ENDAPAN SKARN
a.
Evolusi endapan skarn
Pembentukan deposit skarn adalah
proses dinamis. Pada deposit skarn paling besar yang dijumpai, terdapat
transisi dari metamorfosis awal yang menghasilkan hornfels, skarn reaksi, dan
skarnoid. Kemudian terjadi metasomatisme proksimal yang menghasilkan bijih
skarn berbutir kasar. Karena gradien suhu yang besar serta sirkulasi sel fluida yang disebabkan oleh
intrusi magma (Norton, 1982; Salemink dan Schuiling, 1987;. Bowers et al,
1990), metamorfosis kontak dapat menjadi jauh lebih rumit daripada model
sederhana rekristalisasi isokimia yang biasanya melibatkan metamorfisme
regional.
Pada fluida metasomatik yang lebih
kompleks, dengan penambahan komponen magmatik seperti Fe, Si, Cu, dll,
menghasilkan sebuah kesatuan antara proses murni metamorfisme dan murni
metasomatik. Metamorfisme awal dan lanjutan pada suhu yang relatif tinggi (Wallmach
dan Hatton, 1989, menggambarkan suhu> 1200C) ini diikuti oleh alterasi
retrograde saat temperatur mulai menurun.
Salah satu kontrol yang mendasar pada
ukuran butir skarn, geometri, dan tingkat alterasi adalah kedalaman formasi.
Studi geobarometric kuantitatif biasanya menggunakan mineral kesetimbangan
(Anovitz dan Essene, 1990), inklusi fluida (Guy et al., 1989) atau kombinasi dari
metode tersebut (Hames et al., 1989) untuk memperkirakan kedalaman
metamorfosis. Metode kualitatif meliputi stratigrafi atau rekonstruksi geologi lainnya
serta interpretasi tekstur batuan beku. Pengamatan sederhana ukuran butir massa
dasar porfiri, morfologi pluton, dan kehadiran breksiasi memungkinkan membedakan
antara lingkungan dangkal dan dalam.
Dengan demikian, skarn yang terbentuk
pada kedalaman yang lebih besar dapat dilihat kulit sempit ukuran kecil
dibandingkan dengan pluton yang berasosiasi dengannya serta dan aureole
metamorf nya. Sebaliknya, skarn pada kedalaman yang dangkal akan cenderung terdeformasi
oleh patahan. Masuknya air meteorik dan penghancuran mineral skarn selama proses
retrograde adalah salah satu penciri pembentukan skarn di lingkungan dangkal.
b.
Perbedaan skarn klastik & magnesian
Magnesian skarn : skarn yang terbentuk oleh protolith
berupa dolomit
Calsic
skarn : skarn yang berasosiasi dengan
kandungan mineral-mineral metal seperti tembaga, beso, tungsten, dll
c. Endapan skarn
Gambar model penampang endapan skarn
Pembentukan skarn terbentuk dalam tiga tahap, yaitu
tahap rekristalisasi pada batuan disekitar intrusi yang disebabkan oleh oleh
kontak intrusi dengan batuan yang menghasilkan marmer dari batugamping, batuan
hornfels dari batuserpih, kuarsit, dan batupasir. Reaksi skarn dapat terjadi
disepanjang kontak litologi. Dapat dijumpai adanya mineral-mineral talk dan
wollastonite pada batu marmer. Proses yang bekerja adalah reaksi isokimia
akibat difusi elemen-elemen mineral akibat reaksi dengan larutan metamorfik.
Selain itu, juga terjadi infiltrasi fluida ke dalam tubuh batuan.
Tahap yang kedua yaitu infiltrasi fluida
hidrotermal-magmatik merubah komposisi asli mineral mineral penyusun litologi
marmer dan batuan lainya menjadi batuan-batuan pembawa endapan skarn serta
memodofikasi mineral-mineral kalk silikat yang terbentuk pertama kali. Proses
ini terjadi pada temperatur 400°C-800°C dan disebut sebagai metamorfik prograde dan metasomatik
prograde. Proses ini terjadi selama mineral-mineral pembawa endapan bijih
mengalami pengendapan dan batuan plutonik mengalami pendinginan. Mineral baru
terbentuk sebagai mineral anhydrous dan terbentuk mineral-mineral oksida besi
seperti magnetit, kasiterit, dan sulfida lainnya mulai terbentuk.
Tahap ketiga merupakan tahap retrograde yang
berasosiasi dengan proses pendinginan magma dan pembentukan alterasi hydrous
terhadap mineral-mineral skarn. Pada tahap ini, kandungan kalsium cenderung
akan mengalami peluruhan dan volatile-volatile akan mulai membentuk mineral
epidote yang rendah kandungan besi, klorit, aktinolit, dan mineral lainnya.
Pendinginan suhu pada tahap ini akan menghasilkan mineral-mineral sulfida.
Alterasi pada umumnya mengubah mineral-mineral skarn yang terbentuk pertama
kali dan mengendapkan sulfida.
d. Endapan skarn di Indonesia
Salah
satu contoh endapan skarn di Indonesia yaitu Endapan Skarn di Eartsberg, Irian
Jaya, Indonesia. Batuannya kuarsit dan batupasir serta sebagian kecil batuan
metamorf. Mineral bijih
utamanya ialah mineral-mineral sulfida seperti kalkopirit dan bornit yang
berasosiasi dengan galena, bismutit,kovelit,digenit, sfalerit, tembaga alami,
perak alami, linnacit, dan tetrahedrit
DAFTAR PUSTAKA
Dosen dan Staf
Asisten Geologi Sumber Daya Mineral. 2013. Geologi
Sumber Daya Mineral. Yogyakarta : Laboratorium Sumber Daya Mineral, Jurusan Teknik Geologi-UGM
terima kasih infonya kak, bermanfaat banget
BalasHapusbtw kak, kakak dulu alumni sman 3 surakarta?
sama-sama :)
Hapusiya betul SMA N 3 surakarta