Trip ini merupakan rangkaian trip Thailand - Kamboja - Malaysia yang kulakukan dari 23 Januari 2012 - 2 Februari 2012
23
Januari 2012
Aku
akan selalu mengingat tanggal ini. Tanggal dimana mimpiku akhirnya
terwujud..Mimpiku untuk bisa menginjakkan kaki keluar negeri. Negara pertama
itu adalah Thailand..This is my story in Thailand...
Setelah
menunggu selama hampir 10 jam di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta karena
antusiasme yang terlalu tinggi mau ke luar negeri pertama kali, akhirnya naik
juga aku dan Alfi - travelmateku - ke pesawat Air Asia yang bakal menerbangkan kami ke Bangkok. “Hhhhhhhh”,
hembusan nafas kerasku membarengi raungan pesawat yang mulai mengudara
membelah langit malam Jakarta. Di dalam pesawat aku bersyukur, bersyukur
berat akhirnya hari ini datang. Hari yang sudah kutunggu selama hampir 6
bulan terakhir. Hari dimana aku akan menginjakkan kaki pertama kalinya di luar negeri,
sesuatu yang sudah kutunggu sejak SMP!
Aku,
menunggu dengan melasnya selama 10 jam di Bandara Soekarno Hatta.
Penerbangan
Jakarta-Bangkok berlangsung selama 3 jam, dan nggak ada yang melebihi rasa
antusiasmeku saat pesawat Air Asia ini mulai merendahkan ketinggian membelah
langit malam Bangkok. Saat itu aku bisa melihat kerlap-kerlip keemasan lampu
Kota Bangkok. Sungguh senang rasanya hati ini, wajah tak hentinya
menyunggingkan senyum. Pemandangannya begitu indah dan hati ini rasanya udah
nggak sabar pengen cepat mendarat. Saat itu hanya rasa penasaran yang memenuhi
benakku, “Ya Tuhan, kayak apa ya luar
negeri? Kayak apa ya Thailand?”
Pesawat Air Asia Jakarta - Bangkok mengudara
Pemandangan
kerlap-kerlip malam Kota Bangkok dari pesawat. Sungguh indah.
Akhirnya
pesawat pun mendarat dengan mulus di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok. Saat itu
kami cukup bingung. ‘Trus, apa yang harus kami lakukan? What’s next?’ Hahaha.
Maklum, wong ndeso yang baru pertama kali ke luar negeri.
Saat itu
ada papan penunjuk transfer bus ke berbagai kota di Thailand, kontrol
kesehatan, imigrasi, klaim bagasi, transfer dan visa on arrival. Karena setau kami kalau ke luar negeri itu harus
bawa paspor dan nanti paspornya di cap, maka kami pun menuju ke imigrasi.
Wealah, mau diapain di imigrasi nanti? Kami pasrah aja dan membawa paspor
kosong kami dengan rasa sok tau.
Banyak
petunjuk eh (papan dengan tulisan warna biru). Dua orang desa dari Solo ini pun
bingung.
Setelah menemukan imigrasi, kami pun segera
mengantri untuk mendapatkan cap masuk Thailand di paspor. Disini karena kendesoanku, aku membuat
kesalahan besar, karena berdiri persis di belakang Alfi yang paspornya
sedang di cap. Ternyata karena aku masih ndeso, aku masih nggak tau kalau garis merah (kurang lebih 3 meter di belakangku) itu batas buat antrian selanjutnya. Jadilah, ibu
imigrasinya bilang “Please step backward behind the line” ke aku,
Jiaaahhh......Malu banget sama antrian di belakangku wkwk. Bwahahaha....Maaf ibuukk,
namanya juga wong ndeso yang baru pertama kali ke luar negeri, hihihi. Ternyata
di imigrasi itu biasa aja. Kita Cuma ditanyain ada keperluan apa di Thailand,
menyocokkan wajah dengan foto di paspor, cap masuk, habis itu capcus deh kami
diperbolehkan masuk dengan gratis selama 30 hari di Thailand.
Imigrasi Thailand. Awalnya aku berdiri tepat di belakang Alfi dimana
hal itu jelas dilarang. Hahaha....
Saat itu kami memang sudah booking penginapan bernama The Green House yang berlokasi di
Khaosan Road. Konon, katanya Khaosan Road itu memang kawasan backpacker di
Bangkok. Jadilah di sepanjang jalan kurang lebih 500 meter ini, kita bisa
menemukan backpacker dari berbagai negara yang mengunjungi Thailand. Kami
semakin tak sabar. Karena tidak ada transportasi umum yang murah dari bandara
ke pusat kota, kami pun sharing taksi dengan seorang ibu dari Jakarta yang kami
kenal di bandara Soekarno Hatta.
Saat perjalanan dari bandara ke pusat kota
Bangkok itulah aku bisa benar-benar melihat luar negeri secara langsung.
Ternyata begini, seperti ini. Salah satu hal yang unik adalah, di sepanjang
jalan kami banyak menjumpai foto-foto raksasa Raja Thailand. Dengan menganut
sistem pemerintahan monarki konstutisional, mereka memang sangat mengagungkan
dan menyayangi rajanya. Aku belajar budaya baru itu untuk pertama kalinya
disini. Kalau di negaraku, kebanyakan foto calon legislatif di jalan hahaha.
Setengah jam kemudian, sampailah kami di
Khaosan Road dan inilah perjuangan sebenarnya karena kami harus mencari The Green
House dari sekian banyak penginapan. Tapi hal itu justru membuat kami tambah
bersemangat. Ternyata Khaosan Road meski sudah malam masih sangat ramai dan
penuh dengan bule. Di sepanjang jalan banyak dijumpai penginapan, restoran,
travel agen, 7eleven (supermarket internasional favorit backpacker), pedagang
kaki lima, pedagang baju maupun layanan pijat. Pokoknya suasananya sangat
hidup, santai dan backpacker abis. Aku benar-benar menikmati hari pertama di
Bangkok ini.
Suasana malam Khaosan Road, kawasan backpacker paling terkenal di Bangkok. Cozy banget gan..
Setelah
memutari Khaosan Road sampai ujung, kami tak jua menemukan penginapan kami.
Mulai curiga, jangan-jangan penginapan abal-abal aja nih, mana udah kami
booking. Bertanya kepada beberapa orang, ternyata penginapan kami itu tidak di
Khaosan Road, tapi di seberang jalan Khaosan. Suasananya tidak kalah cozy,
tetap ramai dan musik berdentam-dentam dengan kerasnya dari beberapa cafe yang
berjajar. Kami pun segera masuk untuk mandi dan merebahkan badan.
Meskipun
saat itu badan terasa sangat capek, tetapi suara musik yang berdentam-dentam di
bawah seakan memanggil-manggil kami untuk bangkit dan jalan-jalan lagi. ‘We are in Thailand man, masak mau diisi
dengan tidur aja?’ hehehe. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah 7eleven
yang berada tidak jauh dari penginapan. 7eleven merupakan supermarket
internasional yang berbasis di Amerika Serikat, dan barang-barang yang dijual
memang kebanyakan kebutuhan backpacker gan. Harganya relatif lebih murah
daripada beli di luar. Disini gue beli sisir dan air minum 1,5 L. Pergi
jauh-jauh selalu lupa bawa sisir, klasik. Hahaha.
Kami pun
melanjutkan petualangan lagi, saat itu dengan begitu banyaknya pedagang makanan
khas Thailand di pinggir jalan, aku jadi penasaran bagaimana rasanya. Hal ini
sempat memicu perdebatan dengan travelmate, karena dia tidak mau coba, tapi gue
paksa dan paksa, akhirnya mau juga. Saat itu kami pesan toum yam soup udang.
Toum Yam Soup Udang...
Melihat kenampakan toum yam soup untuk pertama
kalinya, gue yakin banget kalau makanan ini sepertinya enak. Tapi setelah
dirasakan kuahnya, Astofiruloh aseeeem n sengak banget gan. Kami yang orang
Jawa terbiasa dengan makanan manis malah akhirnya nggak doyan dan makan
udangnya aja. Haha, dasar. Emang siapa suruh aneh-aneh? Akhirnya travelmate
menyerah baik dengan udang maupun kuahnya, dan gue yang harus menghabiskan sendirian.
Akhirnya karena nggak enak dengan travelmate, gue yang bayar toum yam soup-nya.
Hahaha, kapok dah beli ini.
Setelah selesai makan dan mengitari Khaosan
Road lagi sejenak untuk foto-foto, kami pun memutuskan untuk kembali ke
penginapan dan beristirahat. Bukan perkara mudah untuk tidur dengan begitu
kerasnya suara musik di bawah. But we’re in vacation. That’s not problem,
isn’t it?
PART selanjutnya : DISINI