikoy, bumbu dapur. Selain itu juga terdapat banyak banget toko kelontong, toko perhiasan, restoran-restoran kecil. Pokoknya isinya dagang semua gan, memang keren abis orang China ini gan jiwa bisnisnya.

Jeruk bonsai (GALUH PRATIWI)

Roti Tikoy (GALUH PRATIWI)

Aneka sayuran dan umbi-umbian (GALUH PRATIWI)

Di ujung jalan, akhirnya ane kembali menemukan gereja peninggalan Spanyol yang cukup tua sering disebut Minor Basilica of Saint Lorenzo Ruiz atau Gereja Binondo. Karena ingin mendingin sejenak dari keriuhan pasar, ane pun masuk ke dalam gereja dan ikut berdoa sejenak. Mengucap syukur kepada Tuhan karena trip selama 3 hari ke Manila ini berjalan lancar dan ane masih sehat serta bernafas lega sampai sekarang.

Bangunan tua Gereja Binondo (GALUH PRATIWI)

Gereja Binondo ini didirikan oleh Romo asal Dominika pada 1596 untuk melayani para Jemaah China yang merubah agamanya menjadi Katholik. Gedung asli gereja ini dihancurkan Inggris dengan pengeboman pada 1762. Pada area yang sama, dibangun kembali gereja dari granit yang selesai pada 1852 tetapi lagi-lagi hancur oleh Perang Dunia II, dimana hanya sedikit bagian dari gereja yang tersisa.

Ada sedikit kisah sedih berawal dari gereja ini. Saint Lorenzo Ruiz (ayahnya berasal dari China sementara ibunya dari Filipina) dilatih di gereja ini dan kemudian melakukan perjalanan misionaris ke Jepang. Disana dia dan teman-temannya mati martir karena menolak meninggalkan Katholik. Ruiz merupakan santo pertama dari Filipina, dan diangkat oleh Pope John Paul II pada 1987. Untuk mengingatnya, patung besar Saint Lorenzo Ruiz dipasang pada bagian depan gereja.

Selesai dari Chinatown, ane ingat masih belum beli oleh-oleh. Di buku Jalan-jalan keliling Filipina punya Sihmanto yang ane baca, disebutkan dia mengunjungi Mall of Asia, ane pun segera naik LRT dan turun di stasiun LRT EDSA kemudian sambung naik angkot ke Mall of Asia (MOA). Sebenarnya tujuan utama ke MOA itu mau membeli oleh-oleh gan, kata Mas Sihmanto ada toko oleh-oleh cukup terjangkau di MOA, dimana salah satu oleh-olehnya berupa gantungan kunci jeepney. 

Mall of Asia (GALUH PRATIWI)

Salah satu mall terluas di dunia (GALUH PRATIWI)

Mall of Asia (MOA) ini merupakan mall perbelanjaan yang terletak di Bay City, Pasay, Manila. Lokasinya yang berdekatan dengan Teluk Manila membuat pemandangan Kota Manila dari lantai atas terlihat sangat indah. Mall dengan luas area empat puluh dua hektar ini sukses menjadi salah satu mall terbesar di dunia. Bukan main-main, ratusan ruko dengan berbagai tawaran jasa maupun dagangan memang berjajar memanjakan mata. Bagi seorang kaya, tentulah bisa dengan mudah menghabiskan pundi-pundi uangnya disini.

Ane berkeliling lebih jauh, entah kemana ane tidak tahu. Melewati bioskop dengan berbagai tawaran film terbaru yang tidak terlalu membuat ane tertarik. Kaki ini berjalan tanpa arah dan tujuan. Melewati ratusan orang-orang yang sedang berbelanja atau sekedar nongkrong. Es krim adalah salah satu stan yang paling banyak berjajar di sudut-sudut mall, ane sempat membeli satu toping untuk melegakan tenggorokan yang mulai kering.


Mungkin saking besarnya, ane tidak juga menemukan toko oleh-oleh murah yang ane incar. Kakiku mulai lelah, kepala sedikit pening. Mungkin ane butuh istirahat. Duduk sejenak, ane melangkahkan kaki untuk mencari jalan keluar dari mall. Setelahnya ane memutuskan pulang dan beristirahat di guest house. Solo backpacking maraton dari Singapura - Malaka - Filipina ini cukup membuat kakiku bengkak-bengkak. Capek sekali. Tapi ane puas! Ternyata ane bisa menaklukkan semua ketakutan dan keraguanku untuk berjalan sendiri. Terimakasih Filipina!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar