Trip ini merupakan cerita perjalananku menjelajah India dari 21 Agustus 2012 - 2 September 2012. Part sebelumnya : Disini
Setiap
pergerakan tubuh kami seakan membuat udara Varanasi semakin panas saja, tidak
terkecuali pagi ini. Terbangun dengan muka kusut dan banjir keringat, membuat
kami sudah terlalu malas untuk bergerak dan mengeluarkan lebih banyak keringat
lagi. Dari semua kota yang aku kunjungi, Varanasi memang yang paling panas dan
lembab karena keberadaan Sungai Gangga.
Sungai Gangga (GALUH PRATIWI)
Hari ini kami tidak
mempunyai rencana yang cukup jelas, tetapi pemilik penginapan menawarkan
alternatif lain. Dia akan membawa kami keliling Kota Varanasi menggunakan
mobilnya dengan tarif 100 Rs (Rp 20.000)/orang, tentu saja kami iyakan karena
rasanya sudah tak sanggup kalau harus berjalan mencari auto rickhaw di tengah
panasnya udara Varanasi. Aku berharap banyak mobilnya adalah mobil ber-AC yang
akan sedikit memberikan kesegaran di tengah panasnya Varanasi. Tapi aku harus
menelan kekecewaan saat mobilnya hanya menggunakan AC alami dari jendela.
Pemandangan Kota Varanasi (GALUH PRATIWI)
Perjalanan
membelah Kota Varanasi menyadarkanku satu hal, Varanasi memang benar-benar kota
yang religius. Kota ini bisa diibaratkan merupakan pusat spiritualitas bagi umat Hindu sedunia. Menurut data yang saya peroleh, terdapat total 87 ghat di sepanjang pinggir Sungai Gangga. Kebanyakan dari ghat tersebut merupakah ghat yang digunakan untuk upacara puja dan mandi suci, sementara sisanya digunakan khusus untuk kremasi. Selain ke-87 ghat tersebut, terdapat juga beberapa kuil pemujaan yang penting. Salah satunya yang sempat saya lihat lewat kaca jendela mobil adalah Kuil Durga Kund Mandir (sering disebut juga Kuil Monyet). Kuil berwarna merah menyala ini merupakan salah satu kuil terpenting dan tersuci di Varanasi, dan sesuai namanya tentu saja didedikasikan untuk Dewi Durga. Kami hanya sekedar melewatinya karena tujuan utama hari ini adalah Kuil Shri Viswanath Mandir yang berada kompleks Universitas Hindu Banaras.
Kuil Sri Vishwanath Mandir (orang sana biasa menyebut Vishwanath Mandir atau Kuil Birla) merupakan salah satu kuil paling besar dan terkenal di kota suci Varanasi. Karena letaknya yang berada di Kompleks Universitas Hindu Banaras, jalanan yang kami lewati sebelum sampai sangat khas jalanan kampus. Beberapa fakultas berjajar di kiri jalan, pepohonan hijau berderet memenuhi trotoar jalan, sementara pada seberang jalan yang lain terdapat beberapa warung makan maupun alat tulis. Di sepanjang jalan banyak kami jumpai mahasiswa dari berbagai fakultas yang bersantai maupun berjalan-jalan di sekitar universitas. Suasana yang sejuk dan bersih merupakan salah satu faktor penarik untuk betah berlama-lama disini.
Beberapa saat kemudian, mobil berhenti dan pemilik penginapan mengisyaratkan kami turun untuk bersiap menjelajah Kuil Shri Vishwanath Mandir. Pemandangan pertama yang terlihat oleh saya, terdapat sebuah menara raksasa berwarna putih yang cukup tinggi. Menara tersebut ditopang oleh bangunan spektakular berwarna merah muda pada bagian bawah. Menurut info yang saya baca, menara tersebut merupakan menara kuil tertinggi di dunia. Sesaat sebelum kami masuk, terdapat sebuah patung seorang lelaki persis di depan kuil bernama Mahamana Pt. Madan Mohan Malaviya yang hidup dari 1861-1946. Menurut keterangan dibawah patung, beliau ini merupakan pendiri Universitas Hindu Banaras.
Patung Mahamana Pt. Madan Mohan Malaviya (GALUH PRATIWI)
Saya berjalan lebih jauh mendekati pintu masuk kuil. Kuil Shri Viswanath Mandir ini merupakan kuil yang didedikasikan untuk Dewa Shiva. Pada gerbang kuil, sudah terdapat beberapa orang yang terlihat sedang puja, menunjukkan betapa sucinya Dewa Shiva bagi mereka. Terdapat beberapa tulisan dalam Bahasa Inggris dan Hindi yang menjelaskan tentang jam buka kuil dan petunjuk untuk memberikan donasi. Setelah membaca singkat, saya masuk ke dalam kuil.
Gerbang Masuk Kuil Shri Viswanath Mandir (GALUH PRATIWI)
Kuil Shri Viswanath Mandir adalah sebuah kuil bertingkat dua yang dibangun dengan sangat epik. Begitu masuk saya sudah disambut dengan taman yang sangat rapi dengan jalan setapak yang mengarah ke dalam kuil. Begitu memasuki kuil, saya seperti merasakan kedamaian dan ketentraman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.
Kuil Shri Viswanath Mandir (GALUH PRATIWI)
Taman pada bagian depan Kuil Shri Viswanath Mandir (GALUH PRATIWI)
Di dalam kuil itu sendiri terdapat beberapa tempat pemujaan yang cukup ramai dengan orang yang sedang melaksanakan ritual puja. Mereka terlihat melakukan puja dengan semangkuk bunga yang telah dibeli sebelumnya. Ada yang sibuk berkomat-kamit dengan kitab kecil di tangan mereka. Saat melaksanakan semua ibadah tersebut, mereka seakan tidak sadar ada manusia yang berlalu lalang di sekitar mereka. Semuanya fokus pada komunikasi dengan Tuhan.
Kuil Shri Viswanath Mandir, didominasi oleh marmer (GALUH PRATIWI)
Selain tempat puja, saya juga menjumpai patung Dewa Shiva dan beberapa dewa lainnya yang ada di dinding. Selain itu terdapat kutipan ajaran Hindu yang dicetak pada papan-papan kemudian digantung di dinding. Beberapa yang saya baca merupakan kutipan dari Kitab Bhagawadgita dan Upanishad. Lantai dasar ini memang dikhususkan sebagai tempat pemujaan Dewa Shiva.
Kutipan Kitab Bhagawadgita (GALUH PRATIWI)
Lukisan yang menggambarkan wanita membakar dirinya jika suaminya meninggal dunia (GALUH PRATIWI)
Berjalan lebih jauh ke dalam kuil, saya melihat suatu ritual upacara puja yang cukup unik. Saya melihat terdapat sekelompok orang yang mengelilingi sebuah lingkaran, dimana pada bagian tengah lingkaran itu terdapat patung ular kobra dan seorang pemuka agama (entahlah, mungkin seorang brahmana). Pemuka agama tersebut terlihat mendendangkan sesuatu sembari orang mengitarinya, sementara itu dari mulut patung ular kobra terlihat cairan berwarna putih yang mengalir keluar. Saya sebenarnya sangat penasaran, tapi mengurungkan niat untuk menfoto ritual tersebut karena saya rasa tidak etis menfoto orang yang sedang bersembahyang.
Sebenarnya saya masih penasaran ingin melihat ritual tersebut, tapi langkah kaki saya memaksa untuk melihat bagian lain dari kuil yang cukup luas ini. Banyaknya ventilasi berupa jendela-jendela terbuka memang membuat suasana dalam kuil terasa sangat sejuk. Simbol Swastika - salah satu simbol yang paling disucikan dalam Agama Hindu yang berarti simbol atau gambar dari terapan kata Swastyastu (semoga dalam keadaan baik) - terlihat terukir dimana-mana. Selain Swastika, saya juga melihat beberapa simbol Om, ikon spiritual agama Hindu.
Lantai 1 Kuil Shri Viswanath Mandir (GALUH PRATIWI)
Sesaat kemudian, saya naik ke lantai 1 dan masih mendapati pemandangan serupa seperti lantai dasar. Beberapa kutipan dari Kitab Bhagawadgita dan Upanishad tergantung di dinding marmer, sangat menyadarkan saya akan posisi di dunia yang hanya bersifat sementara dan mengingatkan akan dosa. Jika kuil di lantai dasar digunakan untuk pemujaan Dewa Shiva, kuil di lantai 1 ini digunakan untuk pemujaan Dewi Laksmi Narayan dan Dewi Durga.
Kutipan Kitab Upanishad (GALUH PRATIWI)
Kutipan ajaran agama Hindu (GALUH PRATIWI)
Kuil ini sendiri merupakan versi tiruan dari Kuil Shri Kashi Viswanath Mandir yang ada di sebelah barat Ghat Manikarnika. Kuil Sri Vishwanath Mandir (sering juga disebut New Vishwanath Temple) ini dibangun pada 1930 oleh Pandit Madan Mohan Malaviya - patung lelaki yang ada di bagian depan kuil tadi - di dalam kompleks Kampus Hindu Banaras. Keluarga Birla kemudian melakukan peletakan pondasi pertama pada Maret 1931 dilanjutkan pembangunan sebelum selesai pada 1966.
Mungkin, keberadaan menara tinggi (Shikhara) berwarna putih dengan gelar shikhara tertinggi di dunia inilah yang menambah kesan agung pada kuil Sri Vishwanath Mandir. Shikhara merupakan sebuah kata dalam Bahasa Sansekerta yang berarti puncak gunung, sebagai simbol penghormatan tertinggi kepada pada dewa-dewi. Dengan ketinggian total kuil mencapai 77 meter, Kuil Sri Vishwanath Mandir merupakan salah satu kuil paling tinggi di India.
Shikhara (GALUH PRATIWI)
Meskipun utamanya dibangun sebagai tempat pemujaan untuk Dewa Shiva, Kuil Sri Vishwanath Mandir sebenarnya terdiri dari 9 kuil kecil yang terbuka untuk orang dari semua kasta, agama, dan keyakinan agama. Kuil lainnya yang ada di kompleks Sri Vishwanath Mandir ini adalah Nataraj, Mata Parvati, Ganesha, Panchmukhi Mahadev, Hanuman, Saraswati dan Nandi.
Dari lantai 1, saya bisa melihat kesibukan beberapa pria yang sedang melakukan gerakan-gerakan tubuh sembari berkomat-kamit. Gerakan tersebut mirip dengan yoga. Lamunan saya disadarkan oleh pemilik penginapan yang memberi kode bahwa kami harus segera melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya, Kuil Hanoman. Ya, di Varanasi ini memang kebanyakan tempat wisatanya adalah tempat wisata religius.
Yoga? (GALUH PRATIWI)
Perjalanan menuju Kuil Hanoman kami tempuh tidak terlalu lama. Pemandangan di sepanjang jalan masih didominasi oleh bangunan-bangunan usang yang berdiri dengan gagahnya di pinggir jalan. Udara masih cukup gerah dan panas. Orang-orang banyak berlalu lalang. Saya rasa di Varanasi inilah saya menjumpai tumpukan manusia yang begitu banyaknya. Kebanyakan dari mereka merupakan penduduk lokal maupun para pendoa yang ingin mendekatkan diri dengan Tuhan.
Sesaat kemudian, kami telah sampai di Kuil Hanuman. Kami harus berjalan sejenak dari tempat parkir menuju halaman utama kuil. Tidak ada biaya masuk sama sekali yang diberikan kepada kami. Kami melewati sebuah gapura yang cukup tinggi sebelum benar-benar masuk ke dalam kuil. Seperti Kuil Sri Vishwanath Mandir yang kami kunjungi sebelumnya, pemandangan pertama yang saya lihat adalah sekelompok orang yang sedang melakukan devosional dan chant (semacam menyenandungkan kata-kata dari kitab). Monyet terlihat berkeliaran disana-sini. Sesuai namanya, kuil ini dibangun sebagai tempat pemujaan utama Dewa Hanoman. Pada bagian dalam kuil itu terdapat sebuah altar cukup luas dengan pemandangan Dewa Hanoman terlihat menghadap tuannya, Dewa Rama, yang Ia sembah dengan pengabdian teguh dan tanpa pamrih. Semua orang terlihat fokus mendendangkan chant sembari pandangannya tidak lepas dari patung Dewa Hanoman dan Dewa Rama. Sungguh pemandangan religius yang luar biasa di hadapan saya. Saya hanya mengamati mereka sembari berdiam diri, sedikit menelisik bagaimana kehidupan religius saya sendiri.
Dewa Hanuman sendiri merupakan Avtar dari Dewa Siwa lebih dikenal sebagai Rudra Avtar. Beliau adalah putra dari Dewa Angin (Pavan) dan Dewi Mata Anjana, oleh karenanya dia mendapatkan panggilan Pavanputra. Dewa Hanuman sangat senang dengan Puja. Dewa Hanuman adalah seorang Karma Yogi dan Brahmachari yang luar biasa. Beliau adalah simbol dari ketidakadaan nafsu dan bhakti kepada Dewa Rama. Dewa Hanuman juga dikenal sebagai Mahavira, Pavanputra, Bajrangabali, Pavankumar dll
Nama lengkap kuil ini sendiri adalah Kuil Sankat Mochan Hanuman. Sankat Mochan dalam bahasa Hindi berarti pereda dari masalah. Kuil ini didirikan oleh Pandit Madan Mohan Malviya, pendiri Banaras Hindu University. Salah satu festival/perayaan yang cukup besar diadakan di kuil ini yakni Hanuman Jayanti, ulang tahun Hanuman. Kami menghabiskan sekitar 1 jam disini sebelum memutuskan pulang kembali ke penginapan.
Sampai penginapan, salah seorang travelmate saya yang beragama Buddha memutuskan akan melanjutkan perjalanan ke Sarnath sendirian. Sarnath ini berjarak sekitar 13 km timur laut Kota Varanasi. Sarnath merupakan salah satu tempat suci untuk umat Buddha karena disitulah tempat Buddha pertama kali mengajarkan Dharma. Saya tidak ingin mengganggu spiritualitasnya, karena dia seakan melarang kami untuk pergi bersamanya jadi saya putuskan untuk bersantai di restoran rooftop penginapan. Malam ini kami akan melanjutkan perjalanan ke Gaya.
PART Selanjutnya : Disini
0 comments:
Posting Komentar