12.23.2015

[PART 7] Tinta Hindustan : Agra Fort

Amar Singh Gate, salah satu gerbang masuk ke Agra Fort

Selesai mengelilingi keseluruhan kompleks Taj Mahal, dengan berat hati kami melangkahkan kaki keluar dari bangunan spektakular tersebut menuju tujuan selanjutnya, Agra Fort. Dari gerbang sebelah barat Taj Mahal, kami naik auto rickshaw sampai tempat pembelian tiket Agra Fort. Jarak dari Taj Mahal ke Agra Fort sendiri sekitar 2,5 km. Aku sudah tidak mempunyai pikiran mau menyamar menjadi warga India lagi saat beli tiket. Disamping aku tahu itu hal salah untuk dilakukan, aku juga tidak mau terkena resiko harus diperiksa tentara lagi saat masuk Agra Fort. Harga tiket masuk Agra Fort 250 Rs/turis asing dan 20 Rs/warga India. Memang sangat timpang dan menjengkelkan. Tapi apa pilihan saya dan wisatawan asing lainnya?

Kesan pertamaku tentang Agra Fort, benteng ini sebenarnya sangat mirip dengan Red Fort yang ada di Delhi. Agra Fort dibangun menggunakan dominasi batupasir merah yang disusun sedemikian rupa dengan dinding-dinding benteng yang menjulang tinggi. Karena nilai sejarah serta keindahan tempatnya, Agra Fort ditetapkan sebagai situs warisan dunia UNESCO. Tak mengira, dari bangunannya yang gagah dan mempesona, benteng ini menyimpan banyak sejarah.

Dinding bagian depan Agra Fort dibangun menggunakan dominasi batu pasir merah

Tingginya dinding Agra Fort, yang merupakan saksi untuk berbagai pertempuran dan pengkhianatan.

Langkah sigapku membawa kami ke  Amar Singh Gate (gerbang masuk Agra Fort) yang fotogenik. Banyak wisatawan yang mengabadikan momennya mengunjungi Agra Fort disini. Kami berjalan masuk melalui sebuah pishtaq (Bahasa Persia untuk pintu masuk utama) yang dikelilingi oleh tembok tebal dan tinggi, dimana ketinggiannya bisa mencapai 15-20 meter. Di gerbang masuk ini juga dibangun tembok melingkar yang berbentuk seperti menara, dengan lubang-lubang yang pada zaman dahulu sepertinya digunakan untuk pengawasan maupun menembakkan senjata manakala ada musuh yang datang.

Benteng seluas 380.000 m2 ini mempunyai mempunyai bentuk setengah lingkaran, dimana penghubung busur tersebut terletak sejajar dengan Sungai Yamuna dan ketinggian dindingnya mencapai 75 ft. Terdapat empat gerbang masuk di keempat sisinya, dimana Gerbang Khizri membuka ke arah sungai. Kedua gerbang yang lain adalah ‘Delhi Gate’ dan 'Lahore Gate’ atau sering disebut ‘Amar Singh Gate’ berasal dari nama Amar Singh Rathore.
Tembok bagian luar Agra Fort yang meliuk-liuk seperti ular. Pada bagian terluarnya dibangun kanal yang melingkari tembok.

Sedikit cerita sejarahnya, ternyata Agra Fort tidak sepenuhnya dibangun oleh Kekaisaran Mughal. Benteng ini sudah berdiri di Agra sejak abad ke 11. Agra Fort asal mulanya merupakan benteng merah yang dikenal sebagai Badalgarh, dibangun oleh Raja Badal Singh Hindu Sikarwar yang merupakan Raja Rajput tahun 1475. Sikandar Lodi (1488-1517) merupakan Sultan Delhi pertama yang pindah ke Agra dan tinggal serta memimpin negara di dalam benteng ini. Dia memimpin negara dari sini. Sikandar Lodi wafat pada 1517 dan anaknya, Ibrahim Lodi, tinggal di benteng ini selama 9 tahun sebelum dikalahkan dan terbunuh di Panipat pada 1526. Beberapa istana, sumur dan masjid dibangun olehnya selama berkuasa.
Salah satu bangunan di dalam Agra Fort yang dibangun menggunakan marmer putih, kemungkinan merupakan hasil karya Shah Jahan yang gemar menggunakan marmer putih dengan ukiran-ukiran yang cantik.

Terbunuhnya Ibrahim Lodi melancarkan Mughal untuk merebut benteng ini dan merampas harta benda yang sangat banyak termasuk berlian yang dikenal sebagai Koh-i-Noor. Babur - yang merupakan raja pertama Mughal tinggal di benteng ini dan membangun baoli (step well) di dalamnya. Humayun sebagai penerus Babur juga menempati benteng ini. Pada masa pemerintahannya, Humayun sempat dikalahkan di Bilgram pada 1540 oleh Sher Shah sehingga benteng ini sempat ditempati oleh Suris sampai 1555 sebelum Humayun merebutnya kembali. Hem Chandra Vikramaditya yang juga dikenal sebagai Hemu dipimpin oleh Iskandar Khan Uzbek mengalahkan tentara Humayun dan menguasai Agra. Hemu mendapatkan barang rampasan melimpah dari benteng ini dan melancarkan serangan untuk merebut Delhi dari Mughal juga. Akhirnya Mughal di bawah pemerintahan Akbar mengalahkan Hemu pada pertempuran Panipat kedua pada 1556.
Lapangan di bagian tengah Agra Fort. Ruangan di sekelilingnya dibangun menggunakan kombinasi batu pasir merah dan marmer putih.

Menyadari pentingnya Agra, Akbar memindahkan ibukota Mughal kesini pada 1558. Saat kedatangannya,  Agra Fort dalam kondisi hancur dan berantakan yang membuat Akbar membangunnya kembali dengan mendatangkan batupasir merah dari Barauli, Rajasthan. Untuk membangunnya kembali, Akbar mendatangkan arsitek terbaik dan dibangun menggunakan pecahan batubata pada bagian dalamnya dan batupasir pada bagian luar benteng. Proses pembangunan benteng ini sendiri membutuhkan 4000 pekerja selama 8 tahun, selesai tahun 1573.
Indahnya ukiran pada Agra Fort

Pada saat Mughal dipimpin oleh cucu Akbar, Shah Jahan, beliau menyempurnakan kembali beberapa bagian dari Agra Fort. Tidak seperti kakeknya yang suka menggunakan batupasir merah, Shah Jahan lebih suka membuat bangunan dengan marmer putih, terkadang bertahtakan emas atau permata. Bahkan Shah Jahan sempat menghancurkan beberapa bangunan yang sudah ada sebelumnya di dalam benteng untuk membangun versinya. Pada akhir hidupnya, Shah Jahan dipenjara oleh anaknya yang memberontak, Aurangzeb di dalam Agra Fort ini. Rumor yang beredar mengatakan bahwa Shah Jahan meninggal di Muasamman Burj, sebuah menara dengan balkon marmer yang menghadap Taj Mahal.

Agra Fort diserbu oleh Kekaisaran Maratha selama pertengahan abad 18. Setelahnya, Agra Fort berpindah kekuasaan antara Maratha dengan musuh-musuhnya beberapa kali. Setelah kekalahan dahsyat Maratha di Pertempuran Panipat Ketiga oleh Ahmad Shah Abdali pada 1761, Maratha meninggalkan wilayah ini selama dekade berikutnya. Akhirnya Mahadji Shinde mengambil alih Agra Fort pada 1785. Maratha harus kehilangan Agra Fort yang kemudian dikuasai Inggris selama Perang Anglo-Maratha kedua tahun 1803.

Benteng ini merupakan tempat pertempuran selama Pemberontakan India tahun 1857, yang mengakibatkan berakhirnya kekuasaan British East India Company di India, dan menuntun ke abad baru penguasaan langsung India oleh Inggris.

Delhi Gate yang menghadap kota bagian barat dari benteng, merupakan gerbang terbesar dari semuanya dan merupakan hasil karya selama pemerintahan Akbar. Gerbang ini dibangun sekitar tahun 1568 baik untuk memperkuat pengamanan maupun sebagai gerbang resmi untuk raja. Gerbang ini dihiasi dengan tatahan marmer putih. Jembatan kayu biasa digunakan untuk menyeberangi parit yang mengelilingi benteng untuk kemudian mencapai gerbang dari dataran utama. Setelah Delhi Gate, masih ada pintu gerbang bagian dalam yang disebut Hathi Pol (“Elephant Gate”), dijaga oleh dua patung batu gajah dengan penunggangnya, menambahkan satu lapisan keamanan lagi. Dengan keamanan ganda seperti ini, saat pertempuran, musuh harus menggunakan gajah untuk menghancurkan gerbang ini. Itupun masih membutuhkan ancang-ancang yang cukup kencang, karena jika tidak memakai ancang2 akan sama saja tidak efektif. Karena Militer India (Brigadir Parachute) masih menggunakan Agra Fort bagian utara, Delhi Gate tidak dibuka untuk umum. Turis biasanya masuk lewat Amar Singh Gate.

Agra Fort sangat penting dalam sejarah arsitektur India. Abul Fazal mencatat setidaknya terdapat 500 bangunan dengan desain cantik dari Bengal dan Gujarat yang dibangun di dalam benteng. Beberapa dari bangunan tersebut terpaksa dihancurkan oleh Shah Jahan untuk membangun istana marmer putihnya. Kebanyakan sisanya dihancurkan oleh Inggris selama 1803 dan 1862 untuk mendirikan barak. Beberapa bangunan Mughal yang menghadap tenggara (bagian sungai) masih berdiri dengan selamat. Delhi Gate, Akbar Gate dan satu istana “Bengali Mahal” merupakan karya Akbar.

Nama Akbar Darwazza (Akbar Gate) diganti oleh Inggris menjadi Amar Singh Gate. Terdapat campuran arsitektur Hindu dan Islam menarik yang ditemukan disini. Beberapa bagian dari dekorasi Islam menampilkan gambar haraam (sinful) beberapa makhluk hidup seperti naga, gajah dan burung, tidak menampilkan pola biasanya dan kaligrafi yang sering kita lihat di dekorasi Islam.

Di dalam benteng ini terdapat beberapa istana indah seperti Khas Mahal, Shish Mahal, menara oktagonal Muhammam Burj, ruang resepsi Diwan-i-khas yang dibangun pada 1637 dan Diwan-i-Am (Ruangan Pertemuan Umum) dibangun pada 1628 oleh Shah Jahan. Di dalam kompleks mewah ini, juga dibangun 2 masjid yang sangat indah dari marmer putih yaitu Masjid Mpti atau Masjid Mutiara dibangun 1646-1653 oleh Shah Jahan dan Msjid Nagina dibangun 1658-1707 oleh Aurangzeb.
Taj Mahal dari Agra Fort

Dari lantai dua, kita bisa melihat Taj Mahal dengan sudut pandang yang cukup jelas. Ya, kedua bangunan ini memang tidak bisa dipisahkan nilai sejarahnya. Taj Mahal akan selalu terikat dengan Agra Fort, demikian juga sebaliknya. Kedua bangunan ini merupakan saksi bisu tentang cinta abadi, pengkhianatan, peperangan, keserakahan manusia. Dari sisa-sisa bangunan inilah kita bisa belajar, bahwa sejarah akan senantiasa menjadikan manusia menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar