Keesokan harinya, ane bangun pagi dengan cukup semangat gan. Setelah mandi dan membereskan tempat tidur (maklum kamar dorm harus rapi jaim sama yang lain), ane pun segera melangkahkan kaki keluar penginapan. Pagi itu sempat diawali dengan ane kesasar saat mau menuju stasiun LRT, padahal hari sebelumnya udah hafal jalan. Haha, beginilah ane, selalu eror dan eror, makanya ane berjanji nggak akan solo traveling lagi. Kurang asyik gan menurut ane, nggak ada yang bisa diajak cerita, ngrasani, nggak ada yang dimintain tolong untuk jagain tas pas ke kamar mandi, nggak ada yang disuruh motoin, nggak ada yang disalah-salahin , nggak ada yang diajak ngakak bareng hahahaha.
Kenampakan Friendly Backpacker Guest House
Jollibee tempat makan favorit ane di Filipinna
Ane akhirnya berhenti di sebuah restoran fast food bernama Jollibee (khas Filipina) dan memutuskan untuk sarapan disitu. Diawal sudah ane bilang kalau orang Filipina itu wajahnya mirip banget gan sama orang Indonesia, sehingga kalau antri makanan fast food ane selalu diajak ngomong Tagalog. Tapi mereka sangat sopan dan menghargai aku banget gan setelah ane menjelaskan kalau ane tidak sepik Tagalog.
"Oh, Im sorry. I though you're Filipino."
Saat itu ane pesan nasi ayam, spageti dan cola, habis 120 peso tapi sangat enak dan mengenyangkan. Sebuah permulaan sempurna untuk hari yang panjang dan banyak target. Hari ini memang ane berencana mengunjungi beberapa tempat sekaligus, dan berjanji tidak akan sampai kena tipu atau scam lagi. Sudah cukup! Ketegasanku sebagai backpacker harus ditingkatkan.
Sesuai petunjuk peta, ane pun kembali naik LRT dari Stasiun Querreno ke Stasiun Carriedo untuk menuju Fort Santiago. Sampai di Stasiun Carriedo, ane kembali menyusuri rute seperti kemarin tetapi mengambil persimpangan yang lain. Jujur ane penasaran banget gan sama Fort Santiago. Akhirnya di persimpangan Rizal Park, ane pun tanya sama bapak-bapak jalan menuju Fort Santiago. Nama Bapak tersebut Carlito. Dia mengatakan tidak jauh dan akan mengantarkan ane ke perempatan terdekat. Katanya untuk menuju Fort Santiago ane harus menuju kawasan Intramuros dulu. Ane awalnya takut gan, karena muka Carlito itu serem, takut diseret ke tempat sepi terus….terus….huaa aku nggak mau solo traveling lagi.
Ternyata setelah sampai persimpangan jalan, Carlito benar-benar menunjukkan jalan ke Intramuros, kemudian meninggalkan ane. Haha, merasa bersalah karena udah berpikiran buruk padahal Carlito itu baik bahkan malah sekarang jadi teman FB ane. Ane pun segera mengikuti arahan dari Carlito yang bahasa Inggrisnya agak belepotan, sehingga ane juga menggunakan feeling. Mengikuti petunjuk Carlito, kok ane nggak menjumpai kota tua Intramuros ya? Setau ane Intramuros itu dikelilingi sama tembok-tembok tinggi, tua dan tebal, kok ini malah bagian Kota Manila yang modern gitu? Kayaknya salah jalan ni.
Duh...kemana ini?
Saat sedang puter-puter nggak jelas, tiba-tiba entah keajaiban apa 1:1000 ane ketemu lagi sama Carlito. Carlito pun terlihat kaget sekaget ane juga. Tapi setelah berbasa-basi sejenak, ane pun kembali diantarkan Carlito ke Intramuros. Ternyata ane salah mengambil persimpangan. Hehehe, makasih ya Carlito.
Akhirnya dengan pertolongan 2x Carlito, ane pun sampai juga di gerbang Intramuros gan. Kata Intramuros itu sendiri berasal dari Bahasa Latin yang artinya “di dalam tembok” merupakan distrik tertua dan kawasan pusat sejarah Manila. Intramuros merupakan Kota Manila yang asli, yang berfungsi sebagai tempat kedudukan pemerintah saat Filipina masih dikuasai oleh Spanyol. Oleh karena itu, distrik di luar Intramuros sering disebut Extramuros yang artinya “Di Luar Tembok”.
Pemandangan sekitar Intramuros
Pembangunan Intramuros ini sendiri dimulai oleh pemerintah kolonial Spanyol pada akhir abad 16 untuk melindungi Kota Manila dari invasi negara luar. Kota seluas 0,67 kilometer persegi ini awalnya berlokasi di sepanjang pesisir Teluk Manila, sebelah selatan Sungai Pasig. Reklamasi lahan selama awal abad 20 ini obscured tembok dan benteng dari teluk. Intramuros sendiri mengalami kehancuran hebat selama pertempuran untuk memperebutkan kembali kota dari Kependudukan Tentara Jepang selama Perang Dunia II. Pembangunan kembali dinding-dinding yang hancur dimulai tahun 1951 ketika Intramuros dinobatkan sebagai Monumen Sejarah Nasional, yang masih berlangsung sampai saat ini oleh Intramuros Administration (IA).
Pemandangan kawasan sekitar Intramuros
Karena Intramuros itu cukup luas gan, lagi-lagi ane merasa kesulitan menemukan Fort Santiago. Sumpah, ane penasaran banget sama benteng ini kok susah banget nyarinya. Akhirnya ane mengunjungi destinasi wisata pertama dulu yang berupa benteng juga. Ane sendiri kurang tau benteng ini namanya apa, yang jelas lokasinya hanya beberapa saat setelah masuk gerbang Intramuros. Pada bagian pintu masuk terdapat penjaga dengan seragam biru. Tidak ada pemeriksaan apapun sehingga ane dapat langsung masuk. Untuk masuk kesini gratis.
Salah satu benteng di dalam Intramuros
Benteng ini terdiri dari 2 tingkat. Di bagian bawah terdapat taman-taman yang ditata dengan indah, ada juga penjara sempit (yang ane duga digunakan Spanyol untuk memenjarakan pemberontak Filipina yang menginginkan negara itu merdeka), serta lorong-lorong dengan batu yang disusun gaya busur melengkung khas bangunan Eropa.
Salah satu benteng di dalam Intramuros
Ane pun melanjutkan perjalanan ke tingkat atas. Di bagian atas hanya terdapat sebuah halaman dengan highlight pemandangan benteng dan pemandangan sebagian Intramuros . Kurasa fungsinya dibangun 2 tingkat adalah untuk mengawasi keadaan sekeliling gan, pas zaman penjajahan dulu. Karena lokasi benteng ini yang cukup dekat dengan Universitas Manila, ane banyak menjumpai mahasiswa/i yang lagi nongkrong asik disini. Sempet malu juga si waktu jalan di depan mereka hahaha. Ane juga sempat bersantai dulu sesaat karena kaki yang mulai sakit lagi, terlalu banyak berjalan sejak di Singapura, sampai benar-benar mau mati rasanya.
Menyerah mencari Fort Santiago dengan berjalan kaki, akhirnya ane pun memberanikan diri naik Cycle Rickshaw lagi. Tapi kali ini ane menyebutkan dengan jelas Fort Santiago dan meminta kejelasan harga tarif dari awal. Setuju dengan harga 30 peso, ane pun benar-benar diantarkan ke Fort Santiago. Ternyata lokasinya nyempil banget dan di pojokan, pantas aja susah ketemu. Tiket masuk ke Fort Santiago ini seharga 150 peso. Begitu masuk, ane langsung disuguhi dengan lagu klasik Spanyol yang mengalun merdu dengan deretan kereta kuda yang berjajar di sepanjang pinggir benteng menunggu penumpang. Suasana yang sangat klasik.
Hehehehe...Fort Santiago, I Got 'ya!
Fort Santiago yang dalam Bahasa Spanyol disebut Fuerte de Santigo, dalam Bahasa Tagalog Moog ng Santiago merupakan benteng pertama yang dibangun oleh penakluk Spanyol bernama Miguel López de Legazpi untuk mendirikan kota baru Manila. Benteng pertahanan merupakan bagian dari struktur kota Manila yang disebut sebagai Intramuros ("di dalam dinding").
Benteng ini merupakan salah satu situs sejarah yang paling penting di Manila. Beberapa orang meninggal dalam penjara selama Masa Kolonial Spanyol dan Perang Dunia II. José Rizal, pahlawan nasional Filipina, dipenjarakan di sini sebelum eksekusi pada tahun 1896. Museum Rizal Shrine menampilkan memorabilia dari pahlawan dan fitur benteng, tertancap ke tanah perunggu, jejak kaki Jose Rizal mewakili jalan kaki terakhirnya dari selnya ke lokasi eksekusi yang sebenarnya di Rizal Park.
Pembangunan Benteng Santiago membutuhkan waktu selama 3 tahun dari 1590 sampai 1593, kemudian dilakukan renovasi tahun 1733. Benteng ini dinamai Saint James the Great (di Argentina disebut Santiago) yang merupakan Santo pelindung Spanyol. Benteng Santiago terletak di mulut Sungai Pasig dan merupakan benteng pertahanan utama Pemerintah Spanyol selama kolonialisme mereka. Benteng Santiago juga menjadi benteng utama untuk perdagangan rempah-rempah ke Amerika dan Eropa selama 333 tahun. Salah satu sumber yang tidak diketahui juga menyebutkan bahwa Perdagangan Manila Galleon ke Acapulco, Meksiko juga berawal dari Benteng Santiago.
Saat itu susasana Benteng cukup sepi sehingga ane bisa menikmati pemandangan dengan cukup leluasa. Begitu masuk ane disuguhi dengan jajaran kereta kuda bermotif kuno, taman-taman yang tersusun rapi, patung diorama Jose Rizal dan beberapa pejuang revolusi lainnya, serta hutan bambu. Selain itu juga ada meriam dan peluru sisa Perang Dunia II. Benar-benar tempat yang penuh sejarah.
Gerbang masuk Benteng Santiago
Berjalan lebih jauh ke dalam, ane akhirnya menjumpai gerbang masuk Benteng Santiago. Gerbang ini berupa benteng batu dengan ketinggian mencapai 15 m, di sekelilingnya berupa tembok batu yang tebal. Di depan gerbang terdapat kolam yang dipisahkan oleh jalan masuk ke arah benteng pada bagian tengahnya. Menurut keterangan dibawah gerbang, gerbang Benteng Santiago ini dibangun bersama dengan barak militer tahun 1741, kemudian hancur oleh Pertempuran Manila tahun 1945. Administrasi Intramuros kemudian memperbaiki gerbang ini pada Juli 1982.
Pemandangan di dalam Fort SantiagoPemandangan di dalam Fort Santiago
Memasuki Gerbang Benteng Santiago ini, pemandangan pertama yang terlihat berupa tembok batu lagi yang terlihat sedikit hancur disana-sini. Setelahnya terdapat taman dengan patung Jose Rizal pada bagian tengahnya. Bisa dibilang, bagi masyarakat Filipina, Jose Rizal merupakan Bapak Negara mereka. Seperti Bapak Soekarno bagi masyarakat Indonesia.
Bagian dalam Benteng Santiago ini terdiri dari dua tingkat gan, setelah melihat dari tingkat dua, bangunan tingkat 1 didominasi oleh ruangan kotak-kotak luas yang sepertinya merupakan ruang pertemuan. Selain itu juga terdapat ruangan kotak sempit yang bagi ane terlihat seperti penjara gan. Pada bagian lantai 1, terdapat jejak kaki Jose Rizal yang dibuat dari semacam kuningan. Jejak kaki tersebut dinamakan 'The Last Walk' yang menandakan rekam jejak kaki terakhir Jose Rizal dalam perjalanannya dari Benteng Santiago sebelum dieksekusi di Rizal Park.
Pada lantai 1 juga terdapat semacam museum yang dinamakan 'The Rizal Shrine', museum ini berisi barang-barang peninggalan Jose Rizal gan. Tapi karena pas ane kesana museum belum buka (baru buka jam 1 siang, sementara saat itu baru jam 12), ane urungkan niat dan berkeliling bagian lain dari Benteng Santiago.
Pada salah satu sudut dekat pintu keluar, ane jumpai juga meriam-meriam yang digunakan saat perang gan. Meriam itu terdiam dengan gagah, seakan tak mau lagi mengulang sejarah peperangan. Selain itu juga terdapat peluru sisa perang yang berukuran cukup besar (bayangkan, satu peluru bisa berukuran sampai 50 cm). Selain itu terdapat jangkar kapal yang terlihat sangat tua dan berkarat. Bisa dibayangkan bagaimana keadaan saat itu, penuh perang, ledakan, serta tangisan.
Peluru, meriam dan Jangkar peninggalan perang
Selesai mengelilingi seluruh bagian Fort Santiago, ane keluar dan mampir ke 7-eleven. Di Filipinna, 7-eleven-nya nyaman banget gan buat nongkrong sambil makan siang. Setangkup donat dan segelas minuman ringan dingin dengan lancar masuk ke kerongkongan ane. Memang saat itu Filipinna sedang dilanda musim panas. Begitu terik dan membuat tubuh cepat kehilangan air.
Berjalan kaki kembali tanpa arah, ane tiba-tiba menemukan Manila Cathedral. Manila Cathedral ini bisa dibilang merupakan salah satu gereja tercantik di Manila gan. Gereja ini dibangun menggunakan batubata berwarna kuning kecoklatan dengan gaya bangunan Eropa yang semakin menambah kesan kuno. Pada bagian samping atas pintu kubah terdapat ukiran patung beberapa Santo sehingga menambah kesan cantik sekaligus misterius. Pada bagian paling atas, terdapat jam dan lonceng yang diselimuti oleh kubah.
Gagahnya Katedral Manila
Sepanjang sejarahnya, gereja ini diketahui hancur 7 kali baik oleh sebab alam (gempa bumi, angin tofan) maupun sebab buatan (Perang Manila dan Kebakaran). Katedral Manila yang sekarang ini berdiri merupakan bangunan kedelapan di situs ini gan. Gereja pertama yang terbuat dari nipa dan bambu dibangun pada tahun 1571, kemudian terbakar pada 1583. Katedral kedua dibangun dari batu dan semen pada 1591, kembali hancur oleh gempa bumi pada 1599 dan 1600. Katedral ketiga dibangun pada 1614, dihancurkan oleh gempa bumi pada tahun 1621 dan 1645. Katedral keempat dibangun pada tahun 1654-1681, dihancurkan oleh angin topan dan gempa bumi tahun 1751.
Katedral Manila
Katedral kelima diresmikan pada 1760, sempat direnovasi pada 1850 tetapi kembali dihancurkan oleh gempa bumi pada 1863. Katedral ketujuh diresmikan pada 1879, beberapa hancur karena gempa bumi tahun 1880 ketika bagian loncengnya runtuh, selanjutnya hancur total pada 1945 karena adanya Pertempuran Manila. Katedral yang sekarang ini dibangun pada 1953-1958. Dinaikkan kelasnya menjadi Basilika Minor oleh Pope John Paul II pada 1981 dan secara resmi dinamakan Basilica of the Immaculate Conseption.
Selesai mengelilingi dan menfoto Katedral Manila, ane sempat duduk mengistirahatkan kaki di salah satu sudut taman. Sungguh trip tiga negara ini telah membuat kaki ane kepayahan gan, hehehe, maklum sebelumnya nggak pernah jalan kaki jauh tiba-tiba langsung dipaksa begini.
Selesai beristirahat, ane beranjak naik cycle rickshaw seharga 30 peso untuk menuju tujuan terakhir hari ini yaitu Gereja San Agustin. Menurut keterangan yang ane baca, terdapat museum yang cukup bagus dan lengkap di dalam gereja. Ane pun segera masuk ke museum dan membayar 100 peso. Masuk ke dalam Gereja San Agustin boleh membawa kamera, tapi waktu di dalam museumnya dilarang gan.
Suasana di dalam Gereja Xt. Xavier
Waktu itu kebetulan di gereja lagi ada nikahan gan, suasananya terasa khidmat. Gereja ini sendiri seperti gereja yang ada di Eropa kebanyakan, mempunyai interior yang cantik dan kubah yang cukup tinggi. Kubah tersebut disangga oleh beberapa pilar tinggi dengan hiasan yang cantik. Selain itu lampu gantung juga menambah suasana semakin cantik serta khidmat. Selain itu di bagian belakang terdapat patung beberapa santo seperti St. Thomas, St.Augustin dan patung Tuhan Yesus di dalam sebuah box kaca. Kesemuanya ini boleh difoto gan.
Suasana di dalam Gereja Xt. Xavier
Selesai menfoto interior gereja, ane segera menuju Museum yang merupakan spot wisata utama dari Gereja San Agustin. Untuk masuk ke museum ini membayar 100 peso. Museum ini sendiri berisi barang-barang gerejawi yang meskipun berusia kuno, tapi masih terlihat terawat dan bersih. Selain itu terdapat lukisan-lukisan, patung, juga makam yang di dalam tembok. Saat itu suasana sepi banget gan, hanya ada beberapa turis yang ane jumpai. Bulu kuduk ane mulai merinding, apalagi kalau harus berjalan di tingkat dua yang sepi dan gelap. Akhirnya karena nggak tahan, ane nggak kelilingin seluruh koleksi tingkat dua. Huhuhu, butuh travelmate.
Puncak ketakutan ane muncul pas sampai di spot makam tembok. Sebenarnya sejak awal lihat dari jauh, ane sudah ragu karena saat itu tidak terlihat turis lain yang mau masuk kesitu juga. Tapi dengan tekad kuat untuk mengalahkan ketakutan, ane paksa untuk masuk ke ruangan makam tembok itu. Shhhhhh....sungguh mengerikan gan. Apalagi saat itu suasana sangat sepi, hanya sinar matahari yang masuk melalui celah-celah kecil jendela raksasa. Ane merasa sedang dikelilingi oleh mayat, karena bentuk makam tembok ini adalah kubus dengan pintu masuk kecil. Tidak sampai ane 5 menit disini sudah keluar lagi hahaha.
Secara keseluruhan, ane membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk mengelilingi seluruh bagian Museum Gereja San Agustin ini gan. Museum ini sendiri cukup luas dan koleksinya cukup banyak. 90 % berisi barang-barang gerejawi.
Selesai menjelajah Gereja San Agustin, ane pun melangkahkan kaki ke stasiun LRT terdekat untuk kembali ke penginapan. Jujur hari ini puas sekali karena berhasil mengunjungi beberapa tempat wisata utama sekaligus. Tak lupa ane jajan makanan jalanan Manila yang rasanya seperti pempek berbentuk koin logam dan bundar dan beli makan malam fast food di lokasi makan pagi tadi.
Ada sedikit cerita 'hampir celaka' gan, bahkan sampai sekarang kalau ane ingat masih kerasa merinding aja. Ceritanya sehabis jajan pempek Manila itu, ane memutuskan akan menikmatinya sembari duduk di pinggir jalan karena kaki yang kelalahan. Sewaktu selesai makan dan akan menyeberang jalan, ane benar-benar lupa kalau Filipinna itu nyetirnya di sebelah kanan jalan. Bisa ditebak, karena terbiasa dengan sistem nyetir di Indonesia yang di kiri jalan, ane nengok sebelah kanan jalan sebelum menyeberang. Karena melihat tidak ada kendaraan yang akan lewat, ane dengan santainya menyeberang.
Kemudian, "TIIIIIIIINNNNNNNNN...................."
Jeepney berkecepatan sedang hampir aja nabrak ane gan dari kiri jalan. Huaahhhh, tak terhitung berapa kali ane bersyukur Tuhan masih menyelamatkan ane dari kecelakaan gan. Untung aja supir jeepney nggak marah sama ane, malah senyum-senyum. Hmmm, terimakasih Tuhan masih menyelamatkan ane.....
Day 2 MISSION COMPLETED!!
0 comments:
Posting Komentar