“Kapan ya aku bisa ke India?”
Adalah pertanyaan yang gue ajuin ke Piopi
tertanggal 24 Agustus 2011. Siapa itu Piopi? Tidak lain dan tidak bukan adalah
sahabat gue, yang selalu bersedia mendengarkan segala keluhan tentang mimpi gue.
Piopi adalah my dream book. Di dalam
Piopi lah gue menuliskan semua mimpi-mimpi gue yang mungkin nggak semua orang
bisa ngerti. Tapi, Piopi selalu ngerti.
Gue masih ingat, malem itu gue nggak bisa
tidur. Gue lagi semangat-semangatnya memikirkan trip gue ke Asia Tenggara
Januari 2012. Di tengah itu, terbersit pemikiran “Kapan ya aku bisa ke India?”.
Saat itu gue memandang pemikiran itu masih khayalan belaka, “Ah, mana mungkin
ke India sekarang. Duit dari mana? Bikin visa di Jakarta ribet. Belum lagi
masalah keamanan selama disana, izin ortu yang pasti nggak gampang, dll.”
Saat itu mimpi gue yang baru pemikiran belaka
segera dihadang oleh pikiran-pikiran tersebut. Gue yang emang orang gampang
putus asa langsung down. “Iya ya.
Duit dari mana? Tabungan buat visa duit siapa? Ortu nggak mungkin ngizinin.”
Kesimpulan tersebut gue ambil dan seketika perasaan sedih menghantui gue.
Tetapi saat itu, dengan tekad bulat gue pengen
ke India, kapanpun waktunya, gue segera mengambil notes dan memperkirakan biaya yang gue perlukan jika kesana. Saat
itu gue merencanakan akan membeli tiket pesawat dengan beasiswa dari Diknas yang gue dapet saat itu, sementara untuk uang
sakunya selama disana, gue merencanakan akan pakai beasiswa Diknas yang keluar
tahun depan. Saat gue melakukan kalkulasi itu, semuanya terasa mungkin dan
semangat gue naik lagi. Seketika itu juga, gue memutuskan GUE AKAN PERGI KE
INDIA!!
GUE AKAN PERGI KE INDIA!!
keputusan yang gue ambil hanya dalam beberapa menit setelah gue mikir gue nggak akan pernah ke India
Keputusan itu mengagetkanku, “Yakin loe luh?”. Gue berusaha mengusir
semua perasaan gusar yang saat itu seketika datang. Sekarang, setelah yakin
masalah duit, gue galau masalah tabungan untuk visa dan izin orang tua. Untuk
membuat visa di Jakarta, kita memang diwajibkan mempunyai sejumlah uang
(tabungan) yang cukup memadai selama 3 bulan terakhir dan hal ini akan dicek di
embassy nanti. Saat itu rekening di
ATM gue tinggal 5 juta, dan itupun 70 % akan gue gunain buat trip ke Thailand
Januari nanti dan sisanya buat beli tiket. Gue berusaha melupakan masalah
tabungan buat visa dan beralih ke izin orang tua. Saat itu, dengan kesimpulan
sepihak gue berpikir orang tua gue nggak bakal ngizinin kalau gue pergi ke
India sendirian. Setelah gue berpikir keras, gue putusin gue bakal ngiklanin
nih trip kemana-mana di forum backpacker/traveler,
siapa tahu ada yang tertarik dengan trip ini n join gue. Saat itu perasaan optimis dan putus asa bercampur aduk di
benak gue, gue nggak tahu mana yang harus gue percayai saat itu, “Gue ke India” atau “Gue nggak ke India.”
Sebulan
kemudian....
“Tuhanmu..Tak
akan memberi ular beracun, pada yang minta roti”
Sepenggal lagu diatas akan selalu gue ingat
buat menggambarkan keadaan gue saat itu. Perasaan bersyukur yang nggak terkira,
akhirnya mimpi gue terwujud, GUE BAKAL KE INDIA AGUSTUS 2012!!! Gimana
ceritanya? Let’s see...
Kurang lebih sebulan setelah malam itu, 24
Agustus 2011, malam disaat gue memutuskan akan pergi ke India, gue mendapatkan
sebuah kado kejutan dari Tuhan yaitu Air Asia akan mengadakan promo gede-gedean
(Rp 0) ke beberapa destinasi mereka termasuk India. Saat itu gue seneng
setengah mati, gue bener-bener bersyukur dan yakin ini merupakan jalan Tuhan
buat semua impian gue.
Saat itu tanggal 21 September 2012, gue udah siap di depan laptop dengan modem
terpasang karena akan hunting tiket. Saat itu semuanya serba membuat deg-degan
karena situs Air Asia terus-menerus busy
dikarenakan begitu banyak orang yang mengakses dalam waktu bersamaan. Saat itu gue terus menerus masuk ke waiting room dan berkali-kali gagal
membooking karena not responding. Saat
harus kembali membooking dari awal, harga sudah kembali ke harga normal. Saat
itu semuanya begitu membuatku frustasi dan bahkan aku sempat ingin menyerah.
Tetapi akhirnyaaa....saat sudah 1 jam mencoba, aku mendapatkan tanggal yang pas
(21 Agustus 2012) rute Jakarta-Delhi dengan harga 1 juta berstatus lowest fare. Gue pun langsung booking tanpa ba bi bu, bahkan belum
ngomong ke orang tua gue.
Finnaly ^.^
Perjuangan tidak sampai disitu, gue harus
mencari tiket balik! Karena nggak mau balik dari tempat yang sama, gue
memutuskan akan mengambil rute Kolkata-KL. Gue inget buat rute ini gue nggak
menjumpai masalah yang terlalu berarti dan cukup cepat dengan harga 540ribu all in. Hunting selanjutnya, gue harus
menemukan tiket pulang dari KL ke Jakarta. Entah angin ajaib apa, saat itu
gampang sekali gue menemukan tiket promo seharga 3 USD dari KL ke Jakarta.
Total gue membutuhkan waktu 2 jam buat booking semua tiket ini. Hadiah dari Tuhan nggak sampai sini aja,
beberapa minggu kemudian, gue dapat tiket promo Rp 100rb untuk kepulangan ke
Jogja dari Jakarta. Disaat semua boarding
pass udah ditangan, gue merasa sangat lemes dan mengucap syukur kepada
Tuhan. Thanks God......Really you’re an amazing God... J
INDIA BISA
VOA!!!!
Huahuahuahua....Apakah kado Tuhan buat mimpi
gue sampai di tiket saja?? Of course not!!
Sore itu gue sedang iseng-iseng browsing mengenai
syarat membuat visa di Jakarta. Gue baca pengalaman-pengalaman orang saat
membuat visa di Kedubes India dan berapa minimal tabungan yang harus
dipunyai. Gue membaca sebagian besar
bilang tidak sulit dan besarnya tabungan tidak harus puluhan juta, tetapi
disesuaikan dengan lama waktunya disana. Saat itu dengan iseng gue
ngetik VOA India dan gue membaca salah satu headline
berita di situs Kedubes India. Betapa kagetnya gue saat isi berita
tersebut:
|
Kuliah
Lapangan vs Tiket Pesawat Dibatalin vs Duit Beasiswa nggak keluar!!
Oh
My God!
Gue selalu percaya dengan ungkapan, “kehidupan itu seperti roda, kadang diatas
kadang juga dibawah”. Setelah semua kemudahan yang gue dapet dimana gue
analogikan roda gue sedang diatas, gue mengalami suatu kejadian buruk beruntun
yang gue sebut roda gue sedang di bawah.
a.
Pemetaan Mandiri
Kejadian
itu dimulai saat pembahasan pemetaan mandiri -yang bakal diadakan saat liburan semester 4- merebak di kampus gue,
banyak yang mengatakan “mungkin kita
bakal merelakan nggak idul fitri di rumah demi pemetaan”, “senior ada yang
pemetaan sampai 25 hari”, “checking
pemetaan sama dosen bakal dilakukan setelah pemetaan”, bla bla bla yang
intinya kegiatan pemetaan ini bakal berlangsung sampai menabrak tanggal idul
fitri. Saat itu gue stress setengah mati dan seakan nggak mau memikirkannya,
“gue bakal ke India sewaktu liburan idul fitri, masak dibatalkan sama
pemetaan!!” Saat itu gue udah pesimis dan menganggap, “sudahlah..trip ini akan gagal.”
b.
Duit beasiswa
nggak keluar!
Di
awal gue udah cerita bahwa duit yang gue andalin buat membiayai trip ini adalah
duit beasiswa dari diknas yang gue
interpretasikan keluar pas semester 4. Saat itu hari apa bulan apa gue lupa,
gue berandai-andai, “gimana ya seandainya duit beasiswa gue nggak keluar
seperti yang gue arepin? Duit dari mana buat ngetrip? Padahal semester 4 ini
kan berbarengan dengan bayar kuliah lapangan dan Ekskursi yang total biayanya
mencapai 3,1 juta.” Saat itu gue segera menepis semua pemikiran tersebut dan
bepikir optimis bahwa semester 4, duit itu akan keluar.
Minggu
demi minggu, bulan demi bulan, gue nggak juga mendapatkan kejelasan tentang
kapan duit beasiswa itu akan keluar. Saat itu gue mulai percaya bahwa
pengandaian gue tentang duit beasiswa nggak keluar itu benar. Pengandaian gue
ini dipertegas dengan semakin mendekatnya hari trip gue dan gue belum mempunyai
pegangan ‘darimana duit untuk ngetrip’. Saat itu semuanya benar-benar kacau dan
karena diliputi perasaan stress dan sebel, gue malah jadi borosnya setengah
mati.
c.
Tiket pesawat
dibatalin
Saat
itu di suatu sore yang cerah, suasana hati gue sedang lumayan baik saat
tiba-tiba gue dapet sms dari calon travelmate gue, “Air Asia ngebatalin penerbangan ke India sama Eropa.” DEG! Gue
nggak percaya gitu aja dan langsung ngecek ke facebook dan situs Air Asia
sendiri. Ternyata BENAR!! Karena mengalami kerugian penerbangan ke Paris, London,
Mumbai dan New Delhi maka air asia membatalkan penerbangan ke destinasi
tersebut terhitung akhir Maret dan April 2012. “What the f! Kenapa dibatalin
pas gue mau kesana?? Kenapa nggak dibatalin tahun depan aja?? Kenapa harus ke
New Delhi yang dibatalin, kenapa nggak ke Teheran aja yang jelas-jelas bukan
tujuan wisata favorit??!!” adalah pikiran yang memenuhi benak gue ditemani
setetes air mata yang memaksa keluar. Saat itu gue nggak habis pikir, ‘kenapa
seakan takdir sekarang menentang gue supaya nggak ke India?’ Nggak ada
kepastian kapan pemetaan berakhir, nggak ada duit dan sekarang gue nggak punya
tiket kesana! PERFECT! Saat itu gue benar-benar sudah menyerah dan menganggap
trip ini sudah gagal total bahkan sebelum dimulai.
Penantian tak berpengharapan..
Berbulan-bulan gue lalui tanpa
kejelasan tentang kepastian trip gue. Saat itu gue masih ingat berkali-kali
ngirim message ke Air Asia baik lewat
twitter maupun email meminta kejelasan nasib tiket gue yang dibatalin.
Pertanyaan gue itu hanya dijawab dengan permintaan kesabaran ataupun sikap acuh
tak acuh dari Air Asia. Hal ini membuat gue sedikit kesel sama maskapai
langganan favorit gue ini. Akhirnya gue iseng buka grup backpacker dunia dan membaca postingan dari beberapa anggota yang
punya masalah sama kayak gue (tiket dibatalin) dan katanya akan digantikan oleh
maskapai Malaysia Airlines. Saat itu
gue antara percaya dan nggak percaya, ‘ah
masak tiket promo gue digantiin sama tiket maskapai bintang lima’. Saat itu
gue berusaha bersikap optimis aja sambil terus menunggu kabar dari Air Asia.
Bisa gue ingat hampir setiap hari gue ngecek email, mengharap segera ada kabar
dari Air Asia.....
Akhirnyaaaa.......
Terkadang, sesuatu yang baik itu
justru datang disaat kita nggak mengharapkan apapun. Beberapa saat kemudian,
gue lupa hari apa, gue lagi santai-santai aja dan lagi nggak memikirkan masalah
tiket. Tiba-tiba calon travelmate gue ke India SMS, “Luh, udah ada email dari Air Asia masalah tiket. Gue mau coba reroute
ke Shanghai.” Gue yang seperti mendapat jackpot
pun langsung ngecek email dan emang bener Air Asia udah memberikan kabar
masalah tiket gue! Alhamdulilah!! Intinya email itu mereka minta maaf karena
penerbangan dibatalkan, dan mereka menawarkan tiga option untuk
mempertanggungjawabkannya. Option pertama: pengembalian uang sebesar 100 %
(tapi nggak jadi terbang~ngekz), kedua: tetap terbang ke New Delhi dengan
menaiki pesawat lain yang akan ditentukan kemudian oleh pihak Air Asia dengan
tanggal keberangkatan yang sama dan ketiga: reroute
(mengubah rute) dimana rute baru adalah bebas sesuai pilihan kita (yang relevan
dengan harga tiket) dan merupakan rute yang dilayani oleh Air Asia. Ketiga
option itu ditawarkan kepada calon penumpang tanpa dimintai tambahan biaya
sepeserpun. Secara refleks, dengan keinginan ke India yang sudah di ubun-ubun,
gue pun segera membalas email memilih option nomer 2. Ada teman yang sempat
menyarankan gue reroute aja ke Jepang, Korea atau Australia. Selain
gue belum merasa mampu dalam hal finansial backpacking
di ketiga negara itu, gue juga belum terlalu tertarik. Memang hanya India
saat itu yang ada di otak gue....Jai Nehi
oh Jai Nehi...
Beberapa hari kemudian, email gue yang
menyatakan gue pengen tetep ke India pun direspon dengan baik oleh Air Asia.
Mereka mengatakan gue disuruh sabar sebentar dan beberapa hari kemudian gue
udah dikirim itinerary Jakarta-KL,
KL-New Delhi oleh maskapai Malaysian
Airlines dengan tanggal keberangkatan yang sama persis dengan tiket Air
Asia gue yang dibatalin. Gue sempet iseng ngecek di website Malaysian Airlines berapa harga tiket
Jakarta-Delhi di hari keberangkatan gue dan ternyata harganya mencapai 5
jetii...WOW. Saat itu gue benar-benar mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada
Tuhan karena masalah yang paling fundamental ini akhirnya selesai! Mungkin
Tuhan memang sedang menguji gue, seberapa besar tekad gue ke India. Hehe. Jujur
saat itu gue jadi semakin sayang sama maskapai low cost carrier langganan gue ini. Haha. Love uuuu Air Asia!!!
Kapan lagi bisa naik Malaysia Airlines? Thank youu Air Asia ^.^
Masalah itu akhirnya selesai satu persatu
Seiring masalah tiket pesawat dan
kereta yang sudah selesai, gue pun jadi bisa lebih berpikir dingin dalam
mencari penyelesaian untuk masalah pra-departure
gue yang lain yaitu uang saku dan
masalah pemetaan mandiri. Saat itu sampai April 2012, gue udah punya
3000k di tangan, dan dengan estimasi 14 hari 13 malam di luar negeri (12 hari
11 malam di India, 2 hari 1 malam di Malaysia), gue beranggapan itu masih
sangat kurang. Saat itu gue benar-benar melakukan pengiritan besar-besaran
sampai beberapa bulan dan sampai Agustus 2012, terkumpul 4000k. Itulah duit
yang gue bawa ke India, di luar uang visa
on arrival 60 USD dan pajak Bandara Soeta Rp 150.000 yang baru dikasi Bapak
gue H-1 keberangkatan setelah gue nangis sesenggukan. Hahaha. Saat di Malaysia, gue menggunakan sisa uang ngetrip ke
Malaysia Januari 2012 kemarin yang masih 75 ringgit. Ternyata selama 12 hari 11
malam di India, mengunjungi 6 kota 5 provinsi, duit gue habis 3200k, jadi gue
masih punya 800k saat pulang ke Indonesia.
Terus, bagaimana dengan duit Ekskursi
dan Kuliah Lapangan yang juga harus gue bayarkan menjelang keberangkatan? Tuhan
memberi gue solusi, memang Tuhan selalu memberi gue solusi. Pembayaran Kuliah
Lapangan yang mencapai 2,3 juta ditanggung oleh pemberi beasiswa gue sebagai
jatah uang kegiatan penunjang pendidikan , sementara Ekskursi yang mencapai
900ribu berasal dari caplokan tabungan gue 400ribu ditambahi Bapak gue 500ribu.
Done!! Thanks God!!! =D
Terus, bagaimana masalah waktu
pemetaan mandiri dan checking?
Ternyata pemetaan mandiri nggak se-hectic
yang gue bayangin dan gue menjalaninya dengan senang-senang aja (plus
sedikit keluhan sana sini kalau capek trekking,
hehe). Gue memulai pemetaan mandiri tanggal 31 Juli 2012 dan menyelesaikannya
selama 14 hari, jadi tanggal 13 Agustus 2012 gue udah balik Solo membawa
setumpuk data yang belum gue sentuh sampai semester V mulai. Checking? Ternyata checking kelompok gue baru dilakukan pada pertengahan semester V,
bukan pas liburan Idul Fitri seperti yang gue kira sebelumnya. Memang kalau
roda sedang diatas itu, semuanya terasa menjadi lebih mudah! Done!! Thanks
God!!! =D
20 Agustus 2012
Saat itu gue udah ada di dalam kereta
bisnis Senja Utama tujuan Solo-Jakarta yang akan mengantarkan gue ke ibukota
dengan tujuan akhir gue ke bandara. Gue nggak bisa tidur semaleman, memang gue
nggak pernah bisa tidur dengan posisi duduk. Setelah menghabiskan sebungkus
nasi ayam yang dibelikan ibu gue sebagai saku di kereta, gue merenung memandang
kegelapan di luar jendela kereta. Gue merenung mengenang semua perjuangan yang
gue lakuin sampai gue bisa berada di gerbong kereta malam itu. Gue merenung
kesana kemari, bahkan tentang pemetaan mandiri gue, saat dimana gue harus trekking sendirian di perbukitan curam
perbatasan Kebumen-Banjarnegara dan hampir menyerah karena takut kesasar. Saat
hampir menyerah itu gue membayangkan trip gue yang udah di depan mata, dan
berjanji akan mengenang perjuangan trekking
itu saat di India. Akhirnya gue kembali trekking lagi
berbekal kompas, GPS dan peta topografi tanpa kesasar. Gue merenung tentang apa
yang bakal gue hadapin di India entar. Gue merenung membayangkan gimana entar
travelmate gue (gue belum pernah ketemu langsung, hanya berhubungan lewat fb
dan sms~dan ternyata kedua travelmate gue asyiikk banget). Tanpa sadar,
renungan gue itu mengantarkan gue ke Stasiun Pasar Senen keesokan harinya. Setelah
tawar menawar singkat, gue pun naik ojek seharga 20.000 ke Stasiun Gambir buat
naik DAMRI ke Bandara.
21 Agustus 2012, Soekarno Hatta
Airport~Boarding Time
Tak ada kata-kata yang bisa diucapkan
lagi.... Take off dilakukan pesawat
MH 710 tujuan Jakarta-Kuala Lumpur dengan sempurna. Melalui kaca jendela, gue
memandangi negara gue yang semakin mengecil dan mengecil seiring dengan naiknya
burung besi raksasa ini. Hanya satu seruan singkat yang membahana di hati gue
dengan perasaan bahagia, “INDIA, I’M COMING!!!
QUOTE: "Don't ever quite for what you really want.."
Thanks GOD