Life Only Once. Stop Thinking and Just Make It Work.

8.26.2015

[PART 5] Tinta Hindustan : Jainisme

Trip ini merupakan cerita perjalananku menjelajah India dari 21 Agustus 2012 - 2 September 2012. Part sebelumnya : Disini

Jaisalmer, 25 September 2012

Pemandangan Jaisalmer Fort dari restoran roof top Ganesh Travel yang berdiri diatas Bukit Trikuta setinggi 250 ft.

Setelah safari unta yang sangat menyenangkan di Gurun Pasir Thar, akhirnya kembalilah kami ke kota Jaisalmer dan bersiap untuk menjelajah salah satu wisata utamanya yaitu Jaisalmer Fort. Orang India sana biasa menyebutnya Sonar Quila, ada juga yang menyebutnya Golden Fort karena warnanya yang kuning keemasan ketika terkena sinar bulan. Mungkin bagi kebanyakan turis, setelah safari unta di Gurun Pasir Thar, benteng ini adalah tempat selanjutnya atau sebelumnya yang dikunjungi. Karena begitu memasuki kota ini, pasti Jaisalmer Fort yang pertama kali terlihat karena merupakan bangunan tertinggi dengan ketinggian mencapai 250 ft. Jaisalmer Fort ini sendiri berdiri di puncak Bukit Trikuta.
Bagian depan Jaisalmer Fort.

Dengan muka masih kusut karena malam sebelumnya tidak ada yang bisa tidur di gurun pasir, kami pun memasuki gerbang Jaisalmer Fort, ternyata gerbang masuknya kecil banget. Untuk masuk kesini gratis gan karena di dalamnya itu sebenarnya adalah sebuah kota dengan banyak penduduk yang masih tinggal di dalamnya. 
Salah satu pintu masuk ke Jaisalmer Fort, kecil banget gan pintunya.

Sedikit cerita sejarahnya gan, Jaisalmer Fort ini sendiri dibangun pada abad 12 oleh Raja Jaiswal yang memindahkan ibukota kerajaannya dari Lodurva ke Jaisalmer karena adanya penyerbuan. Dari Raja Jaiswal lah nama Jaisalmer didapatkan. Benteng ini merupakan benteng tertua kedua di Rajasthan setelah Benteng Chittorgarh dan terkenal karena seni dan arsitekturnya yang sangat indahDinding-dindingnya dibangun dari batupasir kuning yang dipenuhi dengan ukiran yang rumit dan indah. 
Jalanan di dalam Jaisalmer Fort yang berlorong-lorong.
sumber: dokumentasi Pix San

Suasana di sekitar Jain Temples.
sumber: dokumentasi Pix San

Zaman dahulunya pada abad pertengahan, benteng yang dahulunya sebuah kota ini memainkan peranan penting gan buat perdagangan sama Persia, Arab, Mesir sama Afrika. Masih ingat nggak gan pelajaran sejarah zaman SMP yang menyebutkan Persia, Gujarat, Konstatinopel buat jalur perdagangan internasional, tu ya ini gan.

Benteng Jaisalmer ini sendiri dibangun dengan 3 lapisan dinding gan. Dinding terluar atau lapisan terbawah dibentuk oleh blok batuan padat yang diperkuat dengan reruntuhan lepas Bukit Trikuta. Dinding bagian tengah dibuat meliuk seperti ular yang mengelilingi benteng. Dinding ketiga atau yang paling dalam sebenarnya terbentuk nggak sengaja gan. Jadi ceritanya pas dahulu zaman perang, Prajurit Rajput itu melemparkan minyak mendidih, air, blok-blok batuan masif gitu ke musuhnya. Inget adegan di film Lord of The Ring pas perang terus nglemparin blok-blok batu besar ke musuhnya itu kan gan? Nah mirip-mirip gitu juga gan. Jadi sisa-sisa sama reruntuhan blok batuan masif itulah yang terjebak diantara tembok kedua sama ketiga. Pertahanan benteng ini meliputi 99 bastion, 92 diantaranya dibangun pada periode 1633-1647. Udah tua banget gan.

Rekonstruksi Jaisalmer Fort yang dibangun dengan 3 lapisan dinding.

Kalau agan-agan pernah melihat film Lord of The Rings, kayak Kerajaan Gondor gitu gan. Aku begitu mengagumi struktur bangunan ini, karena hampir semuanya dibangun menggunakan batupasir ditambah ukirannya yang khas. Trus, bagaimana batupasir ini bisa bertahan dari terpaan erosi gan? Penjelasan geologinya itu tentulah berhubungan dengan iklim gurun di Jaisalmer yang kering sehingga batupasir ini bisa bertahan selama hampir 800 tahun lamanya. Erosi yang terjadi mungkin hanya oleh angin aja, dimana dampaknya tidak sebesar erosi oleh air.
Penjual perak di depan Jaisalmer Fort.

Penjual baju, pashmina dan karpet di dalam Jaisalmer Fort.

Oya sebelum masuk pintu gerbang, suasana Timur Tengahnya begitu kerasa banget gan. Ada beberapa ibu-ibu yang terus merayu kami untuk membeli perhiasan perak, penjual kain permadani dengan berbagai corak, penjual pasmina serta penjual sorban. Awi, ane merasa sedang di Iran aja hehehe. Selain itu juga terdapat restoran maupun warung internet.

Di dalam Jaisalmer Fort sendiri, sebenarnya ada beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi seperti Raj Mahal (Royal Palace), Laxminath Temple, Jain Temple maupun Haveli. Karena keterbatasan waktu, kami berencana hanya akan mengunjungi Jain Temple. Karena Jain Temple sendiri sebenarnya ada 4 lokasi gan, jadi harus cermat dan pintar membagi waktu karena Jain Temple ini tutup pukul 12 siang.


Ukiran di dalam Jain Temples yang menakjubkan.

Jain temples ini menggemakan perasaan tenang dan ketentraman. Kuil-kuil ini terbuka untuk umum dari pagi sampai siang jam 12 dengan tarif masuk 50 Rs (2012). Perpustakaan Gyan Bhandar yang terletak pada salah satu Jain Temples merupakan salah satu spot turis di dalam benteng. Dikatakan bahwa perpustakaan tersebut merupakan ruang penyimpanan teks-teks dan naskah kuno dalam jumlah besar. Tesk serta naskah tersebut megisahkan cerita Jain Temples.

Salah satu bangunan seni terbaik adalah Kuil Parswanath. Dinding-dinding kuilnya tersusun atas ukiran-ukiran hewan dan manusia yang indah sekali. Kubah dari kuil ini dihiasi oleh Amalak dan pot bunga indah dengan bunga teratai. Karena adanya pemberontakan antisosial kuil ini sempat hancur menjadi puing-puing, tetapi Seth Tharu Shah membangun kembali kuil ini pada 1615. Patung berhala Parshvanath terletak pada bagian dalam dari kuil. Patung ini terbuat dari batu hitam yang mempunyai beberapa kepala dalam bentuk ular.

Dari tadi kok menyebut ‘Jain, Jain’, emang apa artinya sih? Ane akan jelaskan gan. Jain itu kepanjangannya Jainisme dan merupakan sebuah agama dharma yang dibangun oleh Nataputta Vardharmana pada masa hidupnya (559-527 SM). Kisah hidup Nataputta Vardharmana sendiri mirip dengan Buddha. Dia lahir sebagai seorang pangeran yang meninggalkan istana dan rumah tangganya untuk kemudian menjadi pertapa muda pada usia 30 tahun. Ia bertapa selama 12 tahun, melakukan berbagai asketisme yang ekstrim sebelum mencapai pencerahan sempurna.

Karena itulah Nataputta Vardharmana  mendapat panggilan Mahavira yang berarti pahlawan besar. Tujuan dibangunnya agama ini adalah untuk menaklukan kodrat-kodrat syahwati di dalam tata hidup manusiawi. Sekilas dilihat dari Jain Temples, Jainisme ini memang mirip dengan Buddhisme gan, tetapi sebenarnya tidak sama. Dalam kisah sejarah yang ada, dikisahkan Buddha Gautama dan Mahavira itu hidup sezaman gan. Menurut Kanon Pali, Buddha mengetahui keberadaan Mahavira (Nigantha Nataputta) dan murid-muridnya.  

Penyebaran Jainisme saat ini yang hanya terpusat di India barat.
sumber: http://people.uwec.edu/

Tujuan dari praktik spiritual Agama Jaina adalah pembebasan dari roda samsara, yg disebut nirvana atau moksha. Ini dapat dicapai dengan Ratnatraya (Tiga Permata):
- keyakinan benar (samyak-darshana),
- pengetahuan benar (samyak-jnana),
- perilaku benar (samyak-charitra).

Perilaku benar terwujud dalam lima sumpah utama:
1. Tanpa kekerasan (Ahimsa) - tidak melukai makhluk hidup apa pun;
2. Kebenaran (Satya) - berbicara dengan benar;
3. Tidak mencuri (Asteya) - tidak mengambil apa pun yg tidak diberikan;
4. Selibat (Brahmacharya) - tidak mengumbar kenikmatan;
5. Tidak memiliki/tidak melekat (Aparigraha) - melepaskan diri dari orang, tempat dan benda2 material.

Vegetarianisme dipraktikkan secara ketat oleh para rahib maupun awam Jaina, tetapi tidak ketat di kalangan bhikkhu dan awam Theravada. (Vegetarianisme dipraktikkan secara ketat di kalangan bhiksu2 Mahayana.) Mahavira tidak mengajarkan pemujaan Tuhan Pencipta atau dewa-dewi.

Perbandingan ajaran Buddhisme dan ajaran Jainisme:

Buddhis: Pancasila
Jaina: Lima sumpah utama [lihat di atas]

Buddhis: Triratna (Buddha, Dharma, Sangha)
Jaina: Ratnatraya [lihat di atas]

Meditasi Buddhis: samatha & vipassana
Meditasi Jaina: Samayika

Buddhis: 16 tahap pencerahan (vipassana-nyana)
Jaina: 14 tahap latihan (gunasthana)

Buddhis: Arahat, Nirvana, Buddha
Jaina: Arahat, Nirvana, Keval/Siddha

sumber: catatan FB Hudoyo Hupudio

Agama Jaina ini muncul lebih dahulu ada daripada Agama Budha gan, namun meskipun begitu pengikut Agama Budha lebih banyak. Pengikut Agama Jaina ada lebih dari 8 juta jiwa dan hanya tersebar di India. Bisa dikatakan, Agama Jaina dengan Agama Budha itu kayak saingan gitu gan. Secara sosial, biasanya para penganut Jainisme termasuk golongan menengah ke atas. Agama Jaina itu mewariskan bangunan-bangunan kuil yang amat terkenal keindahan arsitekturnya di India dan senantiasa dikunjungi wisatawan. Kitab suci agama Jaina sendiri adalah Siddhanta. Kitab ini terdiri atas beberapa himpunan. Himpunan pertama terdiri atas dua belas buah Angas atau bab, namun Angas keduabelas telah lenyap, tidak dijumpai sampai sekarang.
Simbol Jainisme dengan keterangannya.
sumber: http://images2.wikia.nocookie.net/

Prinsip hidup ajaran Jainisme
sumber: http://image.slidesharecdn.com/

Bagaimanapun, salah satu aliran kepercayaan baru yang ane temui di India ini telah membuka mata ane gan bahwa dunia ini sungguh beragam, dan hal itu membuat ane lebih mencintai traveling. Rasa ingin tahu ane terjawab oleh sebuah tawaran dari brahmana muda untuk memberikan penjelasan gratis tentang temple. Awalnya ane nggak mood gan, karena ane takut kena scam dimana akhir-akhirnya disuruh bayar. Tapi karena teman ane sudah mengiyakan, ane pun menyetujui. Penjelasan brahmana muda ini membuat ane sedikit mengerti tentang arti ukiran-ukiran yang ada di dalam temple gan sampai ane merasa bersalah karena sudah mikir negatif. Dia juga beberapa kali menfotokan kami bertiga sampai tiba-tiba di penghujung jalan dia minta uang rupiah.

“Ha, buat apa?” tanya ane dengan mood negatif yang kembali naik.

“For collection. See, I have a lot of money from another country. I Like to collect money from another country.”

Ane yang tiba-tiba bete langsung aja ngasi dia 2000 dan 5000 rupiah, tapi dia merasa itu nominal yang kecil dan meminta lagi.

“I see 50.000, 100.000, can I have that?”

Aje gile, ternyata dia sempat nglirik dompet ane gan. Ane mulai tambah sebel aja. Temen ane malah maksa ane ngasi uang 50.000 itu aja. ‘La kok enakmen??’ batinku. Ane pun segera melayangkan sejuta alasan ke brahmana muda itu bahwa ane akan membutuhkan uang itu saat sudah kembali ke Indonesia. Tapi dia tetap memaksa dan memaksa tapi ane tetap bilang NO gan. Karena sebel, akhirnya ane ngasi dia 10.000 lagi. Sumpah sebel banget gan L. Ini kolektor atau lintah darat sih??

Akhirnya masih dengan perasaan sebal, kami pun keluar dari Jain Temple ini dan kembali menjelajah Jaisalmer Fort yang berlorong-lorong. Tujuan kami selanjutnya adalah menemukan toko oleh-oleh dengan harga terjangkau gan. Di sepanjang jalan kami terus diganggu oleh penjual-penjual pakaian yang terus merayu dan mengejar kami untuk mampir ke toko mereka. Katanya nggak beli gpp, disuruh mampir aja. Otak ane benar-benar panas gan menghadapi itu semua. Penjual di Indonesia benar-benar nggak ada apa-apanya dibanding India karena disini benar-benar ngejar banget gan. Akhirnya kami menemukan toko oleh-oleh dan ane membeli patung ukiran gajah serta unta seharga @350 Rs.
Toko oleh-oleh di dalam Jaisalmer Fort, recommended gan!
sumber: dokumentasi Pix San

Setelah puas membeli oleh-oleh dan mengelilingi Benteng Jaisalmer, akhirnya kami pun melangkahkan kaki menuju Danau Gadhisar. Danau Gadhisar ini merupakan salah satu sumber air utama untuk masyarakat Jaisalmer gan. Menurut cerita dari beberapa warga, danau ini nggak pernah kering meskipun musim panas sekalipun. Di danau ini banyak banget lele jumbonya gan wkwkwk. Kayaknya emang selain dimanfaatkan untuk sumber air, juga untuk ternak lele gan. Saat itu beberapa wisatawan terlihat memberi makan lele. Sebenarnya bisa juga gan, naik perahu kecil untuk keliling danau dengan tarif 50 Rs/orang, tapi saat itu lagi nggak ada yang jaga sehingga ane cuma duduk-duduk di pinggir danau aja.
Jalan menuju Danau Gadhisar
sumber: dokumentasi Pix San

Danau Gadhisar yang konon katanya tidak pernah kering.
sumber: dokumentasi Pix San

Di  Danau Gadhisar banyak lele jumbonya gan, beberapa pengunjung memberi makan potongan roti.
sumber: dokumentasi Pix San

Selesai menikmati Danau Gadhisar, akhirnya inilah akhir petualangan kami menjelajah Jaisalmer. Kami pun segera naik auto rickshaw untuk kembali ke Ganesh Travel&Guesthouse. Karena hari sebelumnya kami menggunakan jasa unta safari mereka, kami pun diijinkan untuk mandi gratis gan. Sembari menunggu antrian mandi, kami pun langsung ke restoran roof top yang ada di lantai atas untuk memesan makan siang dan menikmati pemandangan Kota Jaisalmer untuk terakhir kali. Ganesh Travel&Guesthouse ini dimiliki oleh seorang Nepal yang pintar banget masak gan, masakannya super lezat dimana rempah-rempah ala India-nya diberikan dalam porsi yang pas sehingga tidak terlalu terasa. Saat itu ane pesan nasi goreng 1,5 porsi, masih tambah spageti, alhasil kekenyangan hahaha dasar kamaruk.
Ini dia makan ane sebelum melanjutkan perjalanan ke Delhi hahahaha.
sumber: dokumentasi Pix San

Menurut ane, Kota Jaisalmer ini salah satu pengalaman travelling yang paling tak terlupakan buat ane gan. Pukul 3 sore, akhirnya kami sudah berada di rickshaw yang mengantarkan kami kembali ke Stasiun Jaisalmer, bersiap untuk menjelajah kota selanjutnya, AGRA!

PART selanjutnya : Disini

0 comments:

Posting Komentar