Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

1.18.2016

[PART 9] Tinta Hindustan: Mahtab Bagh

Taj Mahal berwarna keemasan.

Perjalanan kami berlanjut ke The Moon Garden (Taman Bulan). Sebuah taman indah, yang dibangun segaris dengan Taj Mahal dengan pemisah keduanya berupa Sungai Yamuna. Disini kami akan melihat dan mengabadikan sunset yang akan memantulkan sinar keemasannya pada dinding marmer Taj Mahal. Tentu saja pemandangan langka yang hanya bisa disaksikan dalam momen sesaat sewaktu matahari tenggelam. Tarif masuknya cukup masuk akal, 100 Rupee.

Jalan masuk Taman Bulan berupa jalan tanah setapak dengan tanaman hijau berbaris rapi di kanan kirinya. Hujan yang baru saja mengguyur Kota Agra membuat udara sangat segar dan bersih. Kaki lelah kami terus masuk untuk menyingkap tabir hubungan antara Taman Bulan dan Taj Mahal.

Mahtab Bagh dibangun sedemikian rupa dengan posisi segaris dan simetri dengan Taj Mahal, dan tidak diragukan lagi bahwa taman ini dibangun dan direncakan sebagai bagian tak terpisahkan dari desain awal Taj Mahal, selama periode 1631-1635 A.D. Sepertinya taman ini mendapatkan nama ‘Mahtab Bagh’ (The Moon Garden) karena merupakan tempat ideal untuk melihat Taj Mahal pada malam bulan purnama.
Keanggunan Taj Mahal

Taman Bulan disebut juga Mahtab-Bagh dibangun pada 1631-1635 A.D. Babur (penguasa Kerajaan Mughal 1520-1530 A.D) datang ke Agra segera setelah pertempuran Panipat (20 April 1526). Di Agra, beliau merasa sangat disiksa oleh panas, angin panas dan debu. Babur juga mengeluh, dalam laporannya, tentang kurangnya ketersediaan air mengalir (melalui kanal dan air terjun) dan taman dimana Babur biasa melihat dan melihat taman yang banyak di Samarqand, seperti Bach-I-Dilkusha, Bagh-I-Chenar dan Bagh-I-Bihisht. 

Babur juga merupakan penemu beberapa taman di Kabul seperti Bagh-I-Vafa, Bagh-I-Kalan, Bagh-I-Banafsha, Bagh-I-Padshani dan Bagh-I-Chenar. Pada saat itu memang terdapat tradisi bahwa Babur akan membuat taman pada sisi kiri (timur) pinggir Sungai Yamuna di Agra, seperti contohnya Bagh-I-Gul Afshan (taman yang dikelilingi bunga-bunga) (sekarang Ram-Bagh); Bagh-I-Zar-Afshan (Taman yang dikelilingi emas) (sekarang Chauburj); dan Bagh-I-Hasht Bihisht (taman terdiri delapan surga).

Seperti yang terekam di ingatan Babur, beliau mencatat bahwa kaum bangsawannya juga mendirikan taman disini, begitu banyak sehingga “Kaum miskin yang tidak pernah melihat suatu tanah yang terencana dengan begitu simetri dan kemudian diletakkan sesuatu indah diatasnya, pada sisi Jun (Sungai Yamuna) seperti kediaman kita sebelumnya, Kabul. Dalam catatannya dikatakan bahwa Bagh-I-Hasht Bihisht yang dibangun di depan Agra Fort. Kemungkinan besar, pada atau dekat dengan tempat ini,  sehingga memudahkan Babur untuk menyeberangi sungai dan mencapai tempat ini dengan cepat dan sering. Kerajaan Mughal tentu saja menduduki daerah ini, dan untuk memenuhi kebutuhan religius mereka, Humayun (berkuasa 1530-1540,1555) membangun sebuah masjid besar di lokasi ini. 

Masjid ini sanggup bertahan dan mengandung prasasti tertanggal A.H. 937/1530 A.D. Berdasarkan pengamatan astronominya, sekarang ini di reruntuhan dan dikatahui sebagai ‘Gyarah Siddi’ juga terletak di sekitar area ini. Area ini mempunyai bekas-bekas reruntuhan Taman Mughal. Selanjutnya, Akbar (1556-1605) rupanya memberikan tempat ini, pada kedua sisi sungai, di Jagir, kepada Raja Man Singh Kachhwaha dari Amer, sehingga desa di sekitarnya diketahui bernama ‘Kachhpura’.

Shah Jahan (1628-1658), cucu dari akbar, mendapatkan tempat ini (pada kedua tepi sungai) untuk membangun sebuah makam menakjubkan untuk mengenang kematian istrinya Mumtaz Mahal, dari cucu Man Singh, Mirza Raja Jai Singh, sebagai pengganti dari 4 haveli, sebagaimana tertuang di catatan. Mausoleum raksasa, Viz, Taj Mahal, dengan tambahan beberapa bangunan seperti chowk (halaman yang mengelilingi dinding), dalans, gerbang masuk dan taman luas di depan, dengan ketinggian 3 level mundur, pada bagian kanan tepui sungai, terdapat makam utama yang menakjubkan dibangun dari marmer putih, berdiri dengan luasnya di tepi sungai. Shah Jahan juga membangun taman luas ini,Viz. Mahtab-Bagh sesuai tradisi dibangun oleh Babur, pada bagian kiri (timur) dari sungai, menghadap Taj Mahal, hanya untuk memberi latar belakang yang indah untuk makam utama.

Pada bagian dalam taman yang menghadap Sungai Yamuna dan Taj Mahal, terdapat reruntuhan sisa-sisa bangunan yang sepertinya merupakan "sisa-sisa bangunan agung masa lalu". Sisa bangunan dari batu bata dan batupasir merah tersebut berdiri teronggok rendah, seakan melupakan sejarah keemasannya masa lalu. Turis mancanegara maupun orang lokal memanfaatkan sisa bangunan itu untuk duduk menunggu matahari terbenam.

Taj Mahal terlihat masih ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang. Tidak diragukan lagi, Shah Jahan memang sukses menjadikan Taj Mahal sebagai perhatian dunia. Turis mancanegara berbondong-bondong datang ke India untuk melihat makamnya dan istrinya. Suatu penghormatan dan pengakuan yang memang Shah Jahan ingin dapatkan. Ia tidak mau, seorangpun melupakan besar cintanya kepada Shah Jahan.

Semburat jingga matahari di kejauhan

Perlahan demi perlahan, matahari mulai meringkuk ke peraduannya. Para turis mancanegara maupun turis lokal mulai sibuk mengarahkan kamera untuk memotret "pemandangan emas" yang sudah ditunggu sedari tadi. Setiap orang sibuk mencari posisi terbaik untuk berfoto bersama "Taj Mahal emas" yang hanya datang dalam satu kilasan momen. Semuanya kagum, takjub, melihat keterampilan yang begitu luar biasa dari para pengrajin Persia zaman dahulu untuk membangun Taj Mahal.

Kami mencari posisi yang lebih strategis dan sepi di pojok bagian timur Taman Bulan. Dari sana, kami bisa mengabadikan Taj Mahal dari sisi samping dengan latar Sungai Yamuna. Di seberang sungai, kami bisa melihat sekelompok orang lokal yang menjalankan upacara di pinggir sungai. Mereka terlihat berdiri berjajar sembari meneriakkan kata-kata dalam Bahasa Hindi. Paduan suara doa, mantra serta pemandangan magis Taj Mahal seakan menarik kami pada suasana yang benar-benar khidmat.

0 comments:

Posting Komentar