Tucker (1991)
menyatakan bahwa aspek morfologi butir adalah bentuk (form), derajat kebolaan (sphericity)
dan derajat kebundaran (roundness).
Sementara itu Pettyjohn (1975) dan Boggs (1992) menekankan bahwa aspek
morfologi luar suatu butir meliputi bentuk (form),
kebundaran (roundness) dan tekstur
permukaan.
Aspek morfologi butir:
1.
Bentuk butir (form atau shape)
Merupakan keseluruhan
kenampakan partikel secara tiga dimensi yang berkaitan dengan perbandingan
antara ukuran panjang sumbu panjang, menengah dan pendeknya. Cara paling
sederhana untuk mendefinisikan bentuk butir dikenalkan oleh Zingg (1935) dengan
cara menggunakan perbandingan b/a dan
c/b untuk mengelaskan butiran.
Sebenarnya pendekatan ini tepat untuk partikel sedimen yang berukuran kerakal
sampai berangkal. Untuk partikel sedimen yang berukuran pasir yang bisa diamati
secara tiga dimensi, pendekatan secara kualitatif (misal dengan metode visual comparison) bisa juga digunakan
untuk mendefinisikan bentuk butir meskipun tingkat akurasinya rendah.
Macam
bentuk butir menurut klasifikasi Zingg (1935) ada 4 yaitu tabular (oblate), equant (equiaxial atau spherical),
bladed (triaxial) dan prolate (rod-shaped).
Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935)
2.
Derajat kebolaan (sphericity)
Spherecity
diartikan sebagai ukuran bagaimana suatu butiran memiliki kenampakan mandekati
bentuk bola. Jika mekanisme transportasi dan
pengendapan berjalan dengan normal, maka semakin jauh butiran tertransportasi,
maka nilai sphericitynya semakin
tinggi. Nilai spherecity
yang digunakan adalah berdasarkan klasifikasi Folk (1968):
3.
Derajat kebundaran (Roundness)
Roundness merupakan morfologi butir berupa ketajaman pinggir dan
sudut suatu partikel sedimen klastik. Menurut Wadell (1932), roundness merupakan rata-rata aritmatik
roundness masing-masing sudut butiran pada bidang pengukuran.
Metode pengukuran roundness yang
biasa digunakan adalah menggunakan perbandingan baik dengan tabel visual secara
sketsa (Krumbein, 1941) maupun tabel visual secara foto (Powers, 1953).
Tabel
visual roundness secara sketsa
(Krumbein, 1941 dengan modifikasi)
Roundness butiran
pada endapan sedimen ditentukan oleh komposisi butiran, ukuran butir, proses
transportasi, dan jarak transportnya (Boggs, 1987). Butiran pasir dengan sifat
fisik keras dan resisten seperti kuarsa dan zirkon akan lebih sulit membulat
selama proses transport dibandingkan butiran yang kurang keras seperti
feldspar. Ukuran butir yang lebih kecil lebih sukar mengalami proses
pembundaran. Sementara itu mineral yang resisten dengan ukuran lebih kecil 0,05
– 0,1 mm tidak menunjukkan perubahan roundness
oleh semua jenis transport sedimen (Boggs, 1987).
Tabel
visual roundness butiran secara foto
(Powers, 1953)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar