Holaa! Setelah sekian lama absen di blog
kesayangan, kali ini beta akan melanjutkan menulis sekelumit pengalaman sewaktu
melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) 2013 di Atambua. Semoga ini menjadi
inspirasi dan penyemangat bagi generasi KKN Atambua seterusnya. Cekidot gan!
Apa itu Sorgum??
Sorgum
Adalah pertanyaan yang terlontar di benak ane saat
rombongan KKN PPM UGM diundang Bapeda Belu untuk menghadiri panen raya
sorgum pada minggu pertama kami di Timor. Kami yang belum tahu apa-apa dan
masih sangat antusias dengan budaya Masyarakat Timor pun sangat antusias
menanti hari ini. Apa lai ini sorgum nha?
Dengan mobil pick up sewaan, sekitar pukul 9 pagi,
kami rombongan KKN Desa Bakustulama dan Rinbesihat pun sudah berangkat untuk
menuju tempat pelaksanaan panen raya yaitu di Kecamatan Raimanuk. Kecamatan
Raimauik sendiri berjarak kurang lebih 20 kilometer sebelah timur Kecamatan
Tasifeto Barat (tempat desa kami). Sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh
padang savana yang meranggas mengharap datangnya hujan.
Jujur waktu itu ane masih belum tahu apa-apa
tentang acara ini, apakah acara ini akan berlangsung di ladang (maksudnya kita
disuruh panen-panen bareng gitu), apakah acara ini akan berlangsung di suatu
ruangan dengan penuh ceramah dari para tetinggi kecamatan, hehe kita lihat saja!
Satu jam kemudian, setelah sebelumnya berhasil
melewati keramaian pasar kamis Halilulik dimana mobil kami sempat macet parah, kami pun sampai di lokasi acara panen
raya. Ternyata acaranya berlangsung di ladang dengan dibangun dekorasi outdoor
sederhana. Sewaktu kami datang, acara belum dimulai dan hanya terdapat beberapa
orang yang duduk. Dengan sangat sopan mereka mempersilahkan kami semua duduk kemudian diberi snack ringan,
sungguh keramahan masyarakat Timor yang kami mulai terbiasa dapatkan.
Menunggu cukup lama (terutama menunggu kedatangan tamu penting), acara pun akhirnya dimulai dengan sajian Tari Likurai yang
dibawakan oleh gadis-gadis setempat. Saat itu ane begitu terkagum dengan salah
satu budaya Belu ini karena kekompakan gadis-gadis tersebut dalam menabuh
genderang kecil yang mereka gantung di lengan kiri di bawah ketiak. Tari Likurai yang pada dahulu digunakan untuk menyambut para meo pulang dari medan perang ini sekarang biasa disajikan untuk menyambut tamu-tamu penting.
Para penari Likurai sedang bersiap-siap
Selesai pertunjukkan Tari Likurai, acara
dilanjutkan dengan sambutan dari beberapa tamu penting seperti Dirut PT Batan Teknologi (Persero) Yudi Utomo Imardjoko, Wakil
Bupati Belu Taolin Ludovikus, Kepala Bapeda Belu Falentinus Pareira, Bapak
Camat Tasifeto Barat dan Raimanuk (Bapak Gabriel Taek) dan Perwakilan
Masyarakat. Mendengarkan sambutan-sambutan tersebut, ane jadi tahu kalau sorgum
itu sejenis varietas jagung dengan ukuran yang lebih kecil.
Trus gimana sorgum ini tau-tau bisa ditanam di Atambua gan?
Ternyata gerakan tanam sorgum ini sudah dicanangkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan gan pada tahun 2012 dan mendapat
dukungan penuh dari BUMN seperti PT. Berdikari, PTPN serta sejumlah instansi
BUMN lainnya. Emang keren ya gan menteri kita satu ini.
Penanaman sorgum varietas Numbu pertama kali dilakukan di Sidrap,
Sulawesi Selatan awal 2012 pada areal seluas 3200 ha oleh Pt. Berdikari,
kemudian dilanjutkan oleh PTPN XII pada lahan seluas 22 Ha di Banyuwangi.
Barulah pada awal 2013 Dahlan Iskan mencanangkan pengembangan sorgum di wilayah
perbatasan, dimana Atambua dipilih sebagai tempat uji coba pertama. Badan
Litbang pertanian melalui UPT Balitsereal kemudian mengirimkan benih bantuan sorgum
varietas numbu sebanyak 1,5 ton untuk diuji coba tanam di Atambua. Target luas
lahan penanaman adalah 200 ha, dimana peruntukan utama adalah bahan pangan.
Program penanaman ini dimulai pada April 2013.
Berdasarkan manajer proyek PT Batan, Kusmunandar, saat ini luas
lahan sorgum di Pulau Timor mencapai 400 ha yang tersebar di Kabupaten Belu dan
Malaka. Secara lebih spesifik, lahan tersebut tersebar di Kecamatan Tasifeto
Barat, Raimanuk, Kakuluk Mesak, Tasifeto Timur, Kobalima dan Malaka Tengah.
Dan begitulah, kami mahasiswa/i KKN beruntung ini berkesempatan untuk mengikuti panen
perdana yang berlangsung di Desa Mendeu, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu. Hehehe. Terus, kenapa sorgum ini dikembangkan di Atambua gan?
Ternyata sorgum ini sengaja
ditanam dan dikembangkan di Atambua ini untuk menggantikan peran gandum gan, dimana
gandum sulit berkembang di Indonesia sehingga seringkali kebutuhan gandum
harus dipenuhi dengan cara impor. Masak kita sebagai negara agraris mau terus-terusan impor gan?
Penanaman sorgum ini juga dilakukan untuk
memanfaatkan lahan kosong yang ‘nganggur’ saat musim kemarau tiba, serta
diharapkan dapat memberi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan dari total 200 ha lahan sorgum, mampu memenuhi
kebutuhan 1000 rumah tangga Atambua sehingga orang Atambua tidak perlu lagi
mengkonsumsi nasi, karena padi sulit tumbuh di Atambua sementara sorgum bisa
tumbuh subur. Sorgum juga mempunyai potensi sebagai bahan baku tepung, bahan
baku bioetanol untuk pembuatan BBM, pakan ternak, beras, , gula air, mie,
cendawan dan obat-obatan terutama untuk obat kanker.
Berdasarkan penuturan Bapak Yudi, penanaman
sorgum ini juga menguntungkan karena tidak membutuhkan terlalu banyak air, masa
sejak tanam dan tunggu panen yang cukup cepat yakni sekitar 3 bulan serta mudah
beradaptasi dengan iklim Timor yang kering. Serta merta Bapak Yudi mengharap
penanaman sorgum dapat dikembangkan seterusnya di berbagai daerah Pulau Timor
dan dia berharap sorgum ini dapat berkembang di Jawa juga.
Trus gimana dengan pembagian hasilnya gan?
Sesuai perjanjian dengan kelompok
masyarakat, menurut Kusmunandar, pembagian dengan perusahaan adalah 30: 70.
Dimana proses sejak penanaman dan perawatan senantiasa mendapatkan pembinaan
dari PT. Batan Teknologi.
Akhirnya acara sambutan itupun selesai dan kami
diajak ke ladang untuk peresmian panen raya, acara dilakukan dengan pemotongan
pita dan setelahnya pemotongan satu batang sorgum untuk simbol panen. Saat itu
warga terlihat bahagia karena salah satu sumber kehidupan mereka menghasilkan
hasil yang melimpah. Kemudian acara dilanjutkan dengan foto-foto. Tak lupa kami narsis dengan sorgum dan ikut mencicipi rasa sorgum mentah = tawaaar, hehehe, maksa banget ini.
Lahan sorgum yang tumbuh subur di Atambua
Selesai acara foto-foto, kami (terutama yang tidak
puasa) mendapatkan kejutan tak terduga karena langsung disuruh makan dengan
lauk serba daging. Ada sapi bakar, sayur kuah sapi, sayur dengan ayam, babi
panggang, dll. Kami yang sejak KKN dimulai hanya makan sayur seakan kalap dan makan
sepuasanya. Karena aturan disini sangat aneh yakni lauk harus lebih banyak
daripada nasi, kalau tidak berdosa. Yaudah deh, sekuutt aja! Hehehe. Disini kami juga sempat mencicipi sorgum yang sudah diolah, rasanya tawar dan mirip jagung muda.
Selesai
makan kami pun ngobrol-ngobrol dengan bapak-bapak polisi sembari disuguhi sopi
(arak khas Timor), aku sanggup meminum dua putaran. Di Timor ini,
budaya minum sopi adalah orang-orang yang akan minum akan membentuk lingkaran, kemudian
satu orang akan memegang botol sopi dan menuangkannya ke gelas. Gelas itu
kemudian diputar, diisi ulang kembali, sampai sopi habis. Dengan cara seperti ini, diyakini akan menambah keakraban. Asoyy.
Satu kejutan tak terduga lagi, saat sedang makan
tiba-tiba Kormanit kami dipanggil oleh Bapak Bapeda yang mengajak kami
pelesir ke TIMOR LESTE keesokan harinya! Wuaah, saat itu kami langsung merasa
sangat antusias dan bahagia. Bapak Wakil memang sempat menjanjikan akan membawa
kami ke Tiles, ane hanya nggak nyangka akan secepat ini. Sebenarnya ini KKN
atau pelesir? Wkwkwk.