8.25.2015

[2] FILIPINA TRIP: Kota Manila yang amazing sampai kena SCAM dokar 40 USD!

Tengah hari, sekitar jam 12 siang akhirnya ane bangun dan siap untuk menjelajah Kota Manila. Kota Manila ternyata seperti ibukota negara kebanyakan yaitu kota yang cukup semrawut dengan penduduk yang cukup banyak, agak kumuh, dan pedagang kaki lima ada dimana-mana. 

Pemandangan Kota Manila dari berbagai sudut kota.

Setelah mandi, gue pun segera melangkahkan kaki keluar penginapan dan landmark pertama yang ane lihat adalah patung Marcelo H. Del Pilar gan, seorang revolusioner kemerdekaan Filipina yang hidup dari 1850-1896. Menurut keterangan di bawah patung, pada zaman keemasannya dulu, dia adalah seorang penulis dan jurnalis yang brilian gan yang sangat menentang Kolonialisme Spanyol di Filipina. Di Filipina ini memang pahlawan revolusioner dihormati banget gan, sepanjang jalan Manila ane banyak banget menjumpai patung-patung pahlawan dengan keterangan riwayat hidupnya di bawah. Hal ini mirip dengan Thailand, dimana mereka sangat menghormati rajanya sehingga banyak dijumpai foto-foto Raja Thailand dengan bingkai besar di jalan.
Patung Marcelo H. Del Pilar di Distrik Makati.

Setelah memberikan penghormatan singkat di dalam hati untuk Marcelo H.Del Pilar, ane pun kembali melangkahkan kaki di jalanan Manila tepatnya Distrik Makati ini. Kali ini tujuan ane adalah makan siang dengan makanan lokal Filipina. Setelah membaca buku panduan jalan di Filipina karangan Sihmanto yang menerangkan bahwa makanan lokal Filipina itu enak dan murah, ane jadi pengen mencoba. Langkah kaki ane pun berhenti di sebuah warung makan nasi rames kecil. Dengan bahasa tarzan karena si empunya nggak bisa bahasa inggris, ane pun mendapatkan nasi sayur, pritilan ayam dan air minum seharga 40 peso (Rp 8000) aja gan. Murah banget, dan yang bikin ane kaget, citarasa masakan Manila itu mirip banget gan sama Indonesia. Enak dan berbumbu, ane jadi merasa nggak di luar negeri. Tapi bagi yang Muslim, harap hati-hati ya gan. Karena penduduk mayoritas Kota Manila beragama Katholik, cukup banyak yang menjual daging babi.
Manila nyetirnya di sebelah kanan gan.

Selesai makan ane segera melangkahkan kaki ke Stasiun LRT terdekat untuk memulai petualangan menjelajah Manila. Disini ane baru tau kalau orang Filipina itu nyetirnya di sebelah kanan, hmmm jadi kerasa kek di Sepanyol aja gan. Karena tujuan ane yang pertama adalah Fort Santiago, setelah melihat peta LRT sejenak ane merasa harus naik LRT dari  Stasiun Quirrino Avenue (tempat gue sekarang) ke Stasiun Carriedo. Namanya Spanish banget ya gan, ane nyebutinnya sampai gimana-gimana gitu wkwkwkwk.

Sampai di Stasiun Carriedo ane bingung gan. Ini harus ngapain ya? Aduh, ane harus ngarah kemana ya? Sumpah kagak ada petunjuk apa-apa gan. Kebingungan ane itu terjawab saat ane melihat kerumunan pasar gitu di bawah. Sepertinya menarik. Ane pun segera turun untuk melihat-lihat barang apa saja yang dijual. Ternyata 11-12 sama Sunmor gan (pasar mingguan kampus UGM). Barang yang dijual itu berupa  pakaian, sepatu, buah-buahan segar, pernak-pernik, VCD, kelapa, kapur barus, dan lain-lain. Kapur barus? Iya gan. Ada yang jual kapur barus dan itu diiderkan pakai tampah. Ane pengen beli gan sebenarnya, ane kasian gan sama yang jual kapur barus soalnya kek belum ada yang beli. Tapi ane urungkan dan membeli VCD lagu-lagu Filipina gan. Barang-barang disini murah-murah juga gan, karena memang berfungsi sebagai pasar rakyat.

Pasar rakyat murah meriah di bawah Stasiun LRT Carriedo.

Di ujung pasar, akhirnya ane menemukan salah satu landmark Kota Manila yang ane incar yaitu Gereja Quaipo. Gereja Quaipo ini nama lainnya Minor Basilica of the Black Nazarene dan Saint John the Baptistdinamakan begitu karena terdapat patung suci Black Nazarene di dalamnya. Black Nazarene ini merupakan patung Yesus Kristus memikul salib yang dipahat dari kayu berwarna coklat gelap, dipahat pada abad 17 oleh seniman Meksiko yang tidak diketahui namanya. Patung ini sendiri didatangkan via galleon dari Acapulco, Meksiko pada pertengahan abad 16.
Gereja Quiapo a.k.a Minor Basilica of the Black Nazarene.

Patung Black Nazarene di dalam Gereja Quiapo.

Patung Yesus Kristus ini sangat terkenal di Filipina dan dianggap menakjubkan oleh banyak penganut Khatolik di Filipina. Terdapat beberapa tanggal tahunan dimana patung ini dibawa ke publik untuk pemujaan yaitu Tahun Baru (hari pertama dari Novena); Jumat baik (Good Friday); dan 9 Januari (hari transfer Minor Basilica dari lokasi asalnya di Rizal Park ke lokasi sekarang). Prosesi 9 Januari ini bisanya paling besar dari dua prosesi yang lain gan.
Patung Black Nazarene dibawa ke publik untuk pemujaan.

Sejarah Gereja Quaipo ini sendiri cukup panjang gan. Gereja ini pertama kalinya dibangun oleh Misionaris Fransiskan dengan hanya menggunakan bambu dan jerami. Perjuangan Misionaris Fransiskan tersebut membangun gereja harus sia-sia karena pada 1574, Limahong dan tentaranya menghancurkan dan membakar gereja ini. Bertahun-tahun melihat rumah Tuhan hanya teronggok rusak, pada 1588 seorang biarawan Fransiskan, Fr. Antonio de Nombella mendirikan kembali gereja ini dengan nama Parish of St. John the Baptist, prekursor Yesus Kristus yang memanggil setiap orang untuk bertobat sebelum menerima Yesus. Tapi lagi-lagi, gereja ini kembali dibakar pada 1603 sehingga paroki sementara diserahkan ke Jesuit sampai keadaan stabil kembali. Gubernur Jenderal Santiago de Vera memprakarsai pembangunan kembali gereja ini secara penuh pada 1686.

Pada 1762, Inggris berusaha menghancurkan gereja ini. Kehancuran sekali lagi harus terjadi akibat gempa bumi pada 1863. Pada 1879, Pendeta Eusebio de Leon memulai rekonstruksi pembangunan gereja kembali dan diselesaikannya dengan bantuan Pendeta Manuel Roxas pada 1889 menggunakan sumbangan dari berbagai pihak. Pada 1928, Gereja ini kembali hancur karena kebakaran yang menghancurkan langit-langit kayu dan sakristi di belakang altar utama.
Kenampakan bagian dalam Gereja Quiapo.

Kehancuran terus menerus baik karena sebab manusia maupun alam tersebut tidak menyurutkan niat Fr. Magdaleno Castillo untuk memulai rekonstruksi pembangunan gereja kembali dari awal. Rekonstruksinya adalah berdasar rencana konstruksi yang disiapkan oleh Arsitek Juan Nakpil pada 1933. Dia menambahkan kubah dan menara lonceng di kedua sisi gereja. Arsitek Jose Maria Zaragoza memperbesar gereja dan membangun desain dinding lateral pada 1984. Perjuangan tersebut tidak sia-sia karena pada 1988 gereja ini dianugerahi gelar Basilika dari Nuestro Padre Yesus, Nazareno.

Saat itu di Gereja Quaipo lagi ada misa gan, dan ane dengan gejenya masuk dan mengikuti misa sejenak meski nggak ngerti sama sekali karena menggunakan Bahasa Tagalog. Pas itu banyak banget gan warga sekitar yang ikut misa sampai gedung bagian dalamnya nggak cukup sehingga beberapa mengikuti misa di luar gedung. Ane merasa sangat kusyuk gan saat misa disini, dan ane merasa warga Manila itu religius banget gan. Setelah berdoa sejenak, ane pun meninggalkan gereja ini untuk melanjutkan petualangan menemukan Fort Santiago.
Waktu ane datang lagi ada misa gan, ini kenampakan bagian samping Gereja Quiapo dari Plaza Miranda.

Oya, pelataran di depan Gereja Quaipo seluas 5358 m2 itu disebut Plaza Miranda gan. Hal itu dijelaskan dari tugu-tugu kecil yang berdiri di sekeliling gereja. Plaza Miranda merupakan lapangan umum yang dikelilingi oleh Gereja Quaipo di sebelah utara, Quezon Boulevard di sebelah timur, Hidalgo Street di sebelah selatan dan Evangelista Street di sebelah barat. Plaza Miranda ini dilantik dan dibuka oleh Mayor Arsenio Lacson pada 1961. Nama 'Miranda' didapat dari Jose Sandino y Miranda, yang menjabat sebagai sekretaris bendahara Filipina pada 1833 dan 1854.
Plaza Miranda.

Plaza Miranda ini dilapisi oleh ubin dari granit dan dikelilingi oleh arsitektur Neo-Gotik detail yang terinspirasi oleh arsitektur Gereja Quaipo. Arsitektur ini tercermin di bagian barat  dan selatan plaza, dimana terdapat dua gerbang besar yang dipisahkan oleh beberapa gerbang kecil berbentuk busur membentuk tiang tertutup. Selain Gereja Quaipo, di Plaza Miranda ini juga terdapat beberapa landmark lain seperti F&C Tower (sebelumnya Gedung Picache yang sebelumnya merupakan markas Bank Tabungan Filipina dan Teater Times yang merupakan salah satu bioskop tertua di Manila.

Setelah foto-foto sejenak, ane segera melangkahkan kaki di riwetnya lalu lintas Manila. Perjalanan ane yang tanpa arah dan tujuan ini menghantarkan ane ke kawasan kumuh di sepanjang Sungai Pasig gan. Ane sendiri nggak tau, setelah berjalan melewati pasar kok tiba-tiba bisa berada di bawah jembatan ya? Ane pun langsung berhenti dan tanya sejenak ke mbak-mbak yang jaga warung kecil. Ane menanyakan jalan ke Rizal Park, dan untungnya mbaknya bisa bahasa Inggris. Ane disuruh naik lewat jembatan di depan dan naik jeepney ke arah Kalaw.

“Kalaw hatiku mendua…ku tak tau harus gimana.”


Hilang arah lagi gan, hanya melihat Sungai Pasig dengan latar belakang gedung-gedung khas ibukota.

Sampai di atas ane kembali bingung gan. Pemandangan di depan ane berupa sebuah sungai luas (Sungai Pasig) dengan latar belakang gedung-gedung tinggi khas ibukota. Ane harus kemana lagi? Walaupun kebingungan, ane kembali melangkahkan kaki dan berharap menemukan seseorang yang bisa ditanyai. Beberapa saat berjalan, akhirnya ane ketemu seorang bapak-bapak yang lagi makan. Bapak tersebut mengatakan ane harus naik jeepney ke Baclaran untuk bisa mencapai Rizal Park. Dengan petunjuk singkatnya, ane pun segera naik jeepney dan berusaha duduk sedekat mungkin dengan supir untuk memberinya petunjuk suruh menurunkan ane di Rizal Park.
Jeepney khas Filipina.
Sewaktu di dalam Jeepney itu, ane belajar salah satu budaya orang Filipin gan yaitu oper-operan untuk bayar ongkos. Biasanya kalau mau bayar, mereka akan omong ‘bayad’, kemudian menyerahkan uang logam ke penumpang di sampingnya. Nanti penumpang yang nerima uang tadi akan mengoperkannya lagi ke penumpang di sampingnya sampai uang itu diterima Pak Sopir di depan. Ane yang lagi-lagi sok-sokan pun ikut-ikutan ngomong ‘bayad’ n ngoperin duit hehehe. Ongkos sekali naik jeepney ini 8 peso gan. Sekitar 10 menit berkendara, ane sampai juga di Rizal Park gan. Rizal Park ini lokasinya ada di Roxas Boulevard, Ermita, Manila. Ane masuk melalui Kalaw St.
Rizal Park.

Rizal Park yang dalam Bahasa Tagalog disebut Liwasang Rizal, merupakan salah satu taman bersejarah di Filipina gan. Sejak Era Kolonialisme Spanyol, taman ini telah menjadi salah satu taman kota terbesar di Asia. Masyarakat lokal biasa mengunjungi taman ini untuk bersantai pada hari Minggu ataupun libur nasional. Kenapa sebelumnya ane sebut taman bersejarah? Karena ternyata eksekusi pahlawan nasional, Jose Rizal, pada 30 Desember 1896 itu dilakukan disini gan. Eksekusi tersebut tentulah menimbulkan kemarahan yang luar biasa gan bagi masyarakat Filipina, akhirnya berhembuslah semangat Revolusi Filipina pada 1896 melawan Kerajaan Spanyol. Selain itu, deklarasi kemerdekaan Filipina dari Kependudukan Amerika juga dilakukan di taman ini gan pada 4 Juli 1946. Karena itulah taman ini dinamakan Rizal Park untuk menghormati dan menghargai Jose Rizal, salah satu pahlawan nasional mereka gan.
Central Lagoon Dancing Fountain.

Masuk pertama kali, landmark yang paling kelihatan adalah central lagoon dancing fountain yang merupakan kolam dengan air mancur berbentuk melingkar dan kursi taman di sepanjang pinggiran kolam sehingga suasananya asri banget gan. Salah satu yang bikin ane tambah kagum, saking mereka menghormati pahlawan revolusionernya, di sepanjang pinggiran kolam ada banyak patung pahlawan Filipina gan dengan riwayat hidupnya secara singkat di bagian bawah. Di pinggir kolam sebelah utara juga ada auditorium terbuka jika ada acara-acara tertentu. 
Patung pejuang kemerdekaan Filipina yang berada di sebelah utara kolam.

Boneka semacam ondel-ondel yang ane jumpai di Rizal Park.

Terus waktu itu lagi ada acara karena banyak tenda-tenda dan boneka raksasa kayak ondel-ondel gitu gan. Kalau ane baca flyer di jalan sih, lagi ada peringatan 29 tahun meninggalnya Gubernur Kota Manila gan, namanya Senator Benigno Aquino Jr. Ane udah bilang di awal kan gan, kalau mereka sangat menghormati pahlawan atau orang-orang yang pernah mempunyai jasa untuk Filipina, jadi jangan heran gan kalau peringatannya kematiannya pun dirayakan gan.

Di sepanjang sisi utara Rizal Park, juga terdapat beberapa landmark seperti Kanlungan ng Sining. Kanlungan ng Sining ini merupakan museum untuk seniman Filipina dan tempat yang dipenuhi kedamaian untuk mereka menyelesaikan karya seninya. Kanlungan ng Sining ini seperti hutan dengan pohon-pohon besar, tanaman, burung, dan serangga di sekelilingnya gan. 
Kanlungan ng Sining.

Selesai mengelilingi taman bagian depan, ane pun bingung harus ngapain lagi haha. Karena hampir semua yang ke taman itu membawa pasangan/keluarga gan. Banyak juga yang menggelar tikar di taman kemudian makan bekal yang dibawa dari rumah. Ane sadar gan, ane merasa sangat kesepian sebagai solo traveler hehe. Akhirnya supaya nggak mati gaya, ane pun naik sepur kelinci seharga 50 peso untuk mengelilingi Rizal Park yang cukup gempor juga kalau harus jalan kaki.
Sepur kelinci dengan tarif 50 peso yang siap mengantarkan ane keliling Rizal Park.

Setelah itu, ane pun berjalan lebih ke timur Rizal Park kemudian memasuki Diorama of Rizal’s Martyrdom dengan membayar 20 peso. Diorama ini berisi diorama Jose Rizal yang menggambarkan kehidupan Jose Rizal pas sampai eksekusinya gan. Di bagian luarnya, terletak di dinding granit hitam pintu masuk, terdapat pahatan berupa ucapan selamat tinggal Jose Rizal sebelum meninggal dalam Bahasa Inggris dan Spanyol berjudul “Mi Ultimo Adios”. Diorama itu menggambarkan Jose Rizal dieksekusi dengan cara ditembak sekelompok pasukan Spanyol gan. Sebelum ditembak, Jose Rizal diikat tangannya,  dan disuruh berdiri menghadap ke belakang. Mengerikan ya gan.
Ucapan selamat tinggal Jose Rizal di pahatan dinding granit hitam.

Diorama yang menggambarkan kehidupan Jose Rizal sampai eksekusinya.

Selain beberapa spot menarik diatas, ini dia gan beberapa spot menarik lainnya di Rizal Park, kurang lebih urut dari timur (Kalaw St) ke barat (Museum of the Filippino People):
Chinese Garden.

La Madre Philippine.

Rizal Monument.

Filipino-Korean Soldier Monument

Lapu-lapu monument

Musium of Filipino.

Selesai mengelilingi Monumen Lapu-lapu, ane pun bergegas jalan kaki di Kilometer Zero untuk menuju Museum of the Filippino People. Tapi saat itu ane nggak masuk kesana, karena tujuan selanjutnya adalah Fort Santiago yang konon katanya lokasinya dekat dari sini. Karena tidak mempunyai clue harus jalan kaki kearah mana, ane pun memutuskan naik dokar. Ane tanyakan tarifnya, 30 peso sampai ke Fort Santiago. Okelah ane percaya sama bapak tukang dokar ini.

Sewaktu udah di dokar, ane mulai curiga aja nih, kok jauh banget ya mau ke Fort Santiago aja?? Saat itu si Bapak Dokar terus-terusan saja ngomong kalau dia itu tour guide, gue iya-iyain aja soalnya ane nggak tau maksudnya. Kecurigaan ane semakin bertambah saat dia terus saja menjelaskan dengan cukup detail tentang tempat-tempat yang kita lewati. Sesekali dokar dihentikan oleh dia, dan ane disuruh foto. Selain itu ane juga dibelikan 1 botol minuman air putih dingin. Perasaan ane semakin nggak enak, sepertinya ane kena scam, dia nggak nganterin ke Fort Santiago, malah diputer-puterin keliling kota selama kurang lebih 45 menit.
Patung Raja Felipe, yang menjadi asal muasal nama Filipina.


Gerbang Masuk Chinatown.

Akhirnya di bawah stasiun LRT, tiba-tiba Bapak Tukang Dokar berhenti dan menyuruh ane turun. Jujur ane bingung dan nggak tau apa maksudnya. Sebelum ane turun, tiba-tiba dia menyuruh ane membayar 40 USD!!!

WHAT THE FU*K???

Ane awalnya berpikir positif, mungkin dia salah bilang 14 jadi 40, tetapi sekali lagi dia menjelaskan “FORTHY”. Gue langsung diem mak clep! 40 USD itu berarti kan kurang lebih 1600 peso! Sedangkan di awal sudah ane jelaskan duit ane cuma 3500 peso. Keringat dingin langsung bermunculan aja gan.

Gue yang nggak terima dan merasa dibohongi langsung aja menolak todongan nggak manusiawi ini. Gue pun protes-protes karena dari awal gue sama sekali nggak nyuruh si Bapak muter-muterin gue. Gue juga menyesali kenapa di sepanjang jalan nggak tanya atau protes. Dengan segera ane jawab,

“No, it’s to much. I need to eat to. I can’t live if you ask me 40 USD.”

“No, it’s 40 USD.”

Dia masih aja ngomong sambil cekikikan. Udah rasa mau gue apain aja ni Bapak. Tapi gue pun tetap bersikeras dan menyerahkan dengan paksa 14 USD (700 peso) ke Si Bapak. Dengan terpaksa dia pun menerima uang dari ane, dan ane segera kabur dari si Bapak. Rasanya kayak mau nangis aja gan. Udah uang pas-pasan, masih kena scam 700 peso. Huaaahh, rasanya pengen ada travelmate yang bisa diajak mengeluh sekarang .
Kejadian itu membuat mood ane sesorean berantakan dan nggak berniat kemana-mana lagi. Karena rasa lapar kembali menyerang, ane pun segera mencari warung makanan di bawah stasiun. Tidak lupa supaya tidak kena scam lagi, ane tanya dulu berapa harganya. Saat itu ane makan nasi dengan daging babi kecap seharga 50 peso aja gan. Sebenarnya nggak doyan babi, tapi ane nggak ngerti kalau yang ane makan babi sampai tinggal setengahnya. Karena masih shock dan galau, ane pun makan aja nggak peduli dengan semuanya.

Selesai makan, ane udah nggak punya tenaga ataupun mood untuk keliling lagi gan. Hari juga mulai menggelap. Jujur ane tidak berani berkeliling Manila di malam hari karena menurut beberapa info, tingkat kriminalitas di Filipina itu tinggi gan. Ane pun naik LRT ke Stasiun Querreno, setelah mandi tertidur nyenyak. Dalam hati ane bersumpah, besok ane nggak akan tertipu lagi!! Ane harus kuat!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar