PART 1 : Bandara Juanda
Kepikiran motor Supra Fit 2005 ane yang dititipin kedinginan n nggak punya temen di Stasiun Gubeng Surabaya, seminggu kemudian (setelah ke Pasuruan pertama kali) ane terpaksa balik ke Pasuruan gan. Terpaksa? Iya terpaksa banget gan. Males banget sebenernya. Maunya bobok kelonan ama kucing ane aja di rumah daripada cari data skripsi. Tapi takdir berkata lain, perasaan ane mengatakan Supra Fit 2005 ane udah memanggil-manggil ane.
Ane naik kereta Gaya Baru Malam gan dari Jogja. Lupa juga gan kenapa nggak naik dari Solo, secara rumah ane di Solo. Perjalanan selama 6 jam ane lalui dengan menyenangkan karena orang di sebelah ane sudah turun sejak di Stasiun Madiun sehingga ane bisa bobok selonjor cantik menghadap dengkul mas-mas depan ane. Pukul setengah 4 pagi, akhirnya nyampe juga Surabaya.
Nyampe Surabaya, semangat nggak muncul-muncul juga gan. Malah tambah males soalnya biasanya turun di Stasiun Surabaya itu lanjut ke bandara buat backpackeran. Tapi ini...pagi-pagi buta dengan kondisi kurang tidur ane harus berkendara dari Surabaya ke Pasuruan. Buat cari data skripsi lagi. Huffttt...hembusan keras nafas ane mengiringi perjalanan ke tempat parkir buat ambil motor. 'Pengen lulus ora, Luh? MANGKATO!!". Untung aja kata hatiku lagi waras.
Setelah mengambil motor dan membayar titipan 35.000, ane segera mengarahkan motor ke Sidoarjo. Kurang lebih sekiloan keluar dari stasiun, ane merasa......kok seperti ada yang kurang ya? Ane pikir-pikir sambil jalan, kecepatan motor ane kencangkan...kemudian ane kecilkan...harapannya pas dikencangkan bisa mengentakkan otak ane. Apa sih yang kurang? Nggak terasa udah 3 kilo jalan di stasiun..otak ane sudah terentak-entak beberapa kali, dan ane masih lupa.
Tiba-tiba ane seperti mendapat dejavu, kalau di film Armageddon kek pas Harry Stamper mau mati kek mendapat flash back gitu tentang masa lalunya dengan anaknya, entahlah dejavu atau flash back, akhirnya ane inget apa yang kurang. TAS ANE!!! OWALAH....tas ane ketinggalan di Stasiun Gubeng, di tempat parkir. Ane memang sengaja naruh tas dulu di meja parkir waktu ambil motor. Ane mengutuki kecerobohan tanpa henti ini sambil mengarahkan motor ke Stasiun Gubeng. Untunglah pas ane kembali tas ane masih ada gan. Sebenarnya nggak penting amat, isinya cuma baju 3, celana 3 sama daleman. Tapi kan males juga kan kalau nggak ganti daleman 3 hari, atau nyari daleman pas di Pasuruan. Niatnya nyari data skripsi malah misinya berubah jadi nyari daleman. Hihihi. Malu gan. Kalau baju atau celana ma ane nggak ganti 3 hari juga nggak masalah.
Perjalanan dari Surabaya ke Pasuruan berlangsung baik gan......awalnya. Satu jam berlalu, mata ane semakin berat gan. Sumpah kayaknya udara di Jawa Timur ini ada sesuatunya deh, kek ada dementor yang sengaja menyebarkan kentutnya gitu di jalan yang ane lewatin. Ngantuk banget gan, keknya sempet ada momen ane tidur deh. Tapi semangat ane tetap membara....segera akhiri penderitaan ini!! Segera cari data skripsi dan PULANG! Akhirnya mata ane melek lagi. Sedetik kemudian, merem lagi.
Ane inget rute yang harus dilewati itu ya Surabaya-Sidoarjo-Bangil-Pasuruan. Sidoarjo lewat, ane berharap akan menjumpai kata 'Selamat datang di Bangil Kota Santri'. Tapi kok....nggak ada ya. Udara juga semakin dingin, perasaan kemarin pas perjalanan dari Pasuruan ke Surabaya nggak sedingin ini deh. Apa pengaruh global warming memang sedemikian besar di Jawa Timur? Ah...ane berusaha cuek dan terus melajukan motor dengan PD. Pasti sebentar lagi bakal ketemu Bangil kok. Oh Bangil, Oh Bangil, dimanakah dirimu? Semakin gue mencari Bangil, udara malah semakin dingin. Ane curiga. Jangan-jangan.....ini mau ke gunung ya. Atau Bangil yang berubah jadi gunung? Penasaran ane terjawab setelah ane tanya ke mas-mas yang lagi nyantai di trotoar.
"Wah...ini jalan ke Pandaan gan. Ke arah Malang, kalau ke Pasuruan harusnya nggak lewat sini. Lewat sono." katanya sambil menunjuk arah nggak jelas di rerimbunan pepohonan.
"Waduh mas, salah ya. Waduh. Trus gimana mas? Ane harus putar balik lagi kah buat ke arah rerimbunan pepohonan itu?"
"Owh nggak gan..Ini aja ane terus dikit, itu ada pertigaan belok kiri, perempatan belok kanan. Nanti ada pertigaan ketiga lurus aja. Nggak ada pertigaan jangan belok ya gan. "
Yang ane ingat dari omongannya cuma belokan pertama sama kalau nggak ada pertigaan jangan belok. Ane pun nurut. Sebelum pergi masnya memberi wejangan lagi,
"Tapi hati-hati ya...saya kasi tau rahasia sesuatu..sini...di jalan itu bahaya. Banyak penjahat. Hiiyyy." katanya sambil menggerak-nggerakkan bahunya.
GLEK. "Oke mas makasih ya."
Ane pun lewat jalan yang mas itu maksud, dan ........ramenya. Banyak motor seliweran, di kanan kiri jalan itu kampung. Malah sempet lewat pasar. Mana penjahatnya? Ane udah nyari sampe gang-gang kecil juga nggak nemu penjahatnya. Ah sialan masnya bohong nih. Niat ane mau nyeramahin penjahatnya biar berubah jadi baik malah tertunda.
Seperti keajaiban yang jadi nyata, setelah melalui jalan kecil ini selama kurang lebih 1 jam, akhirnya jalan ini berakhir di pertigaan jalan besar. Dan kata pertama yang ane lihat adalah......BANGIL!! Huaa nggak nyangka bakal sesenang ini saat lihat Bangil. Duh Bangil kita udah nggak ketemu berapa lama ya? Kok kamu udah berubah sih? Dulu kayaknya disini ada penjual lontong kupang kok sekarang nggak ada lagi, padahal rangka tempat jualannya masih ada. Bangil..kamu udah benar-benar berubah..Aku nggak nyangka..
Sudahlah, lupakan BANGIL! Aku harus move on. Akhirnya satu jam berkendara sampai juga di PASURUAN. Ane udah kenal sedikit dong, kan kemarin udah kesini, jadi santai aja. Udah tau pas ada pertigaan pom bensin belok kanan aja buat isi bensin, ada perempatan warung ayam menepi dulu buat makan ayam. Setelah isi bensin dan makan ayam, ane bakal ingat harus belok kanan, belok kiri atau lurus. Pokoknya ane udah hafal banget lah luar dalam.
Ane kembali nginap di Hotel Nasional, tapi kali ini menginap di kelas ekonomi yang paling ekonomi yang paling murah. Pokoknya yang paling ekonomi. Ane dapat harga 75.000/malam (sialnya kemarin nggak tau kalau ada yang 75.000/malam). Menginap 3 hari 2 malam. Bayar pakai uang 100.000, masnya bilang kurang ane tambahin 100.000, masnya bilang lebih ane tinggal. Niatnya gan..mau tidur dulu. Paling nggak sampai jam 12 siang lah. Nanti sorean baru ke Danau Grati lagi. Tapi ane ingat disini uang=waktu, jadi ane ke ATM, ambil uang dan membeli waktu terus tidur nyenyak.
###
Krroookkkk...krookkk...entah kenapa disaat ane tertidur lelap wajah kedua orangtua ane melayang-layang manja diatas kepala ane. Wajah dospem ane "Galuh, piye skripsine? Piye skripsine?". Uwahh! Sampe akhirnya Mars CIMB Niaga tiba-tiba terputar di otak ane, ane langsung terloncat!
Ane harus segera berangkat. Ane harus segera berangkat. Cepet-cepet. (Ceritanya CIMB Niaga ini pemberi beasiswa ane, dimana kalau ane lulusnya telat, ane harus mengembalikan sejumlah persen beasiswa ane ke mereka). Nggak mau donk ya soalnya duitnya udah habis menyangkut gengsi.
Pada kunjungan lapangan kedua yang super malas semangat ini, ane memutuskan akan mencari singkapan lain untuk dilakukan pengukuran stratigrafi. Melalui lokasi pertama, sebenarnya ane udah nemu singkapan kedua. Tapi lokasinya di ujuuung seberang danau sana. Sehingga ane harus berenang jika ingin ambil data disana. Alternatif lainnya, naik kapal bebek-bebekan yang banyak bersandar di tepi Danau Grati. Menunggu sejenak, karena tidak ada bebek yang berangkat, ane terpaksa muter-muter kampung untuk cari jalan ke singkapan kedua disono. Uhhh...seandainya Indonesia punya musim salju! Ane bisa deh, langsung sepatu rodaan diatas danau yang membeku. Huft, nasib negara dengan 2 musim aja.
Akhirnya ane memutuskan kembali ke singkapan yang kemarin ane ukur (kemarin itu pas PART 1, pas ane pertama datang ke Pasuruan) untuk ambil sampel tambahan dan melengkapi data. Sialnya karena ane ngukurnya di dekat kandang kambing kampret, karena mereka tau ane orang asing, tu kambing teriak-teriak semua keras banget. Sumpah gan, padahal ane nggak apa-apain mereka. Mereka di kandang dan ane di pinggir jalan kampung. Karena lama-lama teriakannya makin keras, ane segera percepat ambil sampel dan kabur dari tempat itu.
"Kampret lu mbing!" batin ane.
"Benar-benar nggak support sama orang yang ambil data skripsi lu mbing! Lu enak ma lu kambing, nggak perlu kerjain skripsi! " Ane sempat omong gitu ke kambing sebelum ane lanjut jalan cari singkapan berikutnya.
Selesai semua urusan disini, ane segera mengarahkan motor ke utara untuk mencari keberadaan singkapan yang di seberang danau tadi. Ane berjalan tanpa arah dan tujuan. Jalanan yang ane lewatin pada awalnya masih aspal dengan lebar 1,5 meter. Tetapi kelamaan, aspal tersebut berubah jadi batu, akhirnya tanah, dan akhirnya jalan setapak. Asem! Cobaan mulai datang. Ane merinding juga soalnya jalan begitu sepi.
Bagaimanapun, ane teruskan mencari singkapan itu. Karena ane motoran lewat jalan super sempit - jalannya mungkin hanya muat untuk satu orang jalan kaki aja - , ane banyak menjumpai warga-warga di ladang.
"gan, gan, mau kemana? awas bahaya kalau lewat sana sendirian," kata salah seorang peladang.
"Mas, ane mau kesono tuh, ke pertambangan batu." jawab ane.
"Hati-hati yo, disana bahaya, jalannya licin."
GLEK!! "Iyoo mas."
Asem, dalam hati udah takut banget sebenarnya gan. Tapii, ah masa bodo! Kalau ane takut nih skripsi nggak akan selesai-selesai. Sumpah udah males banget sama yang namanya skripsi.
Semakin masuk mendekati singkapan (kalau belum tau, singkapan itu semacam tebing yang bisa dilihat batunya dengan jelas gitu gan), jalanan setapak yang ane paksain untuk dilalui motor ini semakin sepi. Kalau tadi kiri kanan ane berupa ladang, sekarang di kiri ane bukit, di kanan hutan. Nyali ane udah sangat ciut. Seandainya ada orang jahat, nggak akan ada yang bisa tolongin ane.
Setengah jam kemudian, tiba-tiba jalan yang udah ane cari susah-susah itu BUNTU!!!! Huahahaha, di depan ane terbentang singkapan yang sangat indah..................tapiiii.....itu di bawaaaahhhh sanaaaa! Artinya, ane mengamati singkapan itu dari atas, untuk turun harus lewat tebing setinggi 15 meteran dan sangat curam!
"Uasem!!! " Gerutuku dalam hati.
Bagi calon geolog, kenapa ya pas menemukan singkapan itu ada rasa senang dan sedih sekaligus. Senangnya karena akhirnya dapat data, sedihnya karena harus melakukan pengukuran stratigrafi (MS). Pengukuran startigrafi itu kayak kita disuruh ngukur dan nggambar batu yang berlapis-lapis kecil itu gan jadi kayak kue lapis. Sumpah, selain harus ngorek-ngorek fosil kecil-kecil lewat mikroskop, MS sebenarnya adalah kegiatan yang paling malesin buat ane.
Seakan cuaca ngerti dengan perasaan ane, tiba-tiba mendung yang dari tadi menggantung manja turun dengan begitu derasnya! "Wah, pas banget. Bodo amat, basah ya basah, sakit ya sakit."
Aaahhhhh......!! ane berteriak sambil merem melek karena seluruh pakaian langsung basah kuyup seketika. Huft, nasib hidup di negara yang punya curah hujan tinggi. Akhirnya karena hari udah sore dan hujan semakin deras, ane putuskan akan melanjutkan pencarian ini besok. Ane bertekad, besok harus menemukan jalan baru! Besok harus ngukur itu semua (singkapannya gede banget).
Malemnya ane hanya menghabiskan waktu ngalamun di kasur. Ane dapet kamar di bagian belakang, dan sialnya ane sendirian (jadi beberapa kamar di spenajang lorong itu cuma ane yang nempatin). Sampe kebelet pipis aja harus mikir seribu kali mau keluar kamar, takutnya tiba-tiba dicaplok pocong hihihi...........ssssshhhhhhhhhhhhh......hihihi......