Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

7.13.2016

Diary Menggapai Himalaya 10 : Turis yang tidak jujur

Agra
5 Juli 2016
09.01

[10] Aku bukanlah turis yang terlalu jujur. Karena selisih harga tiket masuk objek wisata yang lumayan besar untuk 'foreign tourist' (Rp 235.000) dan 'student foreign tourist' (Rp 50.000), well katakan saja, aku menyamar sebagai student. Padahal aku bukan student. Ketika penjaga tiket menanyakan student ID Card, aku memberikan KTP. Identitas berbahasa Indonesia, dia cukup lama memelototi KTPku. Dia percaya dan memberiku harga mahasiswa. Benar2 tindakan tidak terpuji yang tidak patut ditiru. Entah kenapa aku menulisnya.
Terkadang aku ingin hidup begini selamanya, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, bertemu orang baru setiap hari, tidak peduli masalah harian dan rutinitas. Hidup yang benar-benar bebas, memuaskan batin. Apakah aku bisa? Apakah itu tidak akan membosankan?
Foto di bawah ini Jaipur, di satu sisi memang benar-benar chaotic dan lalu lintas kacau, tapi di sisi lainnya begitu indah. Berjalan di jalanan India harus mengebalkan telinga karena mereka sangat hobby mengklakson (jalan sepi pun di klakson). Klaksonnya bisa lebih dari 10 detik, mengesalkan dan memekakkan telinga. Ingin rasanya memaki saat mereka mengklakson tepat di belakangku saat aku sedang berjalan kaki, padahal aku sudah berjalan di pinggir. Selain itu masih harus menghindari beberapa macam binatang yang berseliweran di tengah jalan seperti sapi, kambing, keledai, babi, unta. Setiap berjalan harus sigap menghindari 'jackpot hot cocholate' di tanah dan ludahan manusia. Stress? Tidak. Aku sudah terbiasa. Travelmate selalu mengingatkan, saat traveling harus bahagia bagaimanapun keadaannya. Aku rasa dia benar hehehe.
Hari ini menjelajah Agra...seharusnya lihat sunrise di Taj Mahal tapi aku dan travelmate sama-sama kebo pemalas yang nggak mau bangun pagi. Alarm bunyi langsung dimatikan lagi, akhirnya baru bangun. Memang pemalas.





0 comments:

Posting Komentar