10.03.2013

[1] Catatan KKN Atambua 2013: Awal yang Berat

Note: Buat temen KKN PPM UGM Unit NTT 01 yang mungkin nggak sengaja buka dan baca note ini, jangan langsung tersinggung yah. Ini karena kesalahanku sendiri jarang mengikuti rapat sehingga pada awal-awal KKN aku memang belum kenal kalian. Tapi tunggu cerita sampai selesai, karena akhirnya gue sadar bahwa gue mendapatkan sebuah keluarga baru. Gue bener-bener menikmati saat-saat bersama kalian, thank you guys!

AWAL yang BERAT

Awal yang berat. Ya, ketiga kata inilah yang kurasa paling tepat untuk menggambarkan tentang hari-hari awal KKN-ku. Ditambah ungkapan “kebosanan yang memuncak”. Bukan tentang tempatnya, tetapi tentang keberadaanku di kelompok yang ‘kurasa’ seperti alien.

Kemalasanku memikirkan KKN pada bulan-bulan menjelang pelaksanaan inilah awal segalanya. Bermula dari mendapatkan sebuah kelompok di Papua, aku mengundurkan diri dan ikut ke kelompok Atambua (NTT) atas ajakan teman. Perpindahan kelompok ini lantas tidak mengubah apapun karena aku hampir nggak pernah mengikuti rapat. Padahal dari rapat mungkin gue bisa kenal serta berbaur dengan teman satu unit.

5 Juli 2013
17.05, hari keberangkatan.
Datang dengan santai ke Fakultas Hukum, disapa satu temen kelompok yang gue belum tau namanya. Perasaan optimis bahwa mereka bisa menerima gue apa adanya –meski gue nggak pernah ikut rapat- langsung membuncah. Setelah meletakkan tas, gue duduk diam di kursi depan DEMA selama hampir 2 jam. Hanya berbincang sejenak berbasa-basi dengan Mas Dito dan Ari. Selain mereka belum ada yang nyapa gue dan gue pun nggak berusaha nyapa mereka juga. Hanya senyuman basa-basi jika kebetulan bertatapan muka. Hati ini gelisah, apa gue salah milih kelompok? Apakah harusnya gue dulu milih kelompok yang banyak temen sejurusan aja??? Pikiran itu berkecamuk di benak gue sambil marah-marah dalam hati mengutuki bus yang nggak segera datang.

6 Juli 2013
Surabaya, Bandara Juanda
Setelah sekitar 7 jam perjalanan dengan bus, sampailah rombongan KKN unit NTT 01 di Bandara Juanda. Jadwalnya, kami akan terbang hari ini ke Kupang jam 7 menggunakan pesawat Lion Air. Segalanya berjalan dengan baik, gue masih pendiem, nggak banyak yang ngajak ngobrol gue. Hal itu membuat gue menjadi sok sibuk dengan HP kesayangan, padahal nggak banyak-banyak amat yang bisa dilakukan.  Penerbangan ke Kupang berlangsung selama 2 jam. Sempet sebel karena gue nggak dapet kursi dekat jendela, padahal pengen melihat gugusan kepulauan Nusa Tenggara dari pesawat. Sesaat sebelum mendarat, gue lihat garis pantai di Teluk Kupang, bisa gue rasain inilah saat tersenang selama 2 hari terakhir. Garis pantai itu begitu indah dengan warna biru safirnya. Saat itu yang ada di pikiran gue hanya ‘traveling’ yang bakal gue lakuin setelah KKN selesai. Dalam hati gue berjanji, gue akan ke itu pantai!


Akhirnya kami mendarat juga di Bandara El Tari, Kupang
Sumber: dokumentasi pribadi

Perjalanan ke Atambua
Menunggu selama kurang lebih 3 jam di Bandara El Tari, akhirnya berangkatlah rombongan kami ke Atambua menggunakan bus yang disediakan oleh Bapeda Kabupaten Belu. Kesan gue saat itu, NTT begitu....gersang dan sepi. Pemandangan di sepanjang jalan didominasi oleh savana berwarna hijau kecoklatan, sesekali terlihat rumah adat (lopo) dan penjual garam di sepanjang jalan Kupang-Soe yang menjajakan dagangannya di teriknya matahari Timor.


Rute yang kami lewati, sepanjang Kupang-Halilulik (Kupang-So'e-NikiNiki-Kefamenanu-Halilulik)
Sumber: lavalontouristinfo.com dengan modifikasi

Perjalanan sepanjang Kupang-Halilulik yang didominasi oleh padang savana berwarna hijau kecoklatan
Sumber: dokumentasi pribadi

Penjual garam yang banyak menjajakan dagangannya di sepanjang ruas jalan Kupang-So'e
Sumber: nasional.kompas.com

Jalanan aspal sudah mulus menyebabkan bus yang kami tumpangi melesatkan kecepatan dengan leluasa. Perjalanan Kupang-Niki Niki melalui topografi yang masih cukup datar sehingga membuatku cukup bosan. Akhirnya bus berhenti di Niki-Niki untuk mengantarkan kami makan siang di sebuah Restoran Padang. Saat berhenti dan harus bersama-sama ini mungkin salah satu momen yang paling berat buat gue karena gue belum punya kepercayaan diri di mata temen-temen. Hal itu membuat gue lebih banyak bergaul dengan cowok-cowok pada awalnya karena mereka lebih sering nyapa atau ngajak gue ngomong duluan. Sepanjang perjalanan Niki Niki – Atambua, gue beberapa kali melihat kalender HP. Berandai-andai seandainya ini sudah akhir Agustus, padahal KKN dimulai pun belum. Alamak.

Bakustulama atau Rinbesi Hat?
Halilulik, 6 Juli 2013
Akhirnya gue sampai di Atambua!
Bakustulama atau Rinbesi Hat?
Pertanyaan yang gue ajuin ke kormanit gue dan hanya dijawab dengan desahan, lalu beranjak pergi. Gue merasa jadi orang terbodoh di dunia, mengutuki kemalasan gue mengikuti rapat ~dimana pertanyaan diatas akan terjawab jika gue mengikuti rapat~. Akhirnya pertanyaan itu terjawab setelah salah satu temen ~yang gue belum tau juga namanya~ memberi tahu bahwa gue ditempatkan di Rinbesi Hat. Owalah, emang Rinbesi Hat dimana sih?

2 Hari Pertama di Desa Bakustulama
       Karena Desa Rinbesi Hat belum siap sepenuhnya menerima kami, maka untuk sementara kami unit Desa Rinbesi Hat ditempatkan dulu di Desa Bakustulama selama 2 hari ke depan. Ini mungkin bisa gue nobatkan sebagai 2 hari paling membosankan selama KKN, dikarenakan tidak ada hal yang bisa dilakukan serta gue belum akrab sama temen-temen. Mau pelesir pun nggak ada transportasi. Pekerjaan serasa tidak ada untuk dilakukan. Mau males-malesan seharian juga gue jaim, udah nggak pernah ikut rapat mau males-malesan juga disini. Prinsip itu membuat gue sok sibuk riweh waktu pada masak, padahal gue cuma berdiri aja ngliatin di belakang. Saat bosan melanda dan seperti hanya nyampah aja, gue masuk ke dalam pondokan.

          Disini gue kenal dengan beberapa anak lokal yang baik seperti Ewi, Tenco, Manek, Sensi, sehingga sesekali rasa sepi di hati hilang jika sedang bersama mereka. Ewi dan Sensi adalah 2 sahabat pertama gue disini. Gue kenal Ewi di malam pertama kedatangan karena ngobrol sama dia asyik banget dan besoknya kami ke gereja bareng. Sementara dengan Sensi, aku kenal dia karena aku tidur di rumahnya pada malam pertama di Bakustulama.

Sementara Tenco dan Manek adalah 2 porter gue sewaktu mengambil sampel lumpur yang akhirnya jadi teman juga. It’s OK, gue cukup optimis bisa melalui hari-hari ke depan. Akhirnya tanggal 8 Juli 2013 datang, inilah hari kepindahan kami ke rumah kami sebenarnya selama 2 bulan ke depan yaitu Desa Rinbesi Hat. 


Aku bersama Tenco dan Manek, dua porter yang setia menemaniku saat pemetaan mud vulcano di padang savana Bakustulama
Sumber: dokumentasi pribadi

Otherwise, di tengah segala kebosanan ini, gue benar-benar menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh Desa Bakustulama. You will be amazed to see this.


Padang savana Desa Bakustulama yang suangat indah
Sumber: dokumentasi pribadi Ari Wijaya (Tim KKN)

Melihat sunset di padang savana Bakustulama
Sumber: dokumentasi pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar