8.14.2015

[1] MALAKA TRIP: Dari Dutch Square sampai A Famosa, jalan terus!

Menempuh perjalanan selama 30 menit dengan bus SBS, ane pun sampai di Terminal Larkin di Johor Bahru. Pemandangannya cukup kontras juga ya setelah 3 hari di Singapura. Terminal Larkin ini mirip dengan Indonesia, banyak warung-warung kelontong dan loket-loket yang menjual tiket bus. Saat itu langsung aja ane beli snack, air rasa sama burger 3RM gan. Seneng banget rasanya bisa nemu makanan-makanan murah lagi setelah di Singapore nggak berani beli apa-apa. Saat itu ane naik bus Maju seharga 21 RM dari Johor Bahru ke Malaka. Bus-nya nyaman banget gan. Kursinya luas dan kebetulan saat itu bus hanya berisi sedikit penumpang sehingga perjalanan selama 4 jam ke Malaka menjadi tidak terlalu berasa lama.

Loket penjual tiket bus di Terminal Larkin, Johor Bahru

Interior Bus Maju yang membawa ane 4 jam perjalanan ke Malaka

Sampai di Terminal Malaka, dan lagi-lagi jajan minuman berasa, ane pun segera naik bus Panorama Melaka nomor 17 dari samping terminal dengan tarif 2RM untuk sampai di kawasan wisata utama di Malaka yaitu Christ Church atau orang-orang biasa menyebutnya Dutch Square. Naik bus Panorama Melaka nomor 17 ini adalah alternatif termurah untuk menuju kawasan Christ Church Malacca, dimana jika naik taksi akan dikenakan tarif sekitar 20 RM.
Tempat naik Bus Kota 17 untuk ke Dutch Square

Menurut ane Malaka itu sejenis kota tua yang mempunyai nilai sejarah tinggi gan. Sepanjang perjalanan dengan bus ane banyak melihat gedung-gedung tua peninggalan Portugis, Belanda maupun Kesultanan Melaka yang masih berdiri dengan anggunnya. Pada zaman kependudukan Bangsa Eropa, Malaka merupakan salah satu kota yang cukup penting gan untuk pangkalan maupun lalu lintas perdagangan karena lokasinya yang strategis terletak antara 2 benua dan 2 samudra. Akhirnya ane pun turun di Christ Church dan memulai petualangan menjelajah kawasan ini. Saat itu suasana cukup ramai gan. Kawasan ini memang banyak digunakan oleh wisatawan untuk bersantai karena suasana yang cozy dan banyak pepohonan sehingga suasana sejuk.
Suasana sekitar Dutch Square yang terkenal itu gan...

Saat itu bangunan yang pertama kali ane kenali adalah Christ Church Malacca gan karena sering lihat di internet. Senang banget rasanya bisa melihatnya secara langsung sekarang. Gereja yang dibangun antara tahun 1741-1753 ini merupakan gereja protestan tertua gan di Malaysia. Gereja ini dibangun menggantikan gereja Portugis yang dihancurkan. Biasa kan gan, Belanda ama Portugis emang daridulu kerjanya rebutan tempat jajahan melulu. Bahkan, saking seriusnya Belanda ingin memiliki Malaka, mereka sampai mendatangkan batubata untuk pembangunan gereja dari Zeeland (Belanda) langsung gan. Pada bagian lantai gereja akan ditemukan kuburan batu orang Belanda. Pada bagian altar akan terlihat barang-barang sakramen dari perak. Buka hari Senin sd Sabtu pukul 8.30 am – 5 pm. FREE. Dilarang memotret di dalam ruangan. Tapi saat itu ane nggak masuk gan.

Disamping Christ Church, ane melihat juga Galeri Seni Lukis Melaka yang dibangun pada 1951 oleh Belanda. Struktur bangunannya sendiri mirip dengan Christ Church. Selain itu terdapat juga Stadhuys. Bangunan yang merupakan tiruan Stadthuys (town hall) dari Kota Hoorn yang ada sejak tahun 1420-1796. Bangunan ini selesai dibangun tahun 1660. Sekarang digunakan sebagai Museum Sejarah dan Etnografi. Merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda paling tuaFee: 5 RM.
Air Mancur Queen Victoria

Menara Jam Tang Beng Swee

Selain bangunan peninggalan Belanda, disepanjang Dutch Square ini juga terdapat landmark peninggalan pemerintah Inggris juga gan seperti Air Mancur Queen Victoria yang dibangun pada 1904.  Selain itu terdapat juga Menara Jam Tang Beng Swee yang dibangun tahun 1886. Jadi bisa dikatakan di Dutch Square ini kita bisa melihat sejarah Malaka dalam lingkup kecil gan dari peninggalan-peninggalan bangunannya. Bangunan peninggalan Belanda dan Inggris sendiri mempunyai perbedaan yang cukup jelas gan dari warna serta struktur bangunannya. Di sepanjang Dutch Square ini juga banyak dijumpai pedagang-pedagang souvenir gan dengan harga yang cukup terjangkau. Tapi hati-hati saja karena disini kawasan turistik, udah pasti harganya dinaikkan berkali-kali lipat, harus pintar menawar aja gan.
Penjual souvenir di Dutch Square

Selesai menjelajah Dutch Square, ane menyeberang untuk melihat benteng yang ada di pinggir Sungai Melaka. Untuk masuk ke benteng ini gratis dan diatas terdapat beberapa meriam yang berjajar rapi menghadap ke segala arah. Hmmm, ane bisa bayangkan bagaimana perjuangan bangsa Eropa untuk saling memperebutkan Kota Malaka ini. Selesai menikmati benteng ini, ane pun memutuskan akan ke  A Famosa dan menikmati Sungai Melaka nanti malam.
Benteng di depan Dutch Square

Meriam yang siap mengarah ke segala arah

Dalam perjalanan ke A Famosa, langkah ane sempat terhenti di sebuah museum sederhana namanya Muzium Seni Bina Malaysia gan atau istilah gampangnya Museum Arsitektur Malaysia. Ane tertarik masuk museum ini karena ada kata-kata gratis/free entry di depannya hahaha. Penjaganya seorang ibu-ibu yang cukup ramah. Musium ini sendiri dibangun oleh Belanda pada 1700 selama masa pendudukan mereka di Malaka. Musium ini dibuka untuk umum pada 2004.
 Sejarah Arsitektur Malaysia

 Sejarah Arsitektur Malaysia (2)

Diorama yang menampilkan proses pembangunan rumah di Malaysia

Berbagai peralatan tradisional

Muzium Seni Bina Malaysia ini terdiri dari dua bagian gan, yaitu lantai bawah dan lantai atas. Lantai bawah berisi pengenalan tentang seni bina, sejarah perkembangan arsitektur Malaysia serta arsitektur dan kepercayaan. Sementara lantai atas berisi tipologi, ukir-ukiran dan motif, peralatan dan teknologi serta material.

Disamping Muzium Seni Bina Malaysia sebenarnya ada Museum Islam Malaka yang bisa dikunjungi dengan gratis juga, tapi sayang lagi tutup. Musium ini merupakan bekas pondokan Dewan Islam Malaka sebelum pondokan tersebut dipindahkan ke lokasinya sekarang disamping Masjid Malaka. Musium ini sendiri memamerkan seni Islam tradisional dari hasil keahlian masyarakat lokal maupun internasional. Terdapat 8 area pameran utama yang disusun secara kronologis terkait masuknya Islam ke Malaka dan penyebarannya sesudahnya ke seluruh Malaysia. Musium ini buka dari jam 9.00 am sampai 5 pm.
Musium Islam Malaka

Selesai memutari seluruh bagian museum, ane melanjutkan perjalanan ke A-Famosa. Dari Dutch Square ke A Famosa ini sendiri dapat ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 500 meter. Tapi di jalan lagi-lagi langkah ane terhenti di sebuah Taman Permainan Kanak-Kanak dengan beberapa spot foto yang menarik gan seperti kereta api dan pesawat terbang. Sebelum belokan ke A Famosa terdapat satu bangunan yang menarik di sebelah kiri jalan yaitu Bastion House/Musium Dunia Melayu Dunia Islam.

Taman bermain anak-anak

Akhirnya sampai juga di A Famosa gan. Saat itu suasana cukup ramai dan banyak penjual kaki lima disana-sini. A Famosa sendiri adalah benteng yang dibangun saat pendudukan Portugis gan, terletak di kaki  Bukit St Paul, jadi bisa ditebak jalannya kesini naik. Bangunan ini hancur saat peperangan, tapi masih dapat dilihat bentuk pintu masuknya. Saat itu ane masuk lewat Pintu Gerbang Santiago yang merupakan salah satu dari empat pintu masuk ke A Famosa. Mulai dibangun pada 1512 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque yang menduduki Malaka sejak 1511. Alasan Alfonso de Albuquerque sendiri membangun benteng ini adalah karena dia dan tentara Portugis sering diserang gan oleh pemberontakan lokal Sultan Mahmud dan kemudian oleh Aceh dan Johor selama lebih dari seabad.
Pintu Gerbang Santiago

Pemandangan Kota Malaka dari Bukit St Paul

Selesai membangun A Famosa, ternyata Portugis juga menggunakan buruh paksa gan untuk membangun kota selebar 3 meter mengelilingi Bukit Malaka dengan menggunakan sisa reruntuhan istana, masjid dan makam-makam. Selain itu menara pengawas setinggi 40 meter pun ikut didirikan di penjuru tembok barat Kota Pertahanan Malaka.
Saat Belanda mengambil alih Pemerintahan Portugis di Malaka pada 1641, mereka memperbaiki dan menambah luas Kota Pertahanan Malaka yang telah susah-susah dibangun oleh Portugis dan meletakkan lambang VOC disitu. Perbaikan sendiri dimulai tahun 1670.
Ini dia gan bagian dalam Pintu Gerbang Santiago

Karena harus kembali ke negaranya, Belanda sempat menitipkan Malaka ke Inggris. Tahun 1795, saat Inggris menguasai Malaka, mereka hampir saja memusnakan A Famosa gan karena kuatir benteng ini akan disalahgunakan oleh Belanda saat Melaka akan diserahkan ke Belanda lagi. Disalahgunakan disini maksudnya benteng ini akan digunakan untuk menghimpun kekuatan lagi. Pada tahun 1807, William Farquhar, Residen Inggris di Melaka benar-benar menghancurkan kota ini dengan ubat bedil. Ulah itu langsung dihadang oleh Sir Stamford Raffles dan Lord Minto yang meminta supaya kota ini tidak dimusnahkan, tapi bagaimanapun juga sampai sekarang hanya tersisa Pintu Gerbang Santiago saja.
Nisan anak Belanda di bagian dalam Pintu Gerbang Santiago

Ane pun melanjutkan perjalanan ke atas untuk melihat sisa benteng peninggalan Portugis ini dengan lebih detail. Pada bagian dalam Pintu gerbang sendiri hanya tersisa sebuah bangunan usang sisa kejayaan pada masa lalu gan. Pada bagian dalam bangunan ane sempat jumpai batu nisan anak Belanda gan. Pemandangan dari atas sini sangat indah karena kita bisa melihat Kota Malaka serta Selat Malaka dari atas. Kurasa itulah alasannya kenapa Portugis membangun benteng ini di Bukit St.Paul, supaya mereka bisa mengawasi segalanya dari atas gan. Sejarah kependudukan Malaka di tangan Portugis, Belanda, Inggris dapat dipahami dengan jelas dari beberapa papan yang mengisahkan sejarah tempat ini dengan cukup detail.

Pemandangan Kota Malaka dari Bukit St.Paul

Pada bagian paling atas, terdapat gereja dan Patung Stamford Raffles yang menandakan Inggris sempat menguasai Malaka sejenak. Patung Raffles ini dibangun menggunakan batu putih, kontras dengan bebatuan usang di sekitarnya.
Sir Stamford Raffles

Selesai menjelajah Pintu Gerbang Santiago sampai bagian atas, kaki ane kembali merasa sangat lelah gan dan akhirnya memutuskan duduk-duduk di kursi taman Bukit St.Paul. Saat itu ane kembali merasa benar-benar kesepian lagi gan. Ane benar-benar butuh travelmate, terutama setelah melihat kebanyakan yang datang kesitu berkeluarga atau bersama teman-temannya gan, terus cekikikan, foto bareng, hehehe. Menurut ane, pemerintah Malaysia sangat bagus dalam merawat peninggalan sejarah ini gan. Hal tersebut dibuktikan dengan pemberian informasi dalam bentuk papan untuk setiap spot sehingga kita bisa benar-benar mengerti sejarahnya dengan baik.

Di sekitar A Famosa sendiri sebenarnya masih terdapat beberapa tempat wisata yang lain gan seperti Memorial Pengistirahatan Kemerdekaan. Memorial berbentuk bangunan ini pada awalnya merupakan Malacca Club yang dibangun pada 1911, dimana arsitekturnya menunjukkan khas lokal dan Inggris. Bangunan ini dipilih sebagai memorial karena lokasinya yang berada di depan Padang Banda Hilir Malaka, tempat YTM Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj pada 20 Februari 1956 mengumandangkan kemerdekaan Malaysia sekembalinya Rombongan Merdeka dari London. Selain itu di depan Memorial Pengistirahatan Kemerdekaan ini, kita bisa menjumpai spot foto lainnya seperti replika kapal layar gan.
Memorial Pengistirahatan Kemerdekaan

Kapal Layar

Setelah  beristirahat sejenak dan mempelajari peta Malaka yang ane bawa dari rumah, ane memutuskan akan menuju Dataran Pahlawan. Setelah menanyakan tempatnya kepada 2 orang mas-mas yang sedang bersantai di pinggir jalan, ane pun sampai di Dataran Pahlawan dengan jalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter. Menurut ane tidak ada yang spesial dari Dataran Pahlawan, hanya sebuah lapangan luas yang dikelilingi oleh tempat-tempat perbelanjaan. Di sekitar Dataran Pahlawan ini banyak dijumpai warung-warung kaki lima gan. Karena kaki kembali merasa sangat kelelahan, ane memutuskan mampir di KFC dulu di Mahkota Parade, walau sebenarnya perut tidak terlalu lapar. Ane harus menimbun energi, bersiap jalan kaki kembali untuk petualangan selanjutnya malam ini, Sungai Malaka!
Suasana sekitar Dataran Pahlawan

Bersambung ke Part 2 disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar