1.10.2015

Morfologi Butir Sedimen

Tucker (1991) menyatakan bahwa aspek morfologi butir adalah bentuk (form), derajat kebolaan (sphericity) dan derajat kebundaran (roundness). Sementara itu Pettyjohn (1975) dan Boggs (1992) menekankan bahwa aspek morfologi luar suatu butir meliputi bentuk (form), kebundaran (roundness) dan tekstur permukaan.
Aspek morfologi butir:
1.      Bentuk butir (form atau shape)
Merupakan keseluruhan kenampakan partikel secara tiga dimensi yang berkaitan dengan perbandingan antara ukuran panjang sumbu panjang, menengah dan pendeknya. Cara paling sederhana untuk mendefinisikan bentuk butir dikenalkan oleh Zingg (1935) dengan cara menggunakan perbandingan b/a dan c/b untuk mengelaskan butiran. Sebenarnya pendekatan ini tepat untuk partikel sedimen yang berukuran kerakal sampai berangkal. Untuk partikel sedimen yang berukuran pasir yang bisa diamati secara tiga dimensi, pendekatan secara kualitatif (misal dengan metode visual comparison) bisa juga digunakan untuk mendefinisikan bentuk butir meskipun tingkat akurasinya rendah.
      Macam bentuk butir menurut klasifikasi Zingg (1935) ada 4 yaitu tabular (oblate), equant (equiaxial atau spherical), bladed (triaxial) dan prolate (rod-shaped).
               
Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935)

2.      Derajat kebolaan (sphericity)
      Spherecity diartikan sebagai ukuran bagaimana suatu butiran memiliki kenampakan mandekati bentuk bola. Jika mekanisme transportasi dan pengendapan berjalan dengan normal, maka semakin jauh butiran tertransportasi, maka nilai sphericitynya semakin tinggi. Nilai spherecity yang digunakan adalah berdasarkan klasifikasi Folk (1968):

3.      Derajat kebundaran (Roundness)
Roundness merupakan morfologi butir berupa ketajaman pinggir dan sudut suatu partikel sedimen klastik. Menurut Wadell (1932), roundness merupakan rata-rata aritmatik roundness masing-masing sudut butiran pada bidang pengukuran. Metode pengukuran roundness yang biasa digunakan adalah menggunakan perbandingan baik dengan tabel visual secara sketsa (Krumbein, 1941) maupun tabel visual secara foto (Powers, 1953).
           
Tabel visual roundness secara sketsa (Krumbein, 1941 dengan modifikasi)

Roundness butiran pada endapan sedimen ditentukan oleh komposisi butiran, ukuran butir, proses transportasi, dan jarak transportnya (Boggs, 1987). Butiran pasir dengan sifat fisik keras dan resisten seperti kuarsa dan zirkon akan lebih sulit membulat selama proses transport dibandingkan butiran yang kurang keras seperti feldspar. Ukuran butir yang lebih kecil lebih sukar mengalami proses pembundaran. Sementara itu mineral yang resisten dengan ukuran lebih kecil 0,05 – 0,1 mm tidak menunjukkan perubahan roundness oleh semua jenis transport sedimen (Boggs, 1987).
               
Tabel visual roundness butiran secara foto (Powers, 1953)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar