Trip ini merupakan rangkaian perjalanan ke Singapura - Malaysia - Filipina yang aku lakukan dari 30 Januari 2013 - 6 Februari 2013. Part selanjutnya dari setiap postingan akan aku beri pada link di bagian paling bawah setiap cerita.
Ane berpose di salah satu sudut Singapore Botanic Garden yang menghadap Danau Angsa.
Keesokan harinya ane bangun dengan badan sakit semua terutama kaki gan. Ternyata kaki ane njarem semua karena hari sebelumnya terlalu banyak berjalan dengan membawa beban berat. Secara ane ngakunya backpacker tapi sebenarnya paling males itu kalau suruh jalan kaki jauh n lama hahaha. Tapi ane tidak hanya berdiam diri karena bukan perjuangan yang mudah untuk sampai ke Singapore, masak udah sampai sini malah tiduran. Akhirnya setelah mandi dengan air hangat dan mengisi botol air minum dengan air gratis ane pun beranjak keluar dari penginapan.
Untuk menimbun energi sebelum memulai petualangan hari ini, ane putuskan untuk sarapan dulu di warung makan India di depan penginapan. Ane pikir pasti murah lah ya, secara bentuk warungnya biasa aja. Saat itu ane pesan nasi briyani sama teh tarik dan makan dengan sangat khidmat. Uenaak bisa makan nasi lagi. Tapi pas mau bayar.....huaaa ternyata habisnya 6 SGD gan atau setara 48rb. Saat itu ane berusaha menyembunyikan rasa kekagetan ane. Padahal uang ane di tangan tinggal 14 SGD, berarti hanya sisa 8 SGD. Huaaa....Apa aku berani jalan keliling Singapore hanya dengan 8 SGD?
Saat itu ane galau setengah mati. Sebenarnya duit ane masih ada tapi kan masih buat deposit kunci penginapan 30 SGD.
“Gimana kalau nanti di jalan terjadi hal tidak diinginkan? Gimana kalau x? Gimana kalau Y?”
Semua kekuatiran itu hanya membuat ane pusing sampai akhirnya ane memperoleh kesimpulan, “Aku di Singapore. Sekarang ada kartu MRT dimana pulsanya masih 7 SGD. Masih ada air minum di botol, masih ada secuil roti pandan. Aku harus jalan kemanapun itu.” Akhirnya ane pun memantapkan langkah menuju Stasiun MRT. Target ane hari ini adalah mengunjungi Singapore Botanic Garden (SBG), salah satu taman hijau terluas di Singapore dimana untuk masuk taman ini free alias gratis, kecuali kalau mau masuk ke Kebun Anggrek Nasional harus membayar 2 SGD. Salah satu yang ane sukai dari Singapura ya ini gan, banyak tempat wisata gratis dan itu baguus.
Sampai di SBG, ane langsung dihadapkan dengan taman sangat luas dengan banyak sekali spot yang harus dilihat gan. SBG merupakan kebun botani seluas 74 hektar yang buka dari jam 05.00 pagi hingga 24.00 setiap hari sepanjang tahun. Stasiun MRT terdekat adalah Singapore Botanic Garden. Untuk menuju taman ini, kita tinggal mengikuti arah keluar dari stasiun MRT.
Penjelasan singkat tentang sejarah dan isi Singapore Botanic Garden di pintu masuk.
4 atraksi utama yang bisa disaksikan di taman ini yaitu:
1.
Kebun Anggrek Nasional
Memiliki koleksi lebih dari 1.000
spesies dan 2.000 anggrek hasil persilangan.
2.
Hutan Hujan
Hutan hujan ini usianya lebih tua
ketimbang kebun botani itu sendiri. Hutan hujan ini berada di dalam kota
Singapura. Di dunia hanya ada dua kota besar yang memiliki hutan hujan di dalam
wilayahnya yakni Singapura dan Rio de Janeiro (Hutan Tijuca).
3.
Kebun Jahe
Terletak di dekat Kebun Anggrek
Nasional, kebun seluas satu hektare ini mengoleksi tanaman keluarga jahe-jahean
(Zingiberaceae).
Kebun Botani Singapura memiliki tiga
danau, yaitu Danau Simfoni, Danau Eco dan Danau Angsa. Pada tanggal 10 Oktober 2008, patung komponis terkenal Polandia Frédéric Chopin dibuat di sisi selatan Danau Simfoni.
Kiri: Danau Simfoni
Kiri: Kebun Anggrek Nasional (fee: 2 SGD)
Kanan: Air Terjun Buatan di dalam Kebun Jahe
Kanan: Kebun Jahe
Selesai mengelilingi sebagian SBG, ane memutuskan akan berpetualang ke taman gratis selanjutnya, Taman Labrador. Untuk kesini ane naik MRT dari Stasiun MRT SBG ke Stasiun MRT Labrador Park. Ane lihat dari peta Taman Labrador ini berada di pinggir laut gan sehingga ane mengharap bisa melihat Selat Malaka dari taman. Target ane di Singapura memang mengunjungi tempat tidak biasa yang tidak banyak orang tau gan, makanya ane mau kesini.
Sempat menfoto lengang dan bersihnya jalanan Singapore sewaktu menyeberang via jembatan. kalau menyeberang sembarangan konon kita bisa didenda ratusan SGD gan.
Saat itu udara panas sekali, dengan langkah gontai karena rasa lelah di kaki mulai muncul lagi, ane paksakan jalan kaki dari Stasiun MRT Labrador Park ke Taman Labrador yang cukup jauh. Saat melihat pertigaan dimana kalau lurus itu Taman Labrador kalau belok kanan menuju Tamarind Hill, ane memutuskan belok kanan dulu untuk menuju Bukit Tamarind. Di sepanjang jalan ane disuguhi dengan pepohonan tropika yang menjulang tinggi gan. Salah satu yang ane sukai dari Singapore, meskipun lahan yang mereka miliki untuk menjadikan mereka sebuah negara sangat terbatas, tapi mereka sama sekali tidak melupakan peran tumbuhan sebagai paru-paru dunia gan. Suasana menuju Bukit Tamarind sangat sejuk, tenang dan asri.
Sepinya jalanan menuju Taman Labrador.
Jalanan menuju Bukit Tamarind yang sepi dan banyak pepohonan.
Sampai di Bukit Tamarind, ternyata di atas hanya terdapat sebuah villa gan. Sebenarnya Bukit ini menghadap laut tapi pemandangan ke laut ditutup oleh tembok sementara yang cukup tinggi sehingga pada akhirnya tidak ada lagi yang bisa dinikmati disini. Tembok itu sendiri berfungsi sebagai batas aman karena turunan dari Bukit Tamarind ke laut itu sudutnya lumayan terjal gan. Menurut ane tidak recommended untuk kesini.
Suasana di Bukit Tamarind
Selesai menjelajahi Bukit Tamarind ane segera turun kembali ke persimpangan untuk menuju Taman Labrador. Perjalanan awalnya berlangsung dengan baik gan, ane lihat di sekitar Taman Labrador itu berupa perumahan warga Singapura kelas menengah ke atas. Suasana sangat sepi sekali, hampir nggak ada orang. Ane pun jalan dengan santai dan malas sebelum akhirnya dikagetkan sesuatu, iya sesuatu, yang bikin ane takut setengah mati, mau teriak, mau lari, takuuttt banget gan pokoknya!
Di depan ane berdiri 2 anjing herder besar-besar, TANPA RANTAI, menggeram-geram ke ane gan dengan jarak cuma 4 meter di depan ane. Nggak ada angin, nggak ada hujan, mereka tiba-tiba muncul di depan ane gan. Huaaaa, saat itu muka ane langsung pucat, ane udah bayangin ane bakal dikejar, digigitin sampai baju ane sobek-sobek dan penuh luka. Ane udah nggak tau harus berbuat apa gan. Saat itu sepii sekali sama sekali nggak ada orang. Mati ane, nggak ada yang bisa dimintai bantuan. Huaaa...Tuhan tolong. Saat itu ane cuma bisa berdoa kepada Tuhan, seperti Tuhan menolong Daud sewaktu di kandang singa, ane yakin Tuhan akan tolong ane entah gimanapun caranya.
Anjingnya semacam kayak gini gan, 2 juga, terus menggeram-nggeram ke arah ane
Di tengah ketakutan yang luar biasa itu ane berpikir logis. Jika ane lari sekarang, kedua anjing itu akan mengejar ane dan sudah jelas ane akan kalah cepat larinya. Jika ane teriak, kedua anjing itu kemungkinan justru akan menyerang ane, dan tidak ada jaminan akan ada orang yang dengar. Salah satu cara klasik untuk menakuti anjing adalah pura-pura ambil batu dan pura-pura dilempar ke arah mereka. Ane benar-benar pasrah, kalau sampai kedua anjing itu nggak takut, cuma lari yang terpintas di benak ane.
Dengan jantung berdebar tidak karuan dan tangan gemetar, ane pun langsung pura-pura ambil batu di rerumputan di bawah ane. Untung anjing itu nggak punya otak yang berfungsi kayak manusia, otaknya hanya berdasarkan naluri sehingga dia nggak tau di rerumputan di bawah kami sudah jelas tidak ada batu. Dan ane merasa seperti di atas angin saat anjing itu terlihat ketakutan dan mulai mundur. Hahahaha. Ane sekarang berada di atas angin, segera saja ane memajukan langkah berpura-pura ambil batu lagi dan akan melempar ke mereka sambil teriak, “HAAAAA!”. Tiba-tiba, kedua anjing itu kabur. Hahahahahaha. Aku menaaaannnggg! Terimakasih Tuhan! Setelah memastikan kedua anjing itu tidak terlihat lagi ane segera lari terbirit-birit kembali menuju arah stasiun MRT, Taman Labrador sudah nggak ada di otak ane lagi. Saat itu yang ane pikirin Cuma gimana caranya bisa keluar dari area ini dan menuju ke keramaian secepatnya. Ane benar-benar trauma gan, huaaaa, saat itu nggak terhitung berapa kali ane menengok ke belakang untuk memastikan anjingnya nggak ngikutin ane. Huaaaa, terimakasih Tuhan.
Jalan kenangan, di jalan kecil nan sepi inilah ane dihadang 2 anjing sejenis herder gan. Huaaaaa... Bayangkan harus minta tolong ke siapa sepi gini (ini ane foto sebelum anjingnya tiba-tiba muncul di depan ane)
Saat akhirnya sampai di Stasiun MRT lagi, ane udah nggak punya tenaga lagi gan. Tenaga ane sudah diperas oleh ketakutan mendadak karena anjing tadi, dan kaki ane pun yang bagian kiri semakin sakit sampai menjalar ke pinggang. Sebenarnya hari itu ane masih mempunyai target mengunjungi bola dunia Universal Studio di Pulau Sentosa, tapi ane urungkan dan ane memutuskan kembali ke penginapan untuk mengistirahatkan kaki serta mental ane yang saat itu lagi sangat down.
Sampai penginapan, ane memutuskan berjalan-jalan di sekitar penginapan untuk mencari minimarket, mencari makanan untuk makan siang. Akhirnya ane menemukan minimarket cukup besar dan membeli pop mi raksasa dan mie bungkus 5 pcs dengan total 4 SGD.
Setelah makan, karena merasa sangat capek ane menghabiskan sore itu dengan mandi kemudian tidur. Sumpah itu adalah tidur sore terenak sepanjang perjalanan ane gan hehehehe. Malemnya gue terbangun jam 7, sebenarnya pengen banget jalan ke Chinatown, tapi karena uang di kantong tinggal 2 SGD, ane mengurungkan niat itu dan hanya bersantai sambil pijetan di kursi pijat gratis penginapan. Malam itu ane juga kenal dengan 2 traveler asal Ekuador, mereka cukup friendly dan ane berbincang banyak. Malam yang berkesan!