Note: Buat temen KKN PPM UGM Unit NTT 01 yang mungkin nggak sengaja buka dan baca note ini, jangan langsung tersinggung yah. Ini karena kesalahanku sendiri jarang mengikuti rapat sehingga pada awal-awal KKN aku memang belum kenal kalian. Tapi tunggu cerita sampai selesai, karena akhirnya gue sadar bahwa gue mendapatkan sebuah keluarga baru. Gue bener-bener menikmati saat-saat bersama kalian, thank you guys!
AWAL
yang BERAT
Awal yang berat. Ya, ketiga kata inilah yang kurasa paling tepat untuk menggambarkan
tentang hari-hari awal KKN-ku. Ditambah ungkapan “kebosanan yang memuncak”.
Bukan tentang tempatnya, tetapi tentang keberadaanku di kelompok yang ‘kurasa’ seperti
alien.
Kemalasanku
memikirkan KKN pada bulan-bulan menjelang pelaksanaan inilah awal segalanya.
Bermula dari mendapatkan sebuah kelompok di Papua, aku mengundurkan diri dan ikut
ke kelompok Atambua (NTT) atas ajakan teman. Perpindahan kelompok ini lantas
tidak mengubah apapun karena aku hampir nggak pernah mengikuti rapat. Padahal
dari rapat mungkin gue bisa kenal serta berbaur dengan teman satu unit.
5 Juli 2013
17.05,
hari keberangkatan.
Datang
dengan santai ke Fakultas Hukum, disapa satu temen kelompok yang gue belum tau
namanya. Perasaan optimis bahwa mereka bisa menerima gue apa adanya –meski gue
nggak pernah ikut rapat- langsung membuncah. Setelah meletakkan tas, gue duduk
diam di kursi depan DEMA selama hampir 2 jam. Hanya berbincang sejenak berbasa-basi dengan
Mas Dito dan Ari. Selain mereka belum ada yang nyapa gue dan gue pun nggak
berusaha nyapa mereka juga. Hanya senyuman basa-basi jika kebetulan bertatapan
muka. Hati ini gelisah, apa gue salah milih kelompok? Apakah harusnya gue dulu
milih kelompok yang banyak temen sejurusan aja??? Pikiran itu berkecamuk di
benak gue sambil marah-marah dalam hati mengutuki bus yang nggak segera datang.
6 Juli
2013
Surabaya,
Bandara Juanda
Setelah
sekitar 7 jam perjalanan dengan bus, sampailah rombongan KKN unit NTT 01 di
Bandara Juanda. Jadwalnya, kami akan terbang hari ini ke Kupang jam 7 menggunakan
pesawat Lion Air. Segalanya berjalan dengan baik, gue masih pendiem, nggak
banyak yang ngajak ngobrol gue. Hal itu membuat gue menjadi sok sibuk dengan HP
kesayangan, padahal nggak banyak-banyak amat yang bisa dilakukan. Penerbangan ke Kupang berlangsung selama 2
jam. Sempet sebel karena gue nggak dapet kursi dekat jendela, padahal pengen
melihat gugusan kepulauan Nusa Tenggara dari pesawat. Sesaat sebelum mendarat,
gue lihat garis pantai di Teluk Kupang, bisa gue rasain inilah saat tersenang
selama 2 hari terakhir. Garis pantai itu begitu indah dengan warna biru
safirnya. Saat itu yang ada di pikiran gue hanya ‘traveling’ yang bakal gue
lakuin setelah KKN selesai. Dalam hati gue berjanji, gue akan ke itu pantai!
Akhirnya kami mendarat juga di Bandara El Tari, Kupang
Sumber: dokumentasi pribadi
Perjalanan ke Atambua
Menunggu
selama kurang lebih 3 jam di Bandara El Tari, akhirnya berangkatlah rombongan
kami ke Atambua menggunakan bus yang disediakan oleh Bapeda Kabupaten Belu. Kesan gue saat itu, NTT begitu....gersang dan sepi. Pemandangan di
sepanjang jalan didominasi oleh savana berwarna hijau kecoklatan, sesekali
terlihat rumah adat (lopo) dan penjual garam di sepanjang jalan Kupang-Soe yang menjajakan dagangannya di
teriknya matahari Timor.
Rute yang kami lewati, sepanjang Kupang-Halilulik (Kupang-So'e-NikiNiki-Kefamenanu-Halilulik)
Sumber: lavalontouristinfo.com dengan modifikasi
Perjalanan sepanjang Kupang-Halilulik yang didominasi oleh padang savana berwarna hijau kecoklatan
Sumber: dokumentasi pribadi
Penjual garam yang banyak menjajakan dagangannya di sepanjang ruas jalan Kupang-So'e
Sumber: nasional.kompas.com
Jalanan
aspal sudah mulus menyebabkan bus yang kami tumpangi melesatkan kecepatan
dengan leluasa. Perjalanan Kupang-Niki Niki melalui topografi yang masih cukup datar sehingga
membuatku cukup bosan. Akhirnya bus berhenti di Niki-Niki untuk mengantarkan
kami makan siang di sebuah Restoran Padang. Saat berhenti dan harus
bersama-sama ini mungkin salah satu momen yang paling berat buat gue karena gue
belum punya kepercayaan diri di mata temen-temen. Hal itu membuat gue lebih
banyak bergaul dengan cowok-cowok pada awalnya karena mereka lebih sering nyapa
atau ngajak gue ngomong duluan. Sepanjang perjalanan Niki Niki – Atambua, gue
beberapa kali melihat kalender HP. Berandai-andai seandainya ini sudah akhir
Agustus, padahal KKN dimulai pun belum. Alamak.
Bakustulama atau Rinbesi Hat?
Halilulik, 6 Juli 2013
Akhirnya gue sampai di Atambua!
Bakustulama atau Rinbesi Hat?
Pertanyaan yang gue ajuin ke
kormanit gue dan hanya dijawab dengan desahan, lalu beranjak pergi. Gue merasa
jadi orang terbodoh di dunia, mengutuki kemalasan gue mengikuti rapat ~dimana
pertanyaan diatas akan terjawab jika gue mengikuti rapat~. Akhirnya pertanyaan
itu terjawab setelah salah satu temen ~yang gue belum tau juga namanya~ memberi
tahu bahwa gue ditempatkan di Rinbesi Hat. Owalah, emang Rinbesi Hat dimana
sih?
2 Hari Pertama di Desa Bakustulama
Karena Desa Rinbesi Hat belum
siap sepenuhnya menerima kami, maka untuk sementara kami unit Desa Rinbesi Hat
ditempatkan dulu di Desa Bakustulama selama 2 hari ke depan. Ini mungkin bisa
gue nobatkan sebagai 2 hari paling membosankan selama KKN, dikarenakan tidak
ada hal yang bisa dilakukan serta gue belum akrab sama temen-temen. Mau pelesir
pun nggak ada transportasi. Pekerjaan serasa tidak ada untuk dilakukan. Mau
males-malesan seharian juga gue jaim, udah nggak pernah ikut rapat mau
males-malesan juga disini. Prinsip itu membuat gue sok sibuk riweh waktu pada
masak, padahal gue cuma berdiri aja ngliatin di belakang. Saat bosan melanda
dan seperti hanya nyampah aja, gue masuk ke dalam pondokan.
Disini gue kenal dengan beberapa
anak lokal yang baik seperti Ewi, Tenco, Manek, Sensi, sehingga sesekali rasa
sepi di hati hilang jika sedang bersama mereka. Ewi dan Sensi adalah 2 sahabat
pertama gue disini. Gue kenal Ewi di malam pertama kedatangan karena ngobrol sama dia asyik banget dan besoknya kami ke gereja bareng. Sementara dengan Sensi, aku kenal dia karena aku tidur di rumahnya pada malam pertama di Bakustulama.
Sementara Tenco dan Manek adalah 2 porter gue sewaktu
mengambil sampel lumpur yang akhirnya jadi teman juga. It’s OK, gue cukup
optimis bisa melalui hari-hari ke depan. Akhirnya tanggal 8 Juli 2013 datang, inilah hari kepindahan kami ke rumah kami sebenarnya selama 2 bulan ke depan yaitu Desa Rinbesi Hat.
Aku bersama Tenco dan Manek, dua porter yang setia menemaniku saat pemetaan mud vulcano di padang savana Bakustulama
Sumber: dokumentasi pribadi
Otherwise, di tengah segala kebosanan ini, gue benar-benar menikmati pemandangan yang disuguhkan oleh Desa Bakustulama. You will be amazed to see this.
Padang savana Desa Bakustulama yang suangat indah
Sumber: dokumentasi pribadi Ari Wijaya (Tim KKN)
Melihat sunset di padang savana Bakustulama
Sumber: dokumentasi pribadi
0 comments:
Posting Komentar